Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) OSIS SMA BOPKRI Banguntapan
Siapakah pemimpin yang menjadi favoritmu? Pertanyaan awal dari Trustha Rembaka, S.Th kepada para peserta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA BOPKRI Banguntapan (6/10/2024). Beragam jawaban muncul dari para peserta seperti: presiden, menteri, tokoh dari dalam maupun luar negeri, termasuk kepala sekolah. Apa sebab pemimpin tadi menjadi favorit bagi para peserta? Ada yang beralasan karena terkenal, melakukan hal-hal baik, berorasi menarik, tegas dan perhatian kepada yang dipimpin.
Kolaborasi dalam LDK Pengurus OSIS SMA BOPKRI Banguntapan menjadi wujud keberpihakan Stube-HEMAT Yogyakarta ikut serta membentuk pemimpin muda di lingkup sekolah menengah. Ada tiga poin penting dalam LDK kali ini yaitu dasar kepemimpinan, kemampuan komunikasi dan pengambilan keputusan. Sebuah kuisioner sederhana tentang kepemimpinan diberikan dengan kriteria hasil; 1) yang penting kelompok/OSIS berjalan apa adanya, 2) sebenarnya kelompok/OSIS bisa melakukan dengan lebih baik, tapi tidak cukup berani membuat terobosan untuk mengembangkan, dan 3) mereka yang mempunyai keterampilan memimpin, namun perlu membangun kepercayaan diri, dan yakin bisa menjadi pemimpin yang baik.
Pemimpin yang baik tidak datang tiba-tiba, melainkan melalui proses pembentukan, selain potensi dasar yang sudah ada. Menurut John C. Maxwell, pakar kepemimpinan, kepemimpinan adalah seni/proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka mau melakukan usaha atau bekerja mencapai tujuan tertentu. Dalam kepemimpinan ada dinamika bagaimana memimpin dan mengelola orang-orang yang dipimpin. Selanjutnya, Trustha memaparkan ‘step by step’ menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi sekolah. Para pengurus OSIS tentunya harus memiliki karakter pemimpin, seperti integritas (perkataan selaras dengan tindakan), etika, jujur dan tegas, mampu mempengaruhi orang lain, inovatif, dan berani mengambil resiko.
Di sesi Komunikasi Efektif, Kresensia Risna Efrieno, S.I.Kom dari Stube HEMAT Yogyakarta membuka dengan permainan tebak pesan, dimana tiga orang bergiliran menyampaikan pesan melalui gerakan dan peserta lain menafsirkan apa isi pesannya. Ternyata, tidak setiap gerakan bisa terungkap pesannya, sehingga mereka belajar bahwa suatu pesan tidak selalu bisa dipahami langsung. Bagaimana cara agar pesan bisa dipahami dan berdampak? Isna menyampaikan lingkup komunikasi yang perlu diketahui peserta, yaitu Who, siapa yang berbicara, Says What: pesan apa yang dikatakan, In Which Channel: melalui media apa, To Whom: kepada siapa yang menjadi pendengarnya, dan What Effect: dampak apa yang diharapkan. Jadi, Komunikasi Efektif merupakan proses interaksi atau pertukaran informasi yang menghasilkan kesamaan pendapat atau persepsi antar pelaku komunikasi dan meminimalisir kesalahpahaman. Oleh karena itu, antara komunikator (pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan), perlu saling menghormati, memberikan ‘feedback’ atau respon, ‘audible’ atau dapat didengar dengan baik, ‘clarity’ atau jelas bisa dipahami dan ‘humble’ atau rendah hati.
Dalam sesi Pengambilan Keputusan, Trustha mengawali dengan pemahaman bahwa pengambilan keputusan merupakan bagian dari kepemimpinan. Pengambilan keputusan merupakan ilmu yang mempelajari cara memilih alternatif yang tepat dan akan menjadi keputusan yang berhubungan dengan perilaku seseorang dalam memutuskan sesuatu. Menurut Siagian, Sondang P., dalam Sistem Informasi untuk pengambilan keputusan, pengambilan keputusan meliputi definisi masalah, pengumpulan data, analisis data, penentuan alternatif, pemilihan alternatif yang terbaik, putuskan, implementasi dan monitor hasil, dan evaluasi.
Selanjutnya para peserta mempraktekkan menangani suatu kasus seorang siswa kelas 12 yang sering terlambat dan kadang tidak masuk sekolah. Jarak rumah dengan sekolah sekitar 10 km, sedangkan ia tidak memiliki kendaraan untuk sekolah dan tidak ada kendaraan umum. Ia tidak mendapat uang saku secara pasti dari orang tuanya, yang bekerja sebagai buruh serabutan. Ia mengaku kedua orang tuanya sedang menghadapi masalah keluarga. Ia ingin keluar dari sekolah karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Para pengurus OSIS mengusulkan alternatif, antara lain memobilisasi publik untuk donasi sepeda, mengupayakan tinggal bersama siswa lainnya yang bersedia, dan menjadwal teman-temannya di wilayah terdekat untuk menjemput dan berangkat bersama.
Di pelatihan ini muncul karakter kepemimpinan yang peduli, komunikatif, dan menemukan solusi dari masalah-masalah yang dihadapi. Seorang pemimpin adalah dia yang tahu jalannya, menempuh jalannya dan menunjukkan jalannya! Pengurus OSIS SMA Bobayo, selamat melanjutkan proses pembentukan pemimpin dan melayani sesama.***