Siapa yang tidak mengenal teknologi? Teknologi sudah merebak di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tidak bisa dipungkiri kehidupan manusia berkaitan erat dengan teknologi, termasuk dunia pendidikan. Apakah kehadiran teknologi ini sebuah kabar baik, atau tantangan? Pernahkah berpikir bahwa isu ini penting? Bagaimanakah kondisi pendidikan kita dengan hadirnya teknologi ini? Oleh karenanya Stube HEMAT mengajak anak muda khususnya mahasiswa di Yogyakarta peka isu ini.
Stube HEMAT sebagai sebuah lembaga pendampingan mahasiswa mengadakan pelatihan dalam program Pendidikan Era Teknologi Maju: Jangan Biarkan Seorang Pun Terbelakang untuk menantang mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia lebih peka terhadap isu-isu pendidikan di Indonesia yang berkutat dengan kebijakan pendidikan yang sering berubah, pencarian kurikulum yang ideal, kesenjangan akses dan fasilitas, biaya yang kian tak terjangkau dan kualitas SDM pendidik bertempat di Wisma Pojok Indah (Sabtu, 30/04/2022).
Dalam pengantar acara, Pdt. Bambang Sumbodo, M.Min, Board Stube HEMAT mengingatkan peserta tentang kisah Alfred Dreyfus, perwira Prancis yang menjadi korban ketidakadilan karena dianggap pengkhianat dengan memberikan informasi ke pihak lawan. Ketika ia ditetapkan bersalah sepertinya itu adalah upaya untuk penegakan kebenaran tetapi kebenaran yang dimaksud adalah bukan kebenaran secara jernih. “Tantangan di dunia keilmuan sekarang adalah mengedepankan kebenaran rasional karena belum tentu kebenaran itu benar adanya,” ungkapnya. “Jadilah anak muda yang menggunakan akal sehat dalam hal apapun, cerdik seperti ular tetapi tulus seperti merpati, jangan mudah menjadi sumbu pendek,” lanjutnya.
Di sesi selanjutnya peserta mendalami dasar-dasar Filsafat pendidikan bersama Yoel Yoga Dwiyanto, S.Th, salah satu team Stube HEMAT Yogyakarta. “Pendidikan tidak akan ada jika tidak ada manusia, dan seiring berjalannya waktu pendidikan akan selalu berubah-ubah,” ungkapnya. Para peserta sangat antusias dalam mencari jawaban seperti apa filsafat pendidikan dan aliran filsafat pendidikan secara berkelompok dan selanjutnya mereka mempresentasikan aliran-aliran filsafat pendidikan, yaitu Idealisme (pendidikan membantu perkembangan pemikiran dan diri pribadi, karena bakat manusia berbeda-beda, maka pendidikan yang diberikan harus sesuai dengan bakat masing-masing untuk mengembangkan rasio dan moral). Realisme (pendidikan membentuk setiap individu menjadi apa yang dipandang baik sehingga pendidikan yang diberikan terhadap subjek terdidik tak beda dengan robot yang taat dan patuh). Pragmatisme (pendidikan mendasarkan bahwa subjek bukanlah objek, melainkan subjek yang memiliki pengalaman. Setiap subjek adalah individu yang mengalami, sehingga mereka berkembang dan memiliki inisiatif untuk bertindak). Progresivisme (pendidikan untuk melatih kemampuan berpikir dengan penerapan cara yang bebas, analisisa, ilmiah, alamiah, dan pertimbangan agar menghasilkan pemikiran yang maju). Esensialisme (pendidikan yang mengagungkan kebudayaan masa lalu yang memiliki kejelasan nilai dan sudah teruji agar memberikan kestabilan). Perenialisme (pendidikan yang mampu membangkitkan kemampuan berpikir secara konstruktif untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi). Eksistensialisme (pendidikan mendorong setiap individu mengembangkan semua potensinya secara kontinyu sampai kepenuhan diri dan kesadaran penuh untuk membayangkan apa yang mungkin terjadi dan apa yang bisa dilakukan). Rekonstruksianisme (pendidikan yang menuntun jiwa manusia mengerti tata kehidupan yang rasional untuk memikirkan apa yang perlu diubah untuk masa depan). Dari pendalaman mengenai aliran-aliran filsafat di atas ternyata berpengaruh terhadap praktek pendidikan sampai saat ini.
Berkaitan topik Pendidikan di Era Teknologi Dema Mathias Lumban Tobing, M.Kom, yang sering dipanggil Dema memaparkan tema ‘Your Digital Life’. Dengan skill teknologi informasi, komputer, gamer dan game developer, Dema menjelaskan kehadiran teknologi yang semakin tahun semakin naik bahkan melebihi otak manusia. “Tantangan kita di zaman sekarang adalah bukan antar manusia tetapi, manusia dengan komputer. Lalu apa yang terjadi jika otak manusia tidak mengikuti zaman?” tantangnya kepada peserta. Ia juga mengingatkan pekerjaan yang terancam punah. Selain itu, peserta juga mendapat pengalaman bagaimana memanfaatkan gadget yang dimiliki agar lebih produktif. Beberapa peserta menceritakan bagaimana planning-nya ke depan untuk memanfaatkan gadget dengan latar belakang mereka masing-masing.
Kehadiran teknologi yang semakin pesat di dunia pendidikan menjadi sesuatu tidak bisa dipungkiri. Artinya tahun berganti, perubahan akan terus terjadi dan manusia akan berjalan beriringan dengan perubahan termasuk hadirnya teknologi. Sebagai anak muda harus memanfaatkan gadget atau teknologi yang dimiliki untuk karir dan masa depan yang lebih baik.***