Hai, kalian sudah berkunjung ke tempat wisata mana saja di Yogyakarta? Pantai? Gunung? Tidak tahukah kamu kalau kabupaten Gunungkidul memiliki potensi wisata yang luar biasa di Yogyakarta dengan beragam lokasi wisata yang bisa dikunjungi, mulai dari bukit sampai ke pesisir pantai. Tak kurang enam puluh pantai di Gunungkidul dari Ngunggah di barat sampai Krokoh paling timur, dan pantai Krakal yang terletak di Desa Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta dengan luas 150 ha. Pantai Krakal memiliki keunikan batu karang besar berwarna hitam seperti jalan setapak di atas permukaan laut berpadu dengan pasir putih, indah dan menarik wisatawan untuk berkunjung, bukan?
Namun, apakah eksistensi kawasan wisata hanya keindahannya? Adakah hal lain yang perlu kita kaji? Kemunculan tempat wisata menghadirkan ‘domino effect’ dari perubahan kondisi alam, ekonomi masyarakat dan budaya. Sisi lain yang perlu kita lihat adalah tantangan atas kerusakan yang rentan terjadi, berbanding terbalik dengan beberapa hal di atas.
Mahasiswa tentu tahu bahwa munculnya tempat wisata pasti membawa dua sisi, manfaat dan masalah. Stube HEMAT Yogyakarta sebagai lembaga pendampingan mahasiswa mengajak mahasiswa melihat realita ini dengan mengunjungi pantai Krakal, Gunungkidul dalam program Ekonomi Kelautan (Sabtu, 04/02/2023). Kunjungan belajar ini menjadi tambahan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa untuk ‘melek’ keberadaan tempat wisata dan problematika yang mengikutinya.
Para mahasiswa membagi diri dalam empat kelompok kecil untuk mengkaji fokus pengamatan yang berbeda dengan menggali informasi secara bebas, baik dengan wawancara maupun melihat situasi pantai secara umum. Kelompok satu memetakan peluang ekonomi di pantai Krakal, berdasarkan wawancara dengan beberapa pedagang yang mengungkapkan bahwa akhir pekan lebih ramai karena wisatawan bisa melakukan camping di pantai dan sehingga para pedagang punya peluang menjual souvenir yang khas, seperti gantungan kunci dari kerang dan batu akik. Kelompok dua membagikan hasil wawancara dengan pedagang juga tentang keterlibatan masyarakat setempat dalam geliat ekonomi di pantai Krakal. Sungguh menggembirakan karena terungkap bahwa sebagian besar pedagang di pantai Krakal adalah masyarakat setempat. Ini berarti keberadaan wisata pantai Krakal membawa potensi kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Kelompok tiga menemukan onggokan sampah yang tidak terkelola di beberapa sudut pantai sehingga mengganggu panorama pantai. Hal ini semestinya menjadi perhatian serius pengelola untuk mempertahankan daya tarik pantai bagi wisatawan dari sisi kebersiha. Sedangkan kelompok empat menggali informasi tentang keberpihakan masyarakat, pemerintah dan pengelola pantai untuk memajukan kawasan pantai dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kunjungan belajar ke pantai Krakal membuka wawasan peserta untuk lebih peka dengan realita pesisir dan kelautan Indonesia, seperti yang dikatakan Andre, mahasiswa Teologi STAK Marturia, “Melalui kunjungan belajar di pantai Krakal, saya menemukan sesuatu yang baru karena tidak saya temukan di daerah saya, Lubuk Linggau, yaitu masyarakat memanfaatkan sumber daya pesisir pantai menjadi mata pencaharian, menghasilkan inovasi souvenir dari laut, munculnya lapangan pekerjaan sebagai fotografer. Namun demikian saya juga menemukan kurangnya perhatian untuk merawat pantai.”
Keberadaan tempat wisata pesisir dan pantai menuntut tanggung jawab besar dari para pemangku kepentingan demi terjaga kelestariannya. Mahasiswa perlu terlibat aktif untuk peduli dan mengkampanyekan pentingnya keberadaan tempat wisata berkelanjutan yang menghadirkan kesejahteraan bagi manusia dan lingkungan. ***