Pilkada Serentak 27 November 2024
Meski tidak sebombastis gaung pilihan presiden 14 Februari 2024, PILKADA serentak di Indonesia harus mendapat perhatian seksama dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Ada 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota se-Indonesia yang mengikuti perhelatan politik memilih para calon pemimpin daerah yang akan menentukan nasib banyak orang untuk 5 tahun ke depan. Stube HEMAT yang mewadahi anak-anak muda dan mahasiswa mencoba menjaring opini beberapa mahasiswa mengenai perhelatan politik memilih pemimpin daerah. Mempercayakan masa depan kita kepada para pemimpin adalah situasi seperti membeli kucing dalam karung, pertaruhan gambling yang luar biasa. Tingkat kepercayaan kita seyogyanya didasarkan pada integritas, transparansi, kemampuan calon pemimpin untuk mendengarkan, dan model komunikasi yang dimiliki. Berikut ini adalah beberapa opini gen-z yang berhasil dijaring oleh Stube HEMAT saat diskusi berkaitan dengan PILKADA serentak (Rabu, 13/10/2024).
“Menjadi pemimpin bukan suatu hal kecil, pemimpin juga jangan hanya mengobral janji-janji saja, terutama di daerah-daerah seperti Papua misalnya, yang sangat membutuhkan pemimpin yang bisa mendengarkan kebutuhan masyarakat, membangun perumahan misalnya, atau fasilitas publik lainnya,” kata Shergino Antonio Ongkor, mahasiswa Ilmu Komunikasi-STPMD.
Hal senada juga disampaikan oleh Aristoteles Kaitana, mahasiswa Ilmu Pemerintahan-STPMD, ”Latar belakang seorang pemimpin penting menjadi pertimbangan, baik atau buruk, apakah waktu memimpin berjalan dengan baik, dan masyarakat bisa menerima kepemimpinannya. Semua warga negara punya hak untuk memilih”.
“Generasi-Z harus memiliki kriteria saat memilih pemimpin, etika moral adalah kriteria utama dan bisa menjadi tolok ukur, seperti pernahkah korupsi atau membuat janji-janji palsu, apakah perencanaan pembangunan yang dimilikinya berpihak memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan atau tidak. Mahasiswa gen-zi diharapkan menjadi agen perubahan dan terlibat aktif dalam diskusi-diskusi dan memberikan edukasi politik kepada masyarakat untuk memilih pemimpin secara benar,” papar Delano Iventus F. Turot, mahasiswa Ilmu Komunikasi-STPMD dengan penuh semangat.
Pendapat yang sama juga disampaikan Jerliyando George Korwa, mahasiswa Ilmu Komunikasi-STPMD, bahwa track-record merupakan hal penting saat memilih pemimpin sekaligus pemimpin itu harus merakyat dan mencintai rakyatnya.
Pilkada serentak 27 November 2024, merupakan ajang perebutan kekuasaan dan menentukan pemimpin-pemimpin baru untuk lima tahun kedepan, sehingga menurut Irene B.M. Zalukhu, mahasiswa Magister Politik Pemerintahan-UGM, pilkada serentak bukan hanya satu hari pada hari-H saja, tetapi ada lima tahun yang dipertaruhkan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak di tingkat daerah, supaya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Berbeda dari pendapat sebelumnya, Daniel Prasdika, mahasiswa theologia-STAK MARTURIA mengamati bahwa Gen-Zi banyak yang bersikap biasa-biasa saja atas adanya perhelatan politik pilkada serentak, karena mereka berpikir bahwa pilkada tidak akan mengubah apa-apa. Untuk itu perlu diskusi-diskusi yang menyentuh mindset banyak gen-zi bahwa memilih pemimpin yang tepat akan menentukan arah kehidupan banyak orang.
“Growing mindset menjadi hal penting bagi gen-zi, karena pilkada menentukan nasib kita lima tahun ke depan, sehingga gen-zi itu sendiri harus terlibat aktif dalam diskusi-diskusi untuk membuka wawasan dan memahami pentingnya memilih dengan benar. Dengan memilih pemimpin sesuai kriteria ideal, maka kita bisa mempercayakan nasib kita kepada para pemimpin,” tegas Patrick Valdano Sarwom, mahasiswa Ilmu Komunikasi-STPMD, mengakhiri acara diskusi hari itu. ***