Video merupakan teknologi yang menampilkan suara dan gambar bergerak untuk menyampaikan suatu pesan. Dari video tersebut pesan dapat berupa berita atau peristiwa berdasarkan fakta maupun cerita rekayasa yang dapat mengedukasi dan memberikan informasi. Kreasi video bisa ditampilkan dalam beberapa bentuk, seperti channel TV, Film, Youtube, Instagram, atau Tiktok. Setiap video yang disajikan tentu memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda.
Program “Perdamaian Dan Keadilan” yang dilaksanakan Stube HEMAT mengharapkan peserta dapat melihat dan memahami tentang perdamaian dan keadilan terutama kekerasan terhadap anak, perdagangan manusia dan kekerasan seksual yang terjadi. Selanjutnya Stube HEMAT Yogyakarta memberi kesempatan peserta mengikuti diskusi (Jumat, 6/8/2021) dengan topik program “Perdamaian dan Keadilan” yang dituangkan dalam bentuk video. Diskusi ini melatih peserta mengembangkan teknik pembuatan video, yang diikuti bukan saja oleh mahasiswa yang berdomisili di Jogja, melainkan ada yang dari luar pulau, seperti Alor NTT, Manggarai NTT, Sumba dan Kupang. Diskusi dilakukan secara online mengingat kebijakan PPKM Pemerintah yang masih berlaku.
Bekerjasama dengan Bandel Ilyas, seorang praktisi perfilman sebagai aktor (teater dan film), sutradara dan casting director yang telah menggarap beragam film dan karya lainnya seperti film pendek (Rumah Pohon, Unbaedah, Pulang Tanpa Alamat, Segawon), Filosofi Kopi, Demi Waktu dan Bumi Manusia, dan Mantuk yang disutradarainya. Dalam diskusi ini, ia mengungkap proses pembuatan film/video. Apa saja yang harus diperhatikan dalam pembuatan video? Seperti menentukan tema dan konsep video, menulis film statement sebagai ide untuk penulisan skenario, membuat shooting schedule untuk jadwal pengambilan gambar dan shooting list untuk merekam kejadian apa saja yang akan diperoleh, kemudian editing script sebagai kerangka film/ video yang akan dibuat. Langkah-langkah tersebut sangat penting dalam menjadikan video mentah menjadi kesatuan gambar visual yang mempunyai pesan dan tujuan. Pesan yang disampaikan setiap video tentu berbeda sesuai jenisnya komedi, edukasi, dokumenter atau video fiksi.
Dalam perbincangan dengan narasumber, peserta banyak bertanya mengenai pembuatan video bahkan ada yang belum pernah sama sekali membuat video kreatif. Salah satunya pertanyaan dari peserta bernama Isna, “Apakah data bisa ditambahkan supaya ada penguatan dalam dramatisasinya?” Narasumber menanggapi bahwa itu seperti reality show, video dokumenter bisa didramatisasi narasi dan naratornya. Nilai dramatis sebagai totalitas dari perjalanan dan penyampain alur dan pesan film bagi penonton. Kekuatan narasi dan narator sangat berpengaruh terhadap dramatisasinya. Ada juga Rivaldo yang bertanya berkaitan dengan pengalaman pribadi, bagaimana cara menampilkannya dalam video. Narasumber menjelaskan bahwa jika pengalaman pribadi, aspek yang banyak diungkapkan adalah obyektivitasnya dibandingkan subyektifnya, dimana script harus bersumber dari kejadian yang sebenarnya.
Melalui diskusi ini peserta diharapkan dapat mengambil pembelajaran sebagai modal membuat video kreatif agar memiliki manfaat untuk penonton. Diharapkan peserta bisa membuat video kreasi sendiri baik dari pengalaman pribadi maupun konsep yang sudah dibuat. Video yang baik adalah video yang memberikan pembelajaran dan pesan bagi penonton. Pesan positif berfungsi bukan untuk menjatuhkan dan menyinggung pihak atau orang lain.
Langkah lanjut berikutnya adalah Stube HEMAT Yogyakarta membuka kesempatan untuk peserta mengikuti lomba video pendek tentang Hak-hak Anak dan Realitas permasalahan yang dialami anak-anak di Indonesia. Teruslah mengasah kepekaan melihat realita sosial di sekitar dan mengungkapnya ke dalam video. Ayo mahasiswa bisa!***