Mengikuti forum dialog dan literasi yang diadakan oleh KOMINFO bekerja sama dengan PGI wilayah Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober 2018, di Hotel Tentrem Yogyakarta membawa tambahan wawasan dan pengalaman tersendiri. Mengusung tema ‘Taat Agama, Bergaul Harmonis, Sopan Berkomunikasi’ forum ini dihadiri kurang lebih 70 utusan gereja dan mahasiswa-mahasiswi kristiani.
Dalam sambutannya, ketua umum PGI Yogyakarta Pdt. Bambang Sumbodo, S,Th., M.Min menyebutkan bahwa perkembangan teknologi melahirkan budaya baru dan bukan hanya menjadi kebutuhan saja, teknologi sudah menjadi bagian hidup manusia.
Sesi pertama dipandu oleh Nugroho Agung (Yakum Pusat) selaku moderator, mendampingi nara sumber Fariza M. Irawady, Ketua Tim Media Kementerian Polhukam, yang menyampaikan topik kesatuan bangsa. Narasumber memaparkan bahwa Indonesia rentan akan peperangan dan kehancuran karena banyaknya kelompok etnik, suku bangsa dan bahasa. Hasil laporan dari berbagai lembaga dunia, seperrti Price Waterhouse coopers menyampaikan bahwa pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi lima besar dalam perekonomian, sementara Gallup Global Law and Order menyampikan bahwa Indonesia merupakan 10 negara teraman dari 144 negara. Sayangnya 43% persen masyarakat Indonesia merespon keberhasilan Indonesia dengan negatif. Di akhir sesi nara sumber mengajak peserta untuk tidak menyebarkan hoax maupun ujuran kebencian demi menjaga kesatuan bangsa.
Pembicara kedua adalah Pdt. Retno Ratih dari GKI Manahan mengawali dengan menyampaikan data penggunaan internet di Indonesia saat ini. Menurut hasilHootsuite, pengguna aktif sosial media sebesar 120 juta dan dalam satu hari rata-rata pengguna menghabiskan 8 jam 51 menit menggunakan internet. Fungsi media pun bergeser, yang seharusnya sebagai alat penyampai informasi berubah menjadi media provokasi, yang seharusnya sosialisasi menjadi media politik. Ajaran Kristen mengajarkan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Prinsip-prinsip komunikasi dalam iman Kristen antara lain; bingkai kesataraan dan perdamaian, partisipatoris, memihak pembebasan, membangun kebudayaan dan keberagamaan, profetik dan menantang kepalsuan.
Dr. Hendrasmo, pembicara ketiga adalah tenaga ahli Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik menyampaikanhoax atau hatespeech masih menjadi salah satu agenda utama di direktorat jendral informasi dan komunikasi. Menurut data Kominfo pada tahun 2017 terdapat 32 ribu aduan dengan kategori SARA, hoax, pornografi, radikalisme/terorisme dan penipuan online. Dalam 4 tahun terakhir Kominfo sudah memblokir kurang lebih 1 juta situs negatif. Dalam sesi tanya jawab, Hendrasmo menyampaikan bahwa Kominfo sendiri belum memilik aplikasi untuk memberantas hoax, tapi Kominfo bekerjasama dengan kelompok Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia). Ketika masyarakat merasa ragu terhadap suatu berita, mereka dapat mengecek kebenarannya melalui aplikasi tersebut atau melaporkan situs tersebut kepada Kominfo. Memang diakui bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan tetap berharap bahwa masyarakat berperan aktif dan membantu.
Sesi lanjutan setelah tanya jawab adalah membuat produk konten yang disampaikan oleh Dwitri Waluyo, dengan memberikan tips-tips bagaimana membuat suatu pemberitaan yang benar. Konten harus bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda tanpa menimbulkan gesekan dengan memperhatikan hipnoratingyaitu pemilihan kata/diksi, besar kecilnya huruf, dan mengandung 5W + 1H. Peserta diminta untuk membuat produk konten berupa meme dengan mengkreasikan ide melalui gambar dan tulisan berupa ajakan untuk tidak menyebarkan hoax danhatespeech. Semua peserta berpartisipasi dalam pembuatan konten tersebut yang selanjutnya dipilih tiga peserta terbaik. Sesi ini menjadi bagian akhir dari forum dialog ini. (ITM).