Oleh Kresensia Risna Efrieno.
Pernahkah kamu mendengar Diorama Arsip Jogja? Ya, Diorama Arsip Jogja adalah gebrakan baru museum sebagai wahana belajar sejarah Yogyakarta selama 400 tahun. Apa bedanya dengan museum lain? Apa yang menarik di sana? Kemajuan teknologi memaksa segala bidang yang dilakukan manusia beradaptasi dan berinteraksi untuk menerapkannya, dari bidang ekonomi, informasi, transportasi, sosial budaya termasuk dunia pendidikan. Diorama Arsip Jogja menanggapi kemajuan teknologi dengan menampilkan sesuatu yang unik dan menarik, yaitu menggabungkan ulasan sejarah yang kredibel, kreativitas seni rupa, dan teknologi maju secara terpadu.
Adaptasi dunia pendidikan terhadap kemajuan teknologi menjadi perhatian Stube HEMAT Yogyakarta, termasuk bagaimana mengemas konten edukasi memanfaatkan teknologi. Stube HEMAT Yogyakarta memperkaya pengalaman mahasiswa dengan melakukan kunjungan belajar ke Diorama Arsip Jogja yang terletak di kawasan Banguntapan, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (21/06/2022). Kunjungan belajar ini membantu mahasiswa mempelajari sejarah Yogyakarta dari 400 tahun yang lalu. Tak hanya paparan narasi, namun juga ornamen yang berkisahsejarah Yogyakarta dengan desain ruang, tata cahaya termasuk desain audiovisual membuat pengunjung seolah-olah dibawa kembali ke masa lampau awal terbentuknya Yogyakarta.
Di dalam museum tersedia 18 ruang diorama dengan bagian sejarah yang dikemas dengan keunikannya masing-masing, seperti ruang yang menceritakan masa Kebangkitan Mataram dengan visual kehidupan masyarakat masa lalu, masa Kesultanan, yang nampak dengan maket kraton Yogyakarta dan beragam ornamen, masa Pergerakan, yang muncul dengan dekorasi jalur kereta api, masa Kemerdekaan melalui narasi-narasi yang menggugah semangat perjuangan, masa Republik dengan dokumentasi pembangunan Indonesia, dan masa Reformasi muncul dengan video gerakan rakyat termasuk testimoni tentang ketangguhan Yogyakarta melewati gempa dan letusan Merapid. Para mahasiswa antusias mempelajari sejarah dari tampilan museum dan paparan pemandu museum. Tak kurang dari empat puluh lima menit untuk melakukan tour dalam 18 ruangan di Diorama Arsip Jogja.
Pendekatan teknologi terbukti menjadi sarana yang efektif untuk dunia pendidikan. Sering ada anggapan berkunjung ke museum arsip tentu membosankan karena berisi tentang kearsipan sejarah yang dianggap kuno, berat dan ketinggalan zaman. Namun,dengan berpadunya kreativitas danteknologi yang semakin canggih, kebosanan itu ternyata bisa bertransformasi menjadi sebuah proses belajar yang menyenangkan dan menarik.
Siap atau tidak, semua dituntut beradaptasi dengan kehadiran teknologi yang semakin berkembang. Terlebih mahasiswa, skills yang dimiliki harus terus diperbaharuhi sesuai perubahan yang cepat ini. Siapkah? ***