'AWU'-KU YANG MALANG Sebuah Catatan Perjalanan

pada hari Senin, 29 September 2014
oleh adminstube
 
 
Hari keberangkatan menuju Yogyakarta akhirnya tiba. Aku dan teman-teman satu tim yang terdiri dari Ignas, Feni, Yumi, Budi dan Ningsih berkumpul di dermaga Waingapu, Sumba. Kami menunggu waktu masuk kapal. Kapal yang akan membawa kami ke Pulau Jawa adalah KM Awu. Dia adalah satu-satunya kapal yang membawa pergi dan mengantar orang dari dan ke Pulau Sumba. Sehingga dengan sendirinya ‘Awu’ sudah menjadi bagian hidup dari penduduk Sumba yang akan keluar pulau.
 
Perjalanan yang kami tempuh tidaklah pendek, karena dari dermaga Waingapu kami harus singgah di beberapa pelabuhan seperti Bima di Nusa Tenggara Barat dan Benoa di Bali dan itu memakan waktu kurang lebih tiga hari dua malam. Sungguh perjalanan yang cukup melelahkan bagi kami.
 
Situs resmi PT. Pelayaran Nasional Indonesia menyebutkan bahwa kapal ini adalah kapal buatan Papenburg, Jerman pada tahun 1991. Dengan total kapasitas 969 penumpang, kapal ini dirancang untuk mengangkut 14 penumpang kelas I, 40 penumpang kelas II, dan 915 penumpang kelas ekonomi. Sungguh suatu rancangan yang memadai untuk mengangkut penumpang dengan nyaman. Tentu saja pelayaran kami tidak sendiri. Kami bersama penumpang lain dengan berbagai macam tujuan yang sungguh jumlahnya melebihi ketentuan. Namun demikian perjalanan kami menuju Tanjung Perak sungguh merupakan sesuatu yang berkesan.
 
Sejenak aku merenung di tengah himpitan penumpang berjuang mendapat ruang. Haruskah ‘Awu’-ku berbeban lebih? Kuamati keadaan di atas kapal, benar-benar sesuatu yang mengganggu pikiran, penumpang sangat banyak, dan sepertinya kelebihan muatan. Kami harus tidur di lantai kapal beralaskan kertas semen yang kami beli lima ribu selembar. Sementara banyak penumpang lainnya harus tidur di luar. Sebuah ironi dari Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim dengan alat transportasi laut yang tidak mendapat perhatian. Selain itu, jika kapal kelebihan muatan maka resiko bagi penumpang atas keselamatan dirinya.
 



Aku hanya memiliki harapan, bahwa pemerintah khususnya pihak pengelola pelayaran lebih memperhatikan keselamatan penumpang sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari dan penumpang merasa nyaman ketika menggunakan KM Awu. “..dan Awu-ku berlayar dengan senyum mengembang...”Semoga. (JEMS)

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua