Mahasiswa mengabdi ke desa: Kami bisa! (2) Pengalaman peserta Village and Me

pada hari Senin, 31 Desember 2018
oleh adminstube
 
 
 
Kiprah anak muda khususnya mahasiswa Sumba yang pernah menjadi peserta program Village and Me dari Stube-HEMAT Sumba membangkitkan semangat mahasiswa lainnya untuk ikut serta di periode berikutnya. Rasa kepedulian mereka terhadap desa asalnya kembali bersemi dan ide-ide segar mereka bermunculan. Ini membangkitkan optimisme karena semakin banyak anak muda yang peduli dan bersemangat membangun desanya maka ‘image’ desa sebagai kawasan yang tertinggal akan semakin berkurang.
 
Angkatan kedua tahun 2018 ini, melibatkan tiga mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Sumba untuk mengabdikan ilmu dan pengalaman selama kuliah untuk masyarakat desanya yang tersebar di berbagai wilayah di Sumba. Mereka memiliki kepercayaan diri dan keyakinan bahwa yang mereka lakukan itu bermanfaat.
 
Adriana Pindi Moki, yang sering dipanggil Ambu, melakukan penyuluhan kesehatan untuk penduduk di kampung halamannya di Waikanabu, Tabundung, Sumba Timur. Sebagai mahasiswa Akademi Perawat Waingapu jurusan Keperawatan ia terampil melakukan penyuluhan Keluarga Berencana dan pemeriksaan kesehatan kepada pasangan usia subur dan anak-anak. Ia juga menyediakan leaflet tentang kesehatan ibu dan anak. Ini sangat berharga karena membantu penduduk desa yang jauh dari kota mendapatkan bacaan yang bermanfaat. Penduduk merespon baik inisiatif Ambu untuk membagikan pengetahuannya di bidang kesehatan dan berharap mahasiswa lainnya untuk datang dan berbagi pengetahuan.
 
Trias Manu, seorang mahasiswa dari desa Mauhau, Sumba Timur membagikan pengetahuan yang ia dapatkan di Akademi Komunitas Negeri (AKN) Waingapu jurusan Pakan Ternak. Ia mempraktekkan pembuatan pupuk organik cair dan padat di GKS Mauhau bersama anggota jemaat gereja setempat yang sebagian besar petani. Saat ini mereka tetap menggunakan pupuk organik hasil produksi mereka sendiri.
 
“Kegiatan ini mengajarkan saya untuk saling berbagi, tidak berputus asa dengan keterbatasan yang kita miliki. Awalnya saya memang gugup dan bingung untuk memulai kegiatan, tetapi setelah dijalani akhirnya saya merasa senang karena ilmu saya bisa bermanfaat” ungkap Trias.
 
Makson Rangga Nduna, aktivis Stube-HEMAT Sumba yang kuliah di Unkriswina jurusan Ekonomi Pembangunan tertarik untuk melakukan pendampingan kepada petani sayur di sekitar rumahnya di Karaha, Lambanapu. Ia seorang mahasiswa sekaligus petani sayur yang memiliki pengetahuan tambahan tentang pertanian organik dari beberapa kali mengikuti pelatihan di Stube-HEMAT Sumba. Tanaman yang ia budidayakan antara lain sawi, kemangi, kacang panjang, terong, singkong, pepaya, pisang, bayam, serai dan pakan ternak.
 
Saya menyukai program ini karena cocok dengan hobi dan latar belakang saya dari keluarga petani. Hasil panen bisa mencukupi sebagian kebutuhan sayuran keluarga, sebagian dijual untuk membeli kebutuhan lainnya dan menjadi contoh bagi petani lainnya. Tetapi saya juga mengalami gangguan karena pemilik ternak melepas hewannya sehingga tak jarang hewan-hewan tersebut makan tanaman, jadi hasil panen tidak maksimal. Kami terus mencari cara bagaimana agar tanaman kami tidak dirusak hewan ternak, seperti memberi pagar dan menghimbau pemilik ternak untuk mengawasi ternak mereka”,ungkap Makson.
 
Terbukti, ketika mahasiswa mendapat dukungan dan kesempatan mengabdikan pengalaman yang mereka dapatkan di kuliah, mereka mampu melakukannya. Semoga kegiatan ini menjadi jalan berkat. (TRU).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua