Belajar Di Tengah Pandemik Covid-19

pada hari Minggu, 30 Agustus 2020
oleh Siprianus Ndawa Lu, S.Pd

 

Dunia pendidikan, khususnya di Indonesia benar-benar harus menelan pil pahit. Bagaimana tidak, virus Pandemi Covid-19  menjadi penyakit yang paling ditakuti setiap orang saat ini. Penyakit ini sudah merasuk bukan hanya di kota-kota tetapi juga di desa-desa. Desa Lainjanji dan sekitarnya tidak luput dari berita-berita, baik kabar bertambahnya pasien yang positif atau kabar duka cita karena Covid-19.

 

Dinas pendidikan kabupaten Sumba Timur telah mengeluarkan surat terbuka bagi setiap PAUD, SD/MI, SMP/MTs di daratan Sumba Timur supaya siswa harus Belajar Dari Rumah (BDR) pada akhir April lalu.  Sekolah akan dibuka seperti biasa jika Pandemik telah berlalu. Mulai Juli 2020, Indonesia sudah memberlakukan “New Normal” dan masyarakat bisa beraktivitas dengan mematuhi protokol kesehatan.

 

Siswa telah dihentikan untuk belajar di sekolah dan diganti dengan belajar dari rumah. Kepala sekolah SMP Negeri 2 Wulla Waijilu, tempat saya mengajar telah mendapat informasi via telepon dari Dinas Pendidikan dan waktu itu kelas IX tengah mengikuti mid-semester pada hari kelima. Selanjutnya, siswa belajar dari rumah dengan metode Luring (luar jaringan). Siswa diliburkan dari aktivitas sekolah dan tetap belajar seperti biasa di rumah. Setiap hari Senin dan Rabu guru mengantar dan menjemput tugas ke rumah-rumah siswa. Tantangannya sebenarnya tidak terlalu sulit meskipun berbukit-bukit, hanya saja kondisi jalan penghubung antar desa yang kurang bersahabat atau dalam kondisi rusak. Selanjutnya guru mengadakan rapat evaluasi pada hari Jumat. Kegiatan itu terjadi berulang sampai ditetapkan “New Normal”.

 

Saat New Normal pembelajaran yang saya lakukan dengan membagi siswa ke dalam 4 kelompok sesuai gugus masing-masing, yaitu gugus Lainjanji, gugus Lumbumanggit, gugus Latena dan gugus Laipandak. Dalam satu gugus ada kelas 7, 8, dan 9 dimana titik kumpulnya berada di gereja, kantor desa, rumah warga, dan bisa juga di bawah pohon. Sebenarnya tidak terlalu ada tantangan berat dalam hal mengajar karena siswa cukup bersemangat mengikutinya. Terasa sulit saat mengatur siswa kelas 7 yang cederung ingin berlari dan bermain di jalanan saat pergantian jam pelajaran.

 

 

 

Situasi siswa belajar dari rumah sebenarnya telah diterapkan sejak akhir April 2020. Banyak pengalaman manis dan pahit bagi guru dan siswa terkait KBM, baik dari pihak guru yang merasa kurang puas dengan kegiatan mengantar dan menjemput tugas karena minimnya kesempatan menerangkan materi. Di sisi lain para siswa merasa kesulitan belajar sendiri terutama untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika yang memerlukan penjelasan lebih mendalam, namun demikian, mereka tetap optimis dan mengerjakan tugas sampai selesai. Sedangkan pihak orang tua siswa mengeluhkan bahwa anak mereka akan bodoh dan akan menghabiskan banyak waktu mereka dengan hal-hal yang kurang baik karena tidak berada di sekolah, tetapi guru-guru memberikan pemahaman dan penjelasan bahwa guru sudah memberikan mereka tugas, termasuk meminta kerja sama yang baik dengan orang tua supaya mereka membimbing anak-anak mereka selama mengerjakan tugas.

Memang Covid telah mengubah segala sesuatu tetapi dengan niat yang tulus dan pikiran yang baik, semua akan berjalan dengan baik dan mendapat solusi terbaik. Mari kita bersama-sama melawan Covid dengan tetap di rumah, memakai masker, menjaga kesehatan dan memiliki optimisme untuk keadaan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Tetap semangat untuk para guru, siswa dan orang tua.***


  Bagikan artikel ini