Mencari Sumber Tanaman Pewarna Alami

pada hari Senin, 7 Desember 2020
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd

Sabtu, 4 Desember 2020, kelompok tenun Tanatuku kembali melanjutkan tahapan pelatihan ikat benang motif yang belum selesai. Kegiatan dimulai pukul 13.00 sampai 17.00 WITA didampingi mama Yustina sebagai pelatih. Kemajuan-kemajuan dalam berlatih melalui segala tahapan tenun ditunjukkan oleh para peserta, ada yang sudah sangat bagus walaupun masih ada beberapa kesalahan, seperti ikatan benang yang harus dibuka dan diulangi kembali karena ikatannya kurang kencang. Dari kesalahan ini pelatih menegaskan kembali jika ikatan benang kurang kencang maka motif tidak akan terlihat seperti bentuk motif yang diinginkan. Para peserta pun menyadari bahwa berkualitas atau tidaknya hasil tenunan mereka ditentukan dari kegigihan dalam berlatih. Para peserta pun kembali bersemangat untuk memperbaikanya kembali. Begitulah pemula harus melalui proses panjang, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

 

 

Disamping proses menyelesaikan tahapan ikat benang, peserta juga harus mempersiapkan bahan pewarnaan untuk 20 sarung yang sedang dikerjakan. Apabila menggunakan pewarna alam, tentu harus dipikirkan bagaimana mendapakan bahannya, sementara tanaman sumber pewarna alami tidak ada di daerah tempat tinggal. Tanaman sumber warna alam ada banyak di daerah yang pada umumnya warganya penenun. Kebetulan mama Yustina, pelatih tenun berasal dari Lambanapu yang merupakan daerah pengrajin tenun dan mempunyai kebun khusus tanaman nila.

Minggu, 6 Desember 2020, seusai gereja, bersama pelatih tenun dan beberapa perwakilan dari kelompok tenun berangkat ke kampung Lambanapu, Kecamatan Kambera untuk mendapatkan bahan pewarna alam tersebut. Dengan transportasi pick up kami habiskan sekitar 2 jam di perjalanan. Karena saat itu musim hujan, kami pun kehujanan dan kedinginan namun itu semua tidak mengurangi semangat kami untuk mendapatkan bahan pewarna alam. Setibanya di kebun nila, kami takjub dengan begitu banyaknya tanaman nila yang terlihat sangat hijau dan subur. Kami pun segera memotong dan masukkannya ke dalam 6 karung besar dan segera kembali pulang ke Tanatuku.

 

 

Daun nila yang sudah tersedia selanjutnya dibersihkan dan siap direndam di wadah yang disediakan. Proses perendaman dilakukan sampai menghasilkan ampas, barulah selesai perendaman. Selanjutnya ampas dari daun nila dijemur sampai kering dan pada akhirnya kain tenun yang motifnya sudah diikat direndamkan ke dalam wadah berisi air dengan mencampurkan ampas nila hasil jemuran. Terus semangat perempuan Tanatuku, untuk tahapan berikutnya.***


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua