Datang Dengan Asa   Pulang Dengan Paradigma Baru

pada hari Rabu, 15 November 2017
oleh adminstube
 
Multiplikator dan Pemuda Bengkulu
Hadiri Survival Competency Training Yogyakarta
 
Mengenalkan program Stube HEMAT dan membawa pemuda Bengkulu untuk mengikuti langsung pelatihan di Stube HEMAT Yogyakarta, dimana multiplikator bertumbuh saat menempuh studi di Yogyakarta merupakan kesempatan luar biasa dan penting. Pelatihan bertajuk “Datang dengan asa, pulang dengan...” digelar oleh Stube-HEMAT Yogyakarta. Tujuan dari pelatihan ini adalah mahasiswa dan pemuda mampu bertahan dengan kemampuan dan skill yang mereka miliki. Karena masalah yang dihadapi semakin beragam, mahasiswa dan pemuda dituntut cerdas dan kreatif menemukan solusi.
 
Wisma Pojok Indah yang terletak di jalan Kubus, Tiyasan, Condong Catur, Sleman, DIY, dipilih menjadi lokasi pelatihan. Delapan sesi digelar selama tiga hari, Jumat-Minggu, 10-12 November 2017.Bersama multiplikator Bengkulu, Agnes Yohana Sinaga, seorang mahasiswa Universitas Bengkulu mengikuti pelatihan di tempat ini. 

Bagi multiplikator,datang ke Yogyakarta dan berbagi pengalaman selama studi di Yogyakarta menjadi proses penyegaran dan membangun semangat baru di tengah kegiatan multiplikasi. Sementara untuk Agnes, pelatihan ini memperkaya pengalaman untuk menganalisa kehidupan anak-anak muda di daerahnya, atau di Bengkulu pada khususnya. Sejauh ini mayoritas pemuda yang datang keBengkulu untuk studi berasal dari luar daerah. PemudaBengkulu yang terus melanjutkan studi ke jenjang universitas di Bengkulu bisa dikatakan hanya sedikit. Asumsi yang diambil dari pengamatan sehari-hari, mereka lebih memilih bekerja setelah lulus dari pendidikan menengah tanpa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi. 

Agnes merasa beruntung bisa ikut pelatihan bagaimana bertahan hidup sebagai seorang mahasiswa di rantau dan mengenal hitam putih Yogyakarta. Diakuinya bahwa beberapa teman mahasiswa sulit mengembangkan ekonomi secara kreatif, bahkan tidak melihat bahwa hobi seperti bermain musik bisadikembangkan sebagai pertunjukan seni yang kreatif, sementara usaha kuliner saat inisedang menggeliat di Bengkulu.

Untuk mahasiswa, permasalahan studi menjadi hal tersendiri, sering merasa kesulitan menjawab mengapa mereka studi bahkan tujuan studi belum terjawab hingga di semester akhir. Program Multiplikasi diharapkan masuk dan memberi warna untuk memberi pemahaman soal tujuan hidup. Sejak awal, mereka harus punya idealisme. Menurut Pdt. Em. Bambang Sumbodo, idealisme itu mahal dan pasti ada rahasia besar kenapa anda ditempatkan di situ. Dalam iman kristianipun disebutkan bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan. 

 
Multiplikator terkesan terhadap kinerja tim dan volunteer Stube-HEMAT Yogyakarta dalam merekrut dan mengundang peserta secara intensif dan mencapai target. Materi yang disampaikansangat kaya mulai pembicara dari pekerja sosial, pekerja media, ekonom, dan alumni. Benar-benar menjawab kebutuhan mahasiswa.
 
Materi yang didapatkan akan dibagikan juga di Bengkulu Utara. Kiranya semakin banyak pemuda mendapat berkat dari pelayanan yang dilakukan. (YDA)

 


  Bagikan artikel ini

_W O R K S H O P_ Pemuda dan 500 Tahun Reformasi Gereja   GKSBS Kurotidur, Bengkulu Utara

pada hari Senin, 9 Oktober 2017
oleh adminstube
 
 
 
Reformasi gereja adalah suatu peristiwa yang mengawali lahirnya gereja protestan di seluruh dunia, tepatnya tanggal 31 Oktober 1517, ketika Dr. Martin Luther menempelkan 95 tesisnya yang menentang praktik-praktik dan dogma gereja yang disalahgunakan dan membelenggu umat, terutama praktik jual-beli surat indulgensia sebagai syarat pembebasan dari api penyucian. Tahun 2017 ini menjadi tahun peringatan Reformasi Gereja yang ke-500. Tidak banyak anak muda yang tahu sejarah gereja hingga muncul gereja protestan yang terpisah dari gereja Roma Katholik, terutama yang tidak belajar teologi. Workshop digelar dengan tujuan dua hal yakni memperkenalkan teori terkait konflik dan penyelesaiannya, serta memberi pemahaman kepada pemuda gereja tentang Reformasi Gereja.
 

 

Workshop digelar pada tanggal 7–8 Oktober 2017, bertempat di gedung GKSBS Kurotidur. Tempat ini dipilih karena terletak tidak jauh dari tempat tinggal para pemuda sehingga cukup kondusif dengan tidak lupa memberi tahu RT 02 Dusun VII dan Kepala Dusun VII Desa Margasakti. Peserta yang hadir tercatat sebanyak 21 orang dengan beberapa teman mahasiswa yang datang dari Kota Bengkulu. Mahasiswa-mahasiswa ini aktif dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Bengkulu.
 
Workshop digelar dua kali, yang pertama pada tanggal 30 September 2017 yakni dengan kegiatan nonton bareng film Martin Luther. Kegiatan ini dihadiri 14 pemuda gereja yang sebagian dari mereka mengaku tidak memahami apa maksud film ini. Yohanes Dian Alpasa selaku pemandu menyampaikan secara sederhana maksud dari film tersebut.
 

 

 


Kegiatan kedua adalah wokshop yang bertajuk “Pemuda dan 500 Tahun Reformasi Gereja”. Empat sesi yang disampaikan meliputi: 1)perkenalan Program Multiplikasi Lembaga Stube-HEMAToleh Yohanes Dian Alpasa, 2) konteks Pemuda GKSBS Kurotidur oleh Majelis dan warga jemaat setempat (bapak Ananias Suwarno dan bapak Hari Pujianto), 3) Pengalaman gereja hadapi perubahan dan makna reformasi untuk kita oleh Pdt. DR. Tumpal MPL. Tobing., Mag. Theol, 4) Macam-macam konflik dan pendekatannya oleh ibu Ariani Narwastujati, S.Pd., S.S, M.Pd.
 
Pergumulan gereja saat ini dengan kesibukan dan keterbatasan waktu yang dimiliki anak mudanya membuat gereja banyak kehilangan anak-anak mudanya, terutama gereja di desa. Anak-anak muda pergi ke kota, untuk studi atau bekerja. Saat ini anak-anak muda lebih sibuk dengan dirinya dan kurang bermasyarakat dan bergereja, hal itu diakui oleh majelis gereja, Suwarno. “Dulu saat jaman muda kami sekitar tahun 1992-1999, kami selalu semangat untuk bersekutu meskipun jalan kaki untuk menempuh jarak sekitar 7 kilometer-an. Kami tidak pernah lupa tanggal kesepakatan untuk berkumpul kembali, meskipun belum ada handphone atauWhat’s App seperti saat ini,” tambahnya. “Dulu yang punya motor hanya saya, sehingga motor saya dipakai untuk menjemput bolak-balik sampai bannya pecah”, tambah Hari Pujianto mengenang saat masih muda sambil tertawa.
 
Reformasi yang dilakukan Martin Luther membawa perubahan tidak hanya dogma gereja tetapi juga kemerdekaan untuk berpikir dan mengkritisi. “Gereja bukanlah kapal pesiar yang mengajak para penumpang bersenang-senang, tetapi gereja ibaratnya kapal tempur dimana para penumpangnya siap sedia bertempur melawan ketidakadilan, kemiskinan, kerusakan moral, kebodohan, juga penindasan”, Pdt. Tumpal memberi ilustrasi posisi gereja saat ini setelah 500 tahun Reformasi. Tentu saja perubahan sering menimbulkan konflik sehingga penting untuk mempelajari macam-macam konflik dan bagaimana pendekatannya. Para peserta pun bermain peran dalam konflik sehari-hari yang mereka alami, dan memahami bagaimana menjadi mediator dan pembawa damai dalam sesi terakhir. (YDA).
 
 

 


  Bagikan artikel ini

  ‘SMART’ Menyanggah dan Mendukung

pada hari Senin, 21 Agustus 2017
oleh adminstube
 
 
Setiap orang tentu terlibat dalam berbagai interaksi. Semakin baik orang-orang dalam memahami lawan bicara maka semakin baik kualitas interaksinya. Interaksi dalam bentuk pembicaraan dapat berlangsung baik formal maupun nonformal dan berlangsung dimana-mana, baik di gelanggang olahraga, sekolah, pos ronda, atau pun tempat kerja. Seringkali terjadi bahwa selisih paham dianggap sebagai beda pendapat yang bertentangan yang berarti menyerang lawan bicara, padahal sebenarnya tidak begitu pemahamannya.

Untuk mengantisipasi hal itu, Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu menggelar diskusi bertajuk “Membuat Kalimat Dukungan Atau Sanggahan.” Materi ini dikemas secara sederhana dan dibagikan kepada 15 pemuda di lingkungan desa Margasakti, pada Sabtu, 19 Agustus 2017, pukul 19.00 WIB. Lima belas pemuda ini berasal dari gereja di lingkungan Margasakti dan aktif mendukung Buletin Kemudi Semar (media yang didirikan sejak program Multiplikasi Stube-HEMAT dilakukan di Bengkulu). Sebagai aktivis dalam media komunikasi, pengetahuan bagaimana menyanggah dan mendukung yang baik dalam diskusi  perlu diberikan.

Pertanyaan awal yang dilontarkan sebagai pembuka diskusi adalah,”Pernahkah teman-teman berdebat?” Separuh dari peserta menjawab pernah dan mengakui bahwa perdebatan mereka sering berujung kekecewaan. “...Perdebatan berujung kekecewaan itu tidak perlu lagi terjadi,” kata Yohanes, multiplikator Bengkulu. Selanjutnya peserta diskusi diajak untuk masuk dunia baru dimana orang belajar untuk saling mengerti dan memahami. Pembicaraan sesungguhnya adalah bagaimana saling mengisi dan melengkapi, bukan untuk mencari musuh atau menang sendiri. Beberapa contoh, misalnya, kata “semua” bisa disanggah dengan kata “ada”. Dalam bentuk contoh kalimat bisa berbunyi; “Semua kelapa sawit diangkut ke Bengkulu Tengah”. Bagaimana cara menyanggah kalimat ini? Peserta mulai membaca kembali panduan yang sudah dibagikan dan  dengan ragu-ragu mereka menjawab,” Ada sawit tidak diangkut ke Bengkulu Tengah”. Untuk melengkapi argumen yang diberikan, kata “ada” cukup ditambah satu bukti saja. Misalnya berupa kalimat, ”...ada kelapa sawit yang dibawa ke Bengkulu Utara.”
 
Contoh kalimat yang lain seperti; “Semua gorong-gorong tidak mampu menampung air saat banjir di Tanah Hitam”. Peserta sepakat menjawab; “Tidak semua gorong-gorong tidak mampu, ada gorong-gorong yang masih mampu menahan banjir”.
 
Bagaimana bila kita bertindak sebagai penyaji suatu pernyataan? Bagaimana bila kita sendiri ingin menyatakan sesuatu dan bagaimana bila disanggah? Sebagian pernyataan bisa disanggah. Hanya saja kita perlu berhati-hati dalam mengungkapkan suatu pernyataan. Kehati-hatian itu bisa ditunjukkan dengan; 1) hindari kata “semua” bila kita tidak mengetahui keseluruhan isi maupun bentuk dari suatu informasi. 2) hindari pula kata “setiap” dan “selalu” bila kita tidak memperhatikan setiap rincian informasi yang kita terima. 3) cara aman yang biasa dipakai adalah gunakan kata “ada”, “sebagian”, dan “beberapa”.
 
Multiplikator mengakui bahwa ada saja teman-teman yang menggunakan kata rumit dan sulit untuk didefinisikan. Tidak jarang kata itu sulit dimengerti bila tidak diperhatikan dengan seksama. Misalnya pada kata “banyak” yang sifatnya relatif dan harus dihindari dalam penyajian pendapat dalam diskusi.
 
Kemampuan berdiskusi dengan memperhatikan hal-hal di atas kiranya mampu meminimalisir kesalahpahaman. Kemampuan semacam ini dapat dimiliki siapa saja dan tidak hanya dimonopoli oleh kelompok terpelajar saja. (YDA)

 

 

  Bagikan artikel ini

Normalisasi Lahan Persawahan Berspekulasi Dengan Janji Setia Pemerintah

pada hari Senin, 17 Juli 2017
oleh adminstube
 
 
 
 
Visi negeri mencapai swasembada pangan membuat pemerintah melakukan berbagai terobosan seperti diantaranya menormalisasi jalur irigasi, membangun bendungan air, dan memperluas daerah persawahan. Tidak mengherankan jika setiap kunjungan pemerintah senantiasa dilengkapi dengan acara panen raya dan peresmian waduk dan bendungan. Kita semua berdoa dan mendukung supaya tujuan swasembada pangan ini benar-benar tercapai.
 
Di sisi lain, saat ini mayoritas petani di Bengkulu Utara menanam tanaman perkebunan. Mereka enggan menanam padi yang dianggap tidak menguntungkan dan pengalaman memberi kenyataan bahwa mereka senantiasa mengalami kerugian. Pemerintahan tidak menjamin ketersediaan pupuk dan ini mengganggu pertumbuhan tanaman. Tidak jarang petani merugi dan terpaksa mengalihkan tanaman palawijanya (termasuk padi) kepada tanaman keras (kelapa sawit). Saat mereka menanam kelapa sawit dan karet di lahan persawahan yang seharusnya ditanami palawija dan padi, kondisi ekonomi keluarga mereka membaik.
 
Seiring bertumbuhnya perkebunan tanaman keras dengan model monokultur, para aktivis lingkungan menunjukkan data kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pengembangan perkebunan kelapa sawit. Yang paling nyata adalah hilangnya keanekaragaman hayati yang memicu menurunnya kualitas lahan dan munculnya hama serta penyakit tanaman. Permasalahan sosial pasti juga mengikuti seperti perijinan lahan peruntukan, pembebasan tanah dan ganti rugi dan yang lainnya. Dampak-dampak seperti ini menjadi kajian untuk membuat kebijakan dan usaha selanjutnya, khususnya rencana normalisasi lahan.
 
 
Pertengahan April 2017, keresahan mulai dirasakan di lingkungan petani tanaman keras di Bengkulu Utara. Dari beberapa sumber informasi yang diperoleh seperti dari seorang warga yang sedang mengerjakan proyek Kementerian Pertanian dan dari seorang pekerja untuk proyek normalisasi persawahan di Kabupaten Muko-Muko, diketahui bersama bahwa pemerintah berencana membongkar lahan sawit di Kabupaten Muko-muko (kabupaten paling utara di Provinsi Bengkulu) yang sudah beralih fungsi dari lahan persawahan ke perkebunan. Data juga menunjukkan bahwa luas lahan untuk provinsi Bengkulu yang dinormalisasi mencapai 1.850 hektar, 1.200 hektar di antaranya terletak di Muko-muko.
 
Di tengah keresahan tersebut pemerintah meyakinkan masyarakat dengan menjamin pengairan dan menjaga kelancaran suplai pupuk untuk petani. Melalui perhitungan yang disosialisasikan kepada warga, diperoleh pemahaman bahwa menanam padi sebenarnya lebih menguntungkan daripada bertanam kelapa sawit dan karet. Untuk satu hektar padi (dengan asumsi minim serangan hama dan ketersediaan pupuk dan air yang lancar) petani dapat memperoleh penghasilan Rp 64.000.000,- pertahunnya. Sementara dengan bertanam karet dan kelapa sawit, petani mendapat penghasilan antara Rp 28.000.000,- hingga Rp 32.000.000,- saja. Atas perbandingan ini masyarakat menjadi tahu bahwa keuntungan akan lebih besar didapatkan bila petani menanami lahannya dengan palawija dan padi. Mengapa masyarakat mengalihkan tanamannya ke kelapa sawit dan karet sekalipun hasilnya lebih sedikit daripada padi? Karet dan sawit memberi mereka penghasilan yang pasti.
 
 

 

Selanjutnya, warga yang antusias menanggapi normalisasi lahan, segera menanami lahannya dengan padi sekalipun pohon kelapa sawit belum dibongkar dari lahan mereka. Waktu yang berjalan kedepan akan membuktikan apakah pemerintah setia dengan janji menjamin irigasi dan ketersediaan pupuk, ataukah petani akan menjadi obyek pasar, baik itu pupuk, bibit dan pembasmi hama. Lebih dari itu rasa optimis perlu ditumbuhkan untuk terus mengusahakan tanah, air dan udara di negeri ini. (YDA).

  Bagikan artikel ini

 
  Tumbuh Dengan  
Jejaring Nasional    

pada hari Selasa, 20 Juni 2017
oleh
 

 Satu semester hampir dilewati Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu, terhitung dari Januari s.d. Juni 2017.Satu-persatu pemuda di lingkungan program ini didukung untuk mampu memberdayakan diri. Penanggung jawab program, Yohanes Dian Alpasa, yang menjalankan program ini di Bengkulu Utara, Kecamatan Padang Jaya, Desa Margasakti, Dusun VII, MT RT 02, terus bersemangat untuk meraih capaian-capaian yang bermanfaat bagi anak muda.

 
Dalam kurun waktu 1 semester ini ada dua dukungan dari luar, yakni, yang pertama adalah bantuan start-up pupuk organik (semacam ragi untuk memperbanyak bakteri organik) dari Yayasan Jenderal Soedirman Centre yang ada di Yogyakarta. Dukungan yang kedua didapat dari Bernadeta Arum, siswa yang pernah mengikuti retreat kepemimpian dan persiapan ujian SMK BOPKRI 2 Yogyakarta dengan fasilitator Stube-HEMAT Yogyakarta pada tahun 2015 di Omah Jawi, Kaliurang, Yogyakarta.

Salah satu rencana program Multiplikasi Bengkulu adalah mengkampanyekan cara tanam organik pada berbagai produk pertanian untuk mengurangi bahan kimia dan resiko penyakit tanaman. Rencana ini kemudian mendapat dukungan dari Jenderal Soedirman Centre melalui anak usaha PT. Bumi Maringi Mukti. Jenderal Soedirman Centre adalah jejaring yang bergerak memberdayakan petani dan perangkat desa di lingkungan Jateng-DIY. Dalam pergerakannya, JSC juga mengusahakan produksi ragi pupuk yang khusus dibuat dari bahan vulkanik gunung Merapi. Pada 2013 yang lalu, Stube-HEMAT mengutus Yohanes Dian Alpasa mengikuti program Sekolah Tani yang diselenggarakan JSC dan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM. Dari pertemuan inilah komunikasi dipelihara setelah sebelumnya Agus Subagyo, kontak person JSC dan penggiat pemberdayaan kaum tani pernah diundang sebagai fasilitator dalam pelatihan pertanian organik di Stube-HEMAT Yogyakarta tahun 2011. Dukungan dari JSC berupa empat botol pupuk organik isi 210 ml perbotol.
 
Bernadeta Arum, yang saat ini bekerja di salah satu Perusahan Penerbitan di Yogyakarta telah mengirim sebuah buku dengan judul “Kitab Penyihir Aksara” tulisan Brili Agung, yang berisi bagaimana menulis, motivasi dan teknik penulisan sederhana sampai menjadi sebuah buku. Selanjutnya, Bernadeta Arum juga bersedia membantu jejaring Stube-HEMAT bila membutuhkan bantuan untuk menerbitkan sebuah buku.

Program Multiplikasi Stube-HEMAT Bengkulu sangat bersyukur atas berkat yang sudah diterima untuk mendukung misi pembangunan manusia di Bengkulu Utara. Proses selama belajar di Yogyakarta tidak disia-siakan dan menjadi modal awal membangun daerah untuk berkarya baru. Program ini akan bertumbuh dengan dukungan jejaring nasional yang ada. (YDA).

  Bagikan artikel ini

Bengkulu Utara dan Potensi   Anak Muda Kurotidur Kunjungan Pengurus dan Direktur Eksekutif   di Multiplikasi Stube-HEMAT, 8-11 Mei 2017

pada hari Jumat, 12 Mei 2017
oleh adminstube
 
 
 
 
 
 
Bengkulu, salah satu provinsi di pulau Sumatera yang menjadi tujuan para transmigran dari pulau Jawa sejak tahun 1933, masa penjajahan Belanda. Para transmigran dibawa ke daerah yang saat ini dikenal sebagai Kelurahan Kemumu, Kecamatan Arma Jaya, Bengkulu Utara. Provinsi Bengkulu sendiri terdiri dari 10 daerah tingkat 2 yang meliputi:
 
1. Kabupaten Bengkulu Selatan
2. Kabupaten Bengkulu Tengah
3. Kabupaten Bengkulu Utara
4. Kabupaten Kaur
5. Kabupaten Kepahiang
6. Kabupaten Lebong
7. Kabupaten Mukomuko
8. Kabupaten Rejang Lebong
9. Kabupaten Seluma
 
10. Kota Bengkulu
 

 

Multiplikator Stube HEMAT berada di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara (Arga Makmur), tepatnya di Dusun 7 MT, desa Margasakti, Kecamatan Padang Jaya. Daerah ini memiliki nama asli Kurotidur / Kwaotiduak (bahasa suku Rejang). Suku Rejang ini penduduk asli Bengkulu yang mayoritas tinggal di daerah sebelum memasuki Kecamatan Padang Jaya. Kota kecamatan ini bisa dicapai sekitar 2 jam naik mobil dari bandara Fatmawati Soekarno, dengan jalan yang mulai berkelok-kelok di antara perkebunan sawit dan karet setelah meninggalkan kota Bengkulu. Rumah-rumah penduduk nampak tertata rapi dengan bahan bangunan mayoritas batu dan beberapa rumah asli dengan gaya rumah panggung yang terbuat dari kayu.
 
 

 

Anak-anak muda di tempat multiplikasi ini dilakukan merupakan generasi ke sekian dari kakek-nenek mereka, para transmigran dari Jawa. Anak mudanya, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan mengolah sawah dan kebun. Bagi orang tua yang memiliki idealisme tinggi, mereka akan mengirim anak-anak mereka untuk melanjutkan studi ke Jawa, supaya kelak bisa menjadi guru, pendeta, atau pekerja kantoran lainnya. Sayangnya, secara umum anak muda di sini memiliki latar belakang pendidikan setingkat SMP atau SMA saja. Mereka tumbuh dengan sederhana dengan muara kerja kebun tanpa pernah mengenal forum untuk membuka wawasan sosial, ekonomi, politik ataupun budaya.
 
Dari percakapan dan diskusi dengan anak-anak muda tersebut diperoleh beberapa catatan sbb:
 
1. Mereka senang mendapat pendamping dan motivator yang memberi wadah anak-anak muda berkumpul dan membicarakan hal-hal positif seperti yang dilakukan Yohanes Dian Alpasa sebagai multiplikator Stube HEMAT di Bengkulu Utara.
 
2. Sebelum ada kegiatan multiplikasi Stube HEMAT, anak muda gereja tidak memiliki wadah berkumpul karena sudah lama tidak ada kegiatan, saat ini mereka bersemangat bertemu dan berdiskusi.
 
 
3. Sebagian besar dari anak muda ini menyatakan ingin langsung bisa kerja setelah lepas sekolah untuk membantu ekonomi orang tua mereka yang bergantung pada hasil karet dan sawit yang harganya tidak stabil.
 
Tidak terlalu mengherankan jika angka perkawinan muda pun banyak terjadi. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu tahun 2015 menunjukkan sebanyak 20,01 persen perempuan menikah pada usia 17-18 tahun. Sebanyak 13,80 persen hamil di bawah usia 16 tahun. Sebagai akibat turunannya adalah meningkatnya resiko kematian ibu dan bayi. Fakta yang mengejutkan adalah pengakuan bahwa bahaya narkoba juga sudah mengancam kehidupan anak-anak muda desa.
 
 
Keberadaan kegiatan multiplikasi Stube HEMAT di wilayah ini sangat penting untuk memberi wadah anak muda meningkatkan wawasan dan pengetahuan baik sosial, politik, budaya ataupun ekonomi, serta pengembangan pribadi dan pemikiran kritis yang bisa mendukung partisipasi untuk mengembangkan masyarakat dan daerah. (AN)

 


  Bagikan artikel ini

Mendekatkan Hati dengan “Kemudi Semar“

pada hari Minggu, 30 April 2017
oleh adminstube
 
 
 
Program Multiplikasi Stube-HEMAT Indonesia di Bengkulu bersama Pemuda di Lingkungan GKSBS Kurotidur-Bengkulu, berhasil menerbitkan bulletin pemuda bertepatan dengan memasuki masa 100 hari kegiatan multiplikasi sejak dimulai pada Januari 2017. Tepat tanggal 30 April 2017, media rohani pemuda gereja ini beredar. Media cetak ini diharapkan terbit setiap minggu.
 
Menimbang usulan Arif Purnama Sidik agar nama buletin ini bisa mewakili pemuda-pemudi dan bisa lintas denominasi, maka disepakatilah sebuah nama “Kemudi Semar”. Apa “Kemudi Semar itu?” Kemudi semar merupakan singkatan dari Kelompok Muda-mudi semarga Kurotidur. Buletin Kemudi Semar dikelola oleh pemuda-pemuda dengan tanggung jawab masing-masing sesuai tugas yang diemban. Yunus Eka Prasetyo, ketua Komisi Pemuda GKSBS Kurotidur bertindak sebagai Penanggung Jawab terbitan Kemudi Semar. Pemimpin Redaksi diemban oleh Arif Purnama Sidik, sementara kontribusi isi buletin menjadi tanggung jawab Diana Sari, Marta Lita Viani, Dwi Pranaditya, dan Dwi Pujiono.
 
Apa tujuan dari penerbitan buletin ini? Tujuannya sederhana, media ini adalah sarana belajar dan mengajar. Belajar bagi mereka yang ingin menuangkan ide dan informasi untuk warga jemaat. Mengajar bagi teman-teman muda yang sudah pernah menempuh studi pendidikan tinggi untuk membagikan ilmunya. “Visinya jelas, untuk keperluan mendidik, juga untuk sarana komunikasi warga,” jelas Yohanes Dian Alpasa, penanggung jawab Program Multiplikasi Bengkulu yang menjadi pendamping. Selanjutnya, Arif Purnama Sidik yang sedang menempuh studi di FKIP Universitas Terbuka mengungkapkan bahwa kontribusi dari teman-teman untuk buletin ini sangat diperlukan karena redaksi masih kesulitan mencari bahan yang bisa dimuat. Bagi siapa saja yang ingin berkontribusi dapat langsung menghubunginya.
 
“Kemudi Semar” masih dicetak secara sederhana sebanyak 45 eksemplar dan didistribusikan kepada 42 kepala keluarga di GKSBS Kurotidur Wilayah Pelayanan MT. Karena masih mencari bentuk dan isi, buletin “Kemudi Semar” masih terus berusaha merumuskan konten yang tepat untuk pemberitaannya. Selama ini, konten yang sudah direncanakan dan sudah diterbitkan adalah masalah internal gereja dan seputar penghayatan adat dan tradisi.
 
Tanggapan dari warga Jemaat cukup hangat, bahkan mereka mempertanyakan biaya cetak yang diperkirakan tidak sedikit. Apakah warga harus ditarik sejumlah dana mengganti biaya cetak? Pihak pengurus buletin menjelaskan bahwa buletin ini sementara dibagikan dengan cuma-cuma untuk beberapa edisi. Warga juga berharap agar buletin ini dicetak dan terbit berkala secara berkesinambungan.
 
Perlahan Program Multiplikasi ini berusaha menjangkau pemuda dan warga yang masih jauh dari jangkauan media, meski tak dipungkiri bahwa gelombang kecanggihan media sosial tak terbendung, namun tidak mampu mengairi alam pikir warga yang mayoritas adalah petani. Kiranya buletin ini dapat segera mencapai bentuk utuhnya sehingga mampu menjadi berkat bagi banyak orang. (YDA)

 


  Bagikan artikel ini

Semua Terlibat: Saling Memberi dan Menerima

pada hari Senin, 20 Maret 2017
oleh adminstube
 
 
Diskusi terjadi jika ada interaksi dan suasana saling memberi dan menerima. Setiap anggota  berproses dan mengasah kemampuan diri sehingga masing-masing mendapat manfaat dari setiap pertemuan dan diskusi.
 
Thomas Grome, seorang pengajar di Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul Shared Christian Praxis atau biasa disingkat dengan SCP menuliskan suatu metode pemahaman kitab suci yang sederhana dan melibatkan pendengar dalam setiap prosesnya. Anggota diskusi dapat menjadi pendengar dan pencerita. Diskusi dengan metode SCP ini dimulai dengan berbagi cerita suatu topik yang sudah ditentukan oleh pemimpin diskusi. Setelah peserta berdiskusi maka pembicara akan menutup dengan satu topik dalam kitab suci yang sudah dipilih dan dipersiapkan sebelumnya. Buku ini cukup populer di kalangan pendidik kristiani.

Metode SCP telah berlaku di sekolah-sekolah sebagai salah satu metode pendidikan kristiani. Namun, pola seperti ini juga telah berlaku pada sebagian diskusi yang digelar oleh Stube-HEMAT. Masing-masing peserta juga mengutarakan ceritanya dulu tentang suatu topik. Bedanya terletak pada topik dan penutupnya. Topik yang dibicarakan oleh Stube-HEMAT biasanya menyoal potensi dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat, utamanya di daerah asal. Diskusi itu ditutup dengan landasan teori dari literatur dan referensi yang disajikan oleh narasumber.
 
Metode SCP ini juga diterapkan dalam diskusi di lingkungan pemuda gereja Margasakti, GKSBS Kurotidur. Peserta yang hadir dalam diskusi ini mengutarakan pendapatnya mengenai gambaran ideal kehidupan pemuda gereja. Diskusi dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 mulai pukul 20.00 WIB, di ruang konsistori GKSBS Kurotidur wilayah pelayanan MT.
 
Marta Lita Viani memimpin nyanyian dan mencoba menghangatkan suasana. Pujian dilanjutkan dengan doa dan dilakukan dengan khidmat.
 
Yohanes Dian Alpasa mengawali diskusi dengan memapar soal waktu. Sudah banyak orang di lingkungan Margasakti ini memanfaatkan waktu dengan maksimal. Mereka tentu punya perencanaan dan gagasan sehingga mampu menjalani hari dengan giat dan semangat. Demikian pula seharusnya pemuda gereja berkembang. Bukan hanya menjadi pemuda yang bermalas-malasan tetapi harus mampu menciptakan sesuatu yang produktif, diantaranya dengan bekerja dan mengolah apapun yang bisa dijadikan sumber pemasukan. Namun, untuk itu semua kita memerlukan mimpi bersama. Kita tidak mungkin produktif dan bersemangat di waktu sekarang bila tidak punya gagasan bersama yang menuntun kita kepada masa depan.

 
Sidiq membagikan harapannya bahwa PA Pemuda lebih baik dan spesial. Lagunya semakin dihidupi dan dihayati. Mas Suyat, Supir, dan Dwi punya gagasan serupa. Mereka sepakat akan gambaran pemuda yang guyub rukun nantinya, tidak seperti sekarang ini  pemuda tidak pernah melakukan PA lagi.
 
Marta dan Tamara punya gagasan bersama soal aset gereja. Marta bermimpi gereja punya lahan yang ditanami obat-obatan dan pemuda bisa memproduksi obat-obatan tradisional secara massal. Tamara menyatakan impiannya bahwa pemuda bisa punya gedung sendiri agar bisa berbagi dengan sekolah minggu.
 
Diskusi ini ditutup dengan penjelasan Yohanes soal waktu. Perikop diambil dari Pengkhotbah 3:1-11. Kita memang punya waktu, mimpi dan gagasan. Tetapi waktu dan gagasan itu belum tentu sama dengan waktunya Tuhan. Kekompakan dan kemauan untuk belajar dan terus maju adalah modal kita menuju kehidupan pemuda yang penuh harapan. Mari bertumbuh bersama dengan kompak. (YDA).

  Bagikan artikel ini

Memelihara Ruang Publik 

pada hari Rabu, 15 Maret 2017
oleh adminstube
 
 
Berita yang tidak begitu heboh tetapi cukup menggetarkan hati adalah perubahan bangunan Stadion di Kota Argamakmur. Perlu diketahui, Argamakmur adalah ibukota Kabupaten Bengkulu Utara. Posisinya berada 14 Km arah selatan dari Desa Margasakti. Kecamatan Kota Argamakmur sendiri sebenarnya berbatasan langsung dengan desa Margasakti yang masuk dalam kecamatan Padang Jaya. Stadion yang dulu bernama Lapangan 45 harus diubah menjadi taman kota Argamakmur dan lapangan sepakbola dipindahkan ke tempat lain. Pemindahan itu jelas membuat hati terenyuh karena stadion 45 sendiri masih membekas pada ingatan anak-anak muda Bengkulu Utara yang menggemari turnamen sepakbola. Laga final sepakbola Kabupaten senantiasa digelar di stadion tersebut.
 
Apapun program yang dijalankan oleh pemerintah kabupaten memiliki dasar yang jelas. Ada Peraturan Daerah yang tidak membentur Peraturan Perundangan. Itulah dasar pembuatan kebijakan daerah. Sekalipun demikian, ada saja pemuda yang merasakan hati belum lega melihat perubahan ruang publik ini.
 
Selasa, 14 Maret 2017, pembicaraan ringan tentang ruang publik digelar. Diskusi itu dihadiri oleh beberapa orang pemuda desa Margasakti. Yohanes Dian Alpasa memantik suasana diskusi dengan cerita soal perubahan suasana ruang publik di kabupaten ini. Cerita itu ditegaskan oleh teman-teman pemuda seolah mereka setuju dengan hasil pantauan bahwa memang beberapa ruang publik telah mengalami alih fungsi.
 
Situasi pembicaraan ringan itu semakin mantap dengan beberapa gagasan. Di antaranya adalah kondisi sebagian kecil pemuda yang masih hobi untuk minum minuman keras dan kebut-kebutan di jalanan. Yang memprihatinkan lagi adalah gaya hidup ini dilakukan oleh pemuda yang telah tersekolahkan.
 
Malam itu sekitar pukul 20.00 WIB di rumah Yohanes Suherman, sekelompok kecil pemuda ini mulai mengorganisir dirinya menjadi suatu struktur yang lebih utuh. Dengan sepakat, pemuda berusaha mengintensifkan diskusi dan pertemuan dari satu kali dalam satu bulan menjadi dua minggu sekali. Pertemuan dilangsungkan pada tanggal 1 dan 15 setiap bulannya. Kesepakatan ini akan coba direalisasikan pada April 2017.
 
Berita lain soal ruang publik yang coba dibicarakan adalah rencana renovasi lapangan desa Margasakti. Proyek renovasi akan dilaksanakan setelah sertifikat tanah diterbitkan karena Pemerintah mewajibkan setiap fasilitas milik negara atau tanah desa yang akan dibangun harus disertifikasi terlebih dahulu. Bila lapangan desa Margasakti ini dibangun maka ruang publik di lingkungan Padang Jaya akan semakin beragam.

Dari masukan yang diberikan, kelompok kecil pemuda ini diharapkan tidak hanya berkutat pada diskusi ruangan saja tetapi juga aktif dalam kegiatan di ruang publik. Revitalisasi ruang publik telah dilakukan oleh pemerintah, tetapi tidak ada salahnya bilamana pemuda ingin membangun ruang publiknya sendiri. Hal-hal sederhana coba dirumuskan oleh teman-teman pemuda. Diantaranya adalah usaha pembangunan arena tenis meja di halaman rumah Yohanes Suherman. Apa kaitan ruang publik dengan rencana pembangunan arena tenis meja ini? Teman-teman pemuda memahami bahwa energi kaum muda harus diarahkan pada kegiatan positif. Untuk itu selain kegiatan keagamaan, kegiatan olahraga dilakukan untuk membuat kebugaran jasmani tetap terjaga. (YDA).

 


  Bagikan artikel ini

Melatih Keberanian Pemuda Melalui Seni Pertunjukan

pada hari Selasa, 7 Maret 2017
oleh adminstube
 
 
Hari Doa Sedunia yang diperingati oleh GKSBS Kurotidur pada Minggu, 5 Maret 2017, dalam ibadah berlangsung khidmat dan tertib dengan dihadiri oleh jemaat dari enam wilayah pelayanan. Tidak semuanya dapat hadir, tetapi ibadah tetap berlangsung meriah. Hari Doa Sedunia kali ini menggunakan liturgi dari Filipina yang bertujuan mengajak jemaat untuk mengingat betapa perempuan telah berjuang menuntut keadilan.
 
Ibadah berlangsung selama dua jam dan dimulai pada pukul 10.00 WIB di Gedung GKSBS Kurotidur wilayah pelayanan KT. Majelis dan petugas liturgi mengenakan kemeja putih disemat stola. Uniknya, tidak ada khotbah yang disampaikan oleh pendeta tetapi firman diambil dari refleksi bersama yang dibacakan oleh seorang petugas.
 
Di sela-sela itulah sekelompok pemain teater ikut ambil bagian. Tidak lain dan tidak bukan mereka adalah pemuda GKSBS Kurotidur yang dalam beberapa minggu berlatih bersama dengan Multiplikator Stube-HEMAT di Bengkulu, Yohanes Dian Alpasa. Mereka adalah Arif Purnomo Sidiq (Sidiq), Dwi Pranaditya (Adit), Dwi Pujiono (Dwi), Marta Lita Viani (Marta), dan Yunus Eka Prasetyo (Yunus). 


Masing-masing memerankan lakon yang berbeda. Dwi menjadi penjual tahu goreng dan bakwan. Yunus menjadi penjual panci. Sidiq menjadi pendoa kaya dan sombong. Adit menjadi pendoa yang miskin. Marta menjadi pendoa yang sombong. 

Tim pertunjukkan mengalokasikan waktu 10 menit. Mula-mula penjual panci muncul. Lalu mereka melihat seorang beriman dan seorang kaya dengan sombongnya. Lalu muncul kembali orang-orang miskin yang berdoa penuh dengan kerendahan hati. Pertunjukkan ditutup oleh Yunus dengan pesan bahwa berdoa itu tidaklah boleh menonjolkan harta ataupun pelayanan. Cukuplah berdoa dengan kerendahan hati. 

Ada beberapa poin yang coba diajarkan pada anak-anak muda ini. Yang pertama adalah soal kedisiplinan. Bagaimanapun juga seni pertunjukkan menuntut setiap anggotanya untuk menghargai waktu dan kesempatan. Sekali saja mereka lengah maka pertunjukan tidak akan berjalan maksimal.
 
Kedua, kemampuan bekerjasama. Memahami satu sama lain sekalipun dalam sandiwara membuat kemampuan bekerjasama meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan interaksi dan kekompakan di antara pemuda yang semakin erat semenjak terjadi latihan.
 
Ketiga, kemampuan menyampaikan pesan, pendapat, dan gagasan di tengah publik. Kemampuan ini memang seyogyanya dimiliki oleh anak-anak muda yang gemar bersaksi. Namun, gaya hidup yang individual ini membuat kemampuan itu menurun. Gagasan menjadi tidak mudah terlempar kepada publik. Dengan seni pertunjukan, pemuda diajak untuk lebih mampu menangkap suatu konsep dan alur, mengolahnya dalam diri dan mengekspresikan dalam aksi. 


Melalui latihan ini, setiap pemuda dilatih untuk aktif dan kontributif terhadap pelayanan. Bukan hanya soal liturgi, tetapi menyumbangkan waktu, tenaga, kesempatan, dan pikiran dalam seni pertunjukan. Kiranya kemampuan dan mentalitas pemuda senantiasa terasah menghadapi tantangan ke depan. ***

  Bagikan artikel ini

Tidak Menghakimi Karakter Pemimpin Sejati

pada hari Senin, 6 Maret 2017
oleh adminstube
 
 
Materi kepemimpinan masih menjadi tema yang menarik dan cukup mendesak di Bengkulu. Setiap pemuda memiliki potensi yang belum tergarap maksimal, sementara masyarakat dan gereja membutuhkan mereka sebagai tulang punggung masa depan.
 
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mencetak pemimpin teladan adalah dengan membentuk karakternya terlebih dahulu. Dalam hal ini, melatih kaum muda atau anak-anak muda menjadi strategi efektif dalam membentuk masyarakat kedepannya. Pemuda punya banyak waktu, tenaga, dan kesempatan untuk mengembangkan diri di tengah masyarakat. Oleh karenanya, peran pemuda menjadi vital.
 
Namun, kenyataan yang masih dijumpai adalah keengganan anak-anak muda mengambil bagian dalam pelayanan internal gereja. Mereka bukan hanya enggan, tetapi juga tidak banyak mengerti soal bagian pelayanan di gereja. Kemampuan berbicara dan mengeluarkan pendapat masih harus digali.
 
Salah satu cara melatih anak-anak muda berbicara adalah dengan berdiskusi. Diskusi tentang perikop kitab suci diharapkan mampu untuk merangsang daya nalar dan kemampuan berbicara mereka.
 
Sabtu, 4 Maret 2017, bertempat di Ruang Konsistori Gedung GKSBS Kurotidur Wilayah Pelayanan MT, enam orang pemuda telah kembali berkumpul untuk mengisi waktu akhir pekannya dengan berdiskusi. Bukan soal diskusi topik di luar Alkitab, tetapi diskusi soal isi dari Alkitab itu sendiri. Diskusi hari itu bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemuda gereja di lingkungan Margasakti untuk tidak terburu-buru bertindak menjadi hakim. Seorang pemimpin bertindak rasional dengan akal sehat dan kepala dingin.
 
Adapun perikop yang menjadi bahan diskusi adalah Matius 13: 24–30 yang menurut Lembaga Alkitab Indonesia adalah “Perumpamaan Tentang Lalang di Antara Gandum.” Seorang pekerja tidak boleh membersihkan ilalang dari gandum sebelum waktu panen tiba.
 
Yohanes Dian Alpasa memimpin diskusi dengan menyaring beberapa pendapat dari teman-teman. Diskusi menjadi menarik karena masing-masing dapat mengungkapkan pendapatnya. Salah satu ungkapan menarik berbunyi bahwa ilalang susah dibedakan dari gandum, kalau dicabut maka bisa-bisa pekerja akan salah mencabut. Tentu hal itu benar adanya. Ada kalanya kita berpikir bahwa diri kita sendirilah yang benar dan mencoba untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Padahal, kita belum tentu mampu untuk membuktikan kesalahan. Dan kalaupun mampu membuktikan kesalahan orang lain, bukanlah kewenangan kita untuk menghakiminya. Allah sendiri yang akan turun tangan
 
Yohanes menutup diskusi dengan refleksi bahwa kita hidup bukan untuk diri sendiri. Ada orang lain yang juga butuh hidup. Maka dengan sendirinya kita dididik untuk mampu berinteraksi dan bekerjasama.  ***

 


  Bagikan artikel ini

“Apa Rencana Kita” Membumikan Budaya Diskusi Bersama Pemuda Kristen Margasakti

pada hari Senin, 20 Februari 2017
oleh adminstube
 
 

 

Pertemuan dan diskusi pertama mengenai “Apa Rencana Kita” terasa masih awam di kalangan anak muda Kristen di desa Margasakti. Mereka cenderung menjadi pendengar suatu ceramah atau pidato. Keberanian untuk menyampaikan ide dan pemikiran yang dimiliki dalam sebuah forum yang seharusnya mereka bisa lakukan sama sekali belum nampak. Di sinilah tantangan multiplikator Stube-HEMAT membentuk budaya akademis dengan menumbuhkan pemikiran kritis di kalangan anak muda. Bukanlah hal mudah.
 
 
Beberapa pemuda gereja diundang dan diajak hadir dalam diskusi. Kebiasaan berkumpul dan berbicara serius memang sudah mereka kenal, contohnya dalam sebuah rapat. Rapat biasa dilakukan untuk keperluan mempersiapkan sesuatu seperti perayaan 17 Agustus atau lomba desa. Bila tidak ada momen tertentu maka rapat jarang dilakukan. Anak-anak muda terbiasa menjadi pelaku teknis, tetapi tidak pernah dilatih untuk melakukan olah pikir analitis dan kritis.
 
Bagaimana diskusi diperkenalkan? Diskusi berlangsung di ruang konsistori Gedung Gereja Wilayah Pelayanan MT pada Hari Minggu, 19 Februari 2017 pukul 15.00 WIB sampai dengan 17.30 WIB. Yohanes Dian Alpasa bertindak sebagai narasumber dengan tajuk, ”Apa Rencana Kita?” Mengingat peserta berlatar belakang setidaknya tiga lapis pendidikan yakni SMP, SMA, dan bahkan tidak bersekolah, maka bahasa yang dipakai adalah bahasa seringan mungkin.
 
 
Cerita di tanah rantau, Pulau Jawa, menjadi cerita pembuka dimulai dengan kisah meninggalkan tanah Raflesia pada tahun 2005 dan kembali pada 2017, pergumulan dan perjuangan yang dilakukan serta obsesi untuk anak muda di kampung halaman. Dalam paparan ringan, Yohanes memfokuskan pembahasan soal rencana. Masing-masing orang harus punya rencana baik itu rencana pribadi maupun rencana bersama. Setiap anak muda harus berani menyusun rencananya sendiri dan mengambil tantangan.
 
Pemuda gereja di Margasakti masih harus belajar dan menambah pengalaman. Dari sisi mental dan intelektual masih perlu diasah. Beruntunglah ketika mereka ditanya mengenai kegiatan ini mereka menyatakan mau untuk belajar dan terus berdiskusi serta mengasah mental keberanian. Meski terselip tanda tanya, rasa canggung dan ragu dalam sorot mata mereka. Tidak mengapa, rasa canggung dalam berkumpul dan berdiskusi adalah hal biasa yang pertama kali dialami. Yang dibutuhkan disini adalah kemauan untuk terus belajar. Yohanes bertekad bahwa kegiatan diskusi ini harus membumi dan bukan monopoli anak-anak kota di bangku kuliah.
 
Dalam hal mempersiapkan diskusi sebagai “mainprogram” Multiplikasi, banyak kendala  ditemui di lapangan. Target peserta sore ini sebenarnya sepuluh orang dari empat belas anak yang diberitahu dan secara pribadi diundang dalam acara ini. Namun, lima pemuda saja yang bisa  hadiri. Sembilan orang pemuda masih harus bekerja mengerjakan kebun, ladang, dan kolam mereka.
 
Rencana selanjutnya, teman-teman akan membagikan apa yang mereka diskusikan melalui suatu bentuk pertunjukan pada Hari Doa Sedunia yang diselenggarakan 5 Maret 2017 di GKSBS Kurotidur. Teman-teman muda ini akan menampilkan pertunjukan untuk menyampaikan pesan kepada jemaat. (YDA)

  Bagikan artikel ini

Pertemuan Reses Anggota Legislatif Mengenal Jejaring Daerah

pada hari Sabtu, 18 Februari 2017
oleh adminstube
 
 
 
Reses merupakan tahapan legislasi yang harus dilewati oleh setiap anggota dewan perwakilan. Masa reses diatur oleh Undang-Undang dan dimaksudkan untuk memberi kesempatan setiap legislator turun ke lapangan. Kesempatan ini menjadi ajang pertemuan bagi seorang anggota dewan dengan konstituennya. Konstituen atau masyarakat daerah pemilihan yang diwakili dapat mengutarakan ‘uneg-uneg’ dan harapan pada saat temu aspirasi berlangsung.
 
Bulan Februari dan Maret 2017, seluruh anggota dewan perwakilan di Indonesia menyelenggarakan reses. Ada anggota dewan yang tidak mengambil kesempatan untuk bertemu dengan warganya, tetapi itu semua tidak terjadi di wilayah desa Margasakti.
 
Hotman Sihombing, S.Th terpilih dan dilantik menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bengkulu Utara untuk masa jabatan 2014–2019. Ia terpilih dengan perolehan suara dari tiga kecamatan yakni Padang Jaya, Girimulya, dan Air Padang. Masa reses pertama di tahun ini, H. Sihombing menjaring aspirasi dari tiga desa yakni Margasakti, Sidoluhur, dan Tanah Hitam. Warga desa yang diundang dibatasi dengan total undangan 190 orang. Jadi, hanya perwakilan saja yang diundang.
 
Temu aspirasi sebagai bagian dari tahapan proses reses diselenggarakan di halaman rumah pribadinya di desa Margasakti, pada Jumat, 17 Fabruari 2017 pukul 13.00 WIB. Catatan tamu undangan menunjukkan 155 warga desa hadir dalam pertemuan itu. Yohanes Dian Alpasa hadir memenuhi undangan tersebut dan bertindak sebagai pengambil gambar kegiatan.
 
Tiga kepala desa yang hadir diberi kesempatan awal mengungkapkan harapan. Kepala desa Margasakti mengungkapkan apresiasi kepada beliau bahwa selama dua tahun menjabat, pembangunan sedikit demi sedikit dialami seperti perbaikan rumah ibadah, pengaspalan jalan dan pembetonan jalan. Hari ini desa Margasakti masih membutuhkan satu jembatan baru di wilayah barat daya desa. Rencananya di sana akan dibangun sekolah sehingga pembangunan jembatan menjadi mendesak dan penting.
 
Kepala desa Tanah Hitam mengusulkan revitalisasi kawasan wisata air terjun Curug Sembilan karena potensinya dinilai besar dan diharap ada investor yang mau datang untuk menggarap potensi wisata tersebut. Sementara Kepala Sidoluhur mengungkapkan jalan yang ada di desanya, baik itu akses antar desa maupun jalan produksi pertanian (jalan ke sawah atau ke kebun) membutuhkan perbaikan.
 
 
Menanggapi harapan tersebut, H. Sihombing menjelaskan bahwa pembangunan dilakukan sesuai kewenangan masing-masing instansi, jangan sampai tumpang tindih. Jadi, bila suatu pembangunan menjadi tanggung jawab pusat (anggaran APBN) maka daerah tidak perlu buru-buru karena harus menunggu realisasi anggaran pusat. Usulan-usulan yang ada ditampung dan diperjuangkan dan harus dilengkapi data. Air terjun Curug Sembilan merupakan air terjun di kawasan hutan lindung yang sekarang ada dalam kewenangan kementerian kehutanan. Jadi, kementerian pariwisata hanya dapat mengelola kawasan ini bila mendapat ijin dari kementerian kehutanan. Semua anggaran harus dibagi sesuai skala prioritas. APBD Bengkulu Utara berkisar Rp 1,2 triliun per tahun di mana 60% nya terpakai untuk belanja gaji pegawai. Jadi yang turun ke pembangunan berkisar 300 hingga 400 milyar Rupiah. Menurut H.Sihombing, situasi politik desa Margasakti pernah memanas sehingga suatu bantuan pernah dialihkan ke kecamatan lain yakni Ketahun.
 
Pertemuan ini bermanfaat bagi program multiplikasi karena semua potensi, perencanaan daerah, sekaligus beban yang harus ditanggung daerah menjadi tergambar jelas. Dari pertemuan ini bisa disimpulkan bahwa untuk membangun suatu daerah diperlukan kebersamaan dari berbagai elemen masyarakat. (YDA).

 

  Bagikan artikel ini

Olah Raga, Kepemimpinan Dan Pemuda Margasakti

pada hari Senin, 13 Februari 2017
oleh adminstube
 
 
 
Minggu malam, 12 Februari 2017 sekitar pukul 20:00 WIB, menjadi ajang perkenalan multiplikator Bengkulu dengan sekelompok kecil pemuda desa Margasakti. Sembilan orang berkumpul dan mengobrol tentang desa dan anak muda. Obrolan ringan ini berencana mendirikan komunitas pemain olahraga bola pingpong. Seorang pemuda di wilayah dusun VII, bernama Yohanes Suherman, menyediakan rumahnya untuk dipakai berkumpul.
 
Dalam percakapan diakui bahwa kebut-kebutan dan balap motor menjadi pemandangan yang tidak jarang dijumpai. Motor dengan tampilan tanpa sayap dan tanpa pelindung samping kerap tampak bersamaan dengan deru knalpot ‘blombong’ di jalanan Margasakti.
 
Kecelakaan lalulintas tidak jarang terjadi, beritanya juga kerap terdengar di lingkungan Kabupaten Bengkulu Utara, namun berkendara dengan kecepatan tinggi sering dilakukan oleh anak-anak desa Margasakti. Hal yang membuat miris adalah pengendara sepeda motor sebagian besar masih berusia di bawah 17 tahun yang tentunya tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM).
 
Pihak Karang Taruna Tunas Harapan (kelompok pemuda Dusun VII desa Margasakti) mengambil inisiatif untuk “mengarahkan” energi dari anak-anak muda ini kepada kegiatan yang lebih positif. Pihak Karang Taruna mengembangkan suatu sirkuit balap berupa jalanan tanah dengan beberapa tantangan dengan luas area sekitar 5000 meter persegi. Balap ‘cross-motor’ ini terakhir diselenggarakan pada awal Januari 2017.
 
Selain motor, pemerhati olahraga di dusun lain telah berusaha untuk merancang lapangan tenis meja. Rupanya arena olahraga ini tidak sepi peminat. Di wilayah koordinasi pemuda Karang Taruna Tunas Harapan dusun VII Desa Margasakti ini, hanya RT II, III dan IV saja yang belum memiliki meja pingpong.
 
Multiplikator berusaha untuk mewadahi energi dari pemuda-pemuda untuk meneruskan hobi olahraganya sembari mengasah kemampuan intelektual mereka. Di sinilah kemampuan kepemimpinan dan mengorganisir suatu pemuda dilakukan dan ditularkan. Bagaimana kemampuan itu akan diasah? Sembilan orang pemuda desa Margasakti yang berkumpul tadi telah sepakat untuk menyelenggarakan diskusi setiap bulannya. 
 
Pertemuan ini menjadi sarana latihan bagi pemuda untuk mengasah kemampuan mereka dalam memimpin. Itulah tujuan bagi pribadi. Tujuan bagi kelompok adalah masing-masing pemuda nantinya dapat berlatih untuk mengorganisir diri dan bergerak dalam satu tim dan kelompok. Misalnya, pemuda-pemuda telah sepakat memilih siapa yang akan menjadi koordinator dan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban pemuda.
 
 
Pertemuan pertama dengan pemuda setempat ini kiranya menjadi titik awal jalannya program multiplikasi Bengkulu bersama dengan pemuda desa Margasakti. Masih banyak pemuda yang harus dijangkau dan harus mendapatkan ‘skill’ tentang kepemimpinan. Kelompok kecil ini semoga dapat menjadi embrio dan contoh sehingga nantinya pemuda-pemuda desa Margasakti mampu untuk merumuskan ide bersama demi kemajuan desanya. (YDA).

  Bagikan artikel ini

Manis-Getir Penyadap Karet

pada hari Sabtu, 11 Februari 2017
oleh adminstube
 


Kembali ke daerah asal, Bengkulu Utara di awal Februari 2017 menjadi tantangan tersendiri bagi Yohanes Dian Alpasa. Pengenalan pada warga setempat dan menyelami kehidupan mereka merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk memetakan potensi dan tantangan yang ada.
 
Pengenalan medan bukan hanya soal keadaan sosial dan budaya saja tetapi juga pertanian. Kehidupan ekonomi warga Bengkulu Utara, khususnya desa Margasakti Kecamatan Padang Jaya ini bertumpu pada sektor perkebunan. Sawit dan karet menjadi andalan di tengah situasi ekonomi yang masih terasa sulit seperti sekarang ini.
 
 
Budi Prasetyo, seorang petani karet yang juga menjabat sebagai Majelis GKSBS Kurotidur bertutur tentang suka-duka menjadi seorang penyadap karet. Pada kisaran tahun 1996–1998, mayoritas petani di desa Margasakti menggarap lahan pertanian berupa sawah. Irigasi dibangun dengan membendung sungai air Lais dan diklaim dapat mengairi 4000 hektar (1 kecamatan Padang Jaya). Air Bendungan Air Lais membelah kecamatan dari timur ke barat. Lahan pertanian berada di sisi selatan bangunan irigasi.
 
Petani bekerja menanam padi di sawah. Namun, kondisi ini berubah sejak tahun 2005. Warga desa berbondong-bondong mereformasi lahannya menjadi perkebunan karet dan sawit. Orang tidak lagi menunggu siklus panen padi tiga bulanan (90 hari panen) tetapi mulai dengan pola 2 minggu sekali memulung karet atau memanen kelapa sawit.
 
Mulai tahun-tahun inilah kondisi ekonomi mulai menanjak. Sekitar 6 tahun warga desa menikmati hasil panen kelapa sawit dan karet. Daya beli meningkat dan menurut pantauan, tahun-tahun itu warga mulai mampu membeli sepeda motor secara kontan dan mulai membangun rumahnya secara permanen atau semi permanen.
 
Pertengahan tahun 2011, kondisi krisis global mempengaruhi harga getah karet. Harga jatuh dari angka Rp 22.000 menjadi Rp 6.000. Menurut Mas Budi, dua tahun belakangan harga pernah sampai pada angka Rp 4.000 per kilogram. Jatuhnya harga juga terjadi pada komoditas kelapa sawit, dari harga Rp 1.700/kg menjadi Rp 500/kg. Dua perkebunan besar yang dulunya menyerap sebagian besar tenaga kerja dari desa Margasakti, terpaksa harus mengurangi tenaga kerjanya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja untuk menekan biaya operasional. Pada pertengahan tahun 2016 hingga sekarang, harga karet mulai stabil pada kisaran Rp 8.500 s.d. Rp 9.500,-/kg. Penyadap karet berangsur-angsur bisa kembali merasakan berkat.
 
Pohon karet tidak seperti pohon lainnya dalam hal pemupukan. Salah prosedur dalam pemupukan akan membuat akar membusuk akibat tumbuh jamur. Mas Budi menuturkan bahwa pohon karet tidak perlu sering dipupuk, karena pemupukan bisa dilakukan secara berkala misalnya sekali dalam tiga bulan untuk menambah produktifitas.

Pada saat karet disadap, ada pupuk yang harus ditaburkan pada wadah getah karet untuk membekukan getah itu. Bila hujan tiba, petani tidak akan menyadap batang karet. Bila musim kemarau tiba, pohon karet juga tidak disadap. Kita bisa bayangkan bahwa bila hujan atau kemarau tiba, penyadap karet tidak mendapat penghasilan dari kebunnya.
 
Kedepannya pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik, pengolahan pasca panen getah karet, dan distribusi penjualan penting diketahui oleh komunitas petani karet ini. Inilah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam program multiplikasi ini. Semoga petani senantiasa mendapat berkat dalam menyadap karet. (YDA).

  Bagikan artikel ini

Bersama Di Rapat Pemuda GKSBS Kurotidur

pada hari Selasa, 7 Februari 2017
oleh adminstube
 

Minggu, 5 Februari 2017 menjadi hari Minggu pertama bagi Yohanes Dian Alpasa, yang sedang menjalankan program multiplikasi Stube-HEMAT Indonesia, area Bengkulu. Program Multiplikasi adalah program berbagi ilmu yang dilakukan oleh alumni Stube-HEMAT Yogyakarta di tempat asalnya. Pelakunya disebut sebagai multiplikator dengan misi sesuai konteks lokal yakni  menghidupkan kembali kelompok pemuda desa dalam wadah komunitas yang produktif, cerdas, dan kreatif.
 
Layaknya perkenalan program kepada pemuda desa, program multiplikasi dilakukan dengan beberapa tahapan. Dimulai dari tahap persiapan dan perkenalan hingga nanti pada proses pelaksanaan. Proses ini akan sampai pada tahapan yang lebih luas dengan ditandai terbentuknya komunitas yang mampu “menghidupkan” kembali suasana desa yang aktif dan harmonis. Tahap awal yang dilakukan saat ini adalah ikut aktif menghadiri acara-acara baik di lingkungan RT, lingkungan Gereja setempat, dan lingkungan Karang Taruna Dusun 7, Desa Margasakti. 

Meski bukan komunitas baru, tetapi menjadi baru setelah bertahun-tahun ditinggalkan untuk studi di Yogyakarta, dan perlu waktu untuk kembali terintegrasi di dalamnya belum lagi perbedaan usia yang ada. Pertemuan dengan Pemuda GKSBS Kurotidur di Gedung Gereja, Desa Margasakti merupakan pertemuan pertama yang dilangsungkan pada pukul 13.00 WIB hingga 17.00 WIB.
 
“Saya dan mereka mula-mula merasa canggung karena perbedaan usia kami yang terpaut sekitar 6  hingga 10 tahun. Ketika saya pergi merantau untuk studi, anak-anak ini masih kecil”, Yohanes memaparkan. “Tetapi kesempatan ini tidak sia-sia, karena tercatat 13 orang pemuda GKSBS Kurotidur menghadiri rapat bulanan untuk mempersiapkan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) Klasis Bengkulu yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 2017 di GKSBS Penarik (Kabupaten Muko-muko, 250 Km arah Utara). Mereka yang datang masing-masing dari enam Wilayah Pelayanan yakni wilayah MT, DAM, KT, BP, Tanah Tinggi, Batik Nau”, lanjutnya. PORSENI yang disiapkan bertujuan bukan untuk kompetisi tetapi sebagai wadah saling bertemu dan bersilaturahmi. Lomba yang digelar pun dibuat lucu, sengaja untuk menambah semarak acara.
 
Di akhir pertemuan sebagian pemuda kembali ke rumah sementara Pdt. Cornelius Saito, Pendeta Jemaat dan sebagian meluangkan waktu berbincang-bincang dengan sebagian pemuda yang masih tinggal. Dari perbincangan tersebut diperoleh informasi mengenai dinamika jemaat di lingkungan Kecamatan Padang Jaya serta pergumulan dan harapan jemaat dan warga sekitar.
 
Sharing tersebut memberi acuan yang cukup jelas dalam menentukan arah program multiplikasi selanjutnya. Terus bergulir dan mengalir! (YDA).

  Bagikan artikel ini

Program Multiplikator   Di Bengkulu

pada hari Rabu, 1 Februari 2017
oleh adminstube

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2023 (11)
 2022 (20)
 2021 (21)
 2020 (19)
 2019 (8)
 2018 (9)
 2017 (17)

Total: 105