Berlatih Tenun Di Sela Berkebun

pada hari Senin, 30 November 2020
oleh Elisabeth Uru Ndaya

Sebagian besar penduduk di desa Tanatuku, Kecamatan Nggaha Ori Angu adalah petani. Keseharian mereka dari tahun ke tahun yaitu mengolah lahan untuk menghasilkan pangan. Seperti menanam jagung, padi, kacang, ubi-ubian serta tanaman lainnya. Namun waktu efektif mengolah lahan hanya pada saat musim hujan, karena mengolah lahan ditentukan oleh curah hujan yang dapat mengairi lahan mereka. Saat ini musim hujan tiba dengan rentang waktu November hingga Maret mendatang. Hamparan bukit-bukit dan pepohonan pun tampak hijau dan segar kembali, sawah-sawah kembali dipenuhi air dan terlihat hijau indah memukau. Sumba kembali tampil dengan wajah baru.

 

Kegembiraan untuk kembali mengolah lahan dirasakan oleh kelompok tenun perempuan di desa Tanatuku, mereka mulai sibuk menanam berbagai macam tanaman. Hari Sabtu, tanggal 28 November 2020, seusai berkebun, kelompok tenun perempuan ini kembali berkumpul untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan tenun mereka bersama mama Yustina sebagai pelatih. Beliau berkata, peserta kelompok tenun sudah mulai ada peningkatan dalam memahami setiap tahapan yang ada. Sekali lagi ditegaskan pentingnya keseriusan saat mengikat benang motif untuk menghasilkan kain tenun yang motifnya bagus.

 

Pada kesempatan yang sama, kelompok ini juga membahas persiapan lahan pembibitan tanaman bahan pewarna, yang bibitnya sudah tersedia dan tinggal ditanam di lahan. Jenis Tanaman  yang nantinya akan di tanam yaitu tanaman Nila (wuara) penghasil warna biru dan Mengkudu (Kombu) penghasil warna merah. Dua jenis inilah yang sering dibudidayakan oleh pengrajin tenun pada umumnya, namun pewarna alami lainnya juga dapat diperoleh dengan cara mengambil langsung dari hutan atau membelinya. Pewarna alami dapat diperoleh dari berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, kulit kayu, daun, buah, biji dan bunga-bunga.

 

Setelah motif selesai diikat, selanjutnya akan masuk pada tahap pewarnaan. Benang-benang lungsin (hemba) tersebut dicelup ke dalam zat pewarna alam. Masing-masing bahan pewarna dituang ke dalam wadah tersendiri, kalau jaman dulu menggunakan periuk tanah. Peserta kelompok tenun tidak lagi sabaran untuk melakukan pewarnaan, karena pada umumnya langkah ini belum pernah mereka saksikan sebelumnya. Namun mereka tidak akan masuk pada proses pewarnaan kalau tahapan mengikat benang motif belum mereka selesaikan. Tetapi dengan semangat kekompakan yang mereka miliki menambah niat mereka untuk terus berproses menyelesaikan tahapan demi tahapan pada tenun.

Hadirnya Program Multiplikasi Stube HEMAT ini memberi warna dan harapan baru bagi warga desa Tanatuku khususnya peserta kelompok tenun yang sedang berproses. Yang sebelumnya mereka hanya sibuk berkebun, kini mereka juga sibuk menenun. Program diharapkan membantu meningkatkan perekonomian mereka ketika hasil tenunan bisa diperjualbelikan.***


  Bagikan artikel ini

Mengenal Karakteristik Petani Hortikultura di Pesisir Pantai Laipori

pada hari Minggu, 29 November 2020
oleh Frans Fredi Kalikit Bara

 

Kondisi suhu udara di pinggiran pantai lebih panas dan kering dibandingkan kondisi udara di dataran menengah dan dataran tinggi. Sebagian besar petani tidak melakukan aktivitas bertani pada kondisi suhu udara panas yang tinggi, namun berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh Welem. Saat ini Welem (37 thn) mengambil keputusan untuk melakukan usaha pertanian, hal ini sudah dilakukan sejak tahun 2012. Pekerjaan awalnya adalah sebagai pegawai swasta di PT. Kapas dan juga bekerja di PT. Emas Waangga Meti. Kedua perseroan terbatas ini mengalami degradasi dan akhirnya berhenti melakukan aktivitas produksi. Dalam kondisi ini, Welem dan teman–teman sekerjanya kehilangan pekerjaan dan putusnya sumber pendapatan. Akhirnya Welem mengambil keputusan menggeluti usaha pertanian hortikultura. Kisah awal memulai usaha ini banyak mengalami kegagalan, namun bagi Welem gagal adalah pengalaman berharga untuk belajar, evaluasi diri dan bangkit untuk berusaha lagi.

 

 

Ada beberapa kendala yang dialami Welem ketika memulai usaha yakni kurangnya pemahaman tentang benih, pengendalian hama dan penyakit, nutrisi tanaman (kurang pemahaman tentang teknik budidaya tanaman hortikultura). Ada beberapa hal penting yang disampaikan oleh Welem dalam diskusi ini yakni; 1) Jadi petani itu harus berbasis inovasi sehingga kita bisa mencapai angka produksi yang maksimal, 2) Jangan pernah malu dengan pekerjaan ini. Saat ini banyak orang muda malu bertani oleh karena itu mereka menghindar dari pekerjaan ini, 3) Olah pikiran untuk mengangkat derajat petani untuk motivasi diri menekuni usaha pertanian, karena hasilnya tidak jauh beda dengan mereka yang bekerja di lembaga, 4) Jangan takut dengan permintaan pasar, petani harus memiliki kalender pasar dan kalender tanam tujuannya adalah untuk mengetahui volume produksi dan tingkat serapan pasar, 5) Petani selalu punya waktu, baik untuk usaha dan pengembangan maupun untuk keluarga, oleh karena itu petani yang bahagia ditandai dengan ciri-ciri fisik yang gemuk dan muka cerah.

 

 

Diskusi yang diadakan langsung di lahan pada 28 November 2020 diikuti oleh sepuluh peserta dengan antusiasme yang cukup tinggi, karena selain mendengarkan pemaparan yang menarik dari pemateri mereka juga bisa melihat lahan sekitar yang dipenuhi tanaman buah, juga sambil menikmati semangka segar yang disuguhkan. Selain mahasiswa beberapa kalangan yang hadir ada yang berprofesi guru, petani dan majelis gereja. Dari latar belakang profesi yang berbeda ini memiliki satu tujuan untuk belajar bagaimana berdaulat atas pangan yang ada di Sumba.

Salah satu orang tua yang ada dalam diskusi tersebut Bora Ghunu (65 thn) memberi nasihat, ”Kalau mau hidup jangan pamalas, sekolah tinggi-tinggi harus kembali bertani”, dengan maksud memotivasi peserta muda yang hadir dalam pelatihan ini. Usaha pertanian adalah usaha yang menghidupkan, mengingat kondisi saat ini sebagian besar orang muda tidak berprofesi petani, sehingga banyak potensi sektor riil yang ditinggalkan dan tidak dikelola. Semangat bertani anak muda! ***


  Bagikan artikel ini

Kelompok Peternak & Dinas Peternakan Sumba Timur

pada hari Sabtu, 14 November 2020
oleh Apriyanto Hangga

Oleh Apriyanto Hangga


Satu hal menggembirakan di tengah serangan virus ASF pada babi di Sumba Timur yakni, para peternak terus berkonsolidasi dalam kelompok dan terus mencari jawaban bagaimana mengatasinya. Dimotivasi oleh tim mutiplikasi Stube HEMAT di Sumba, Apriyanto Hangga, mengundang para peternak dan narasumber dari Dinas Peternakan Sumba Timur di kediamannya untuk bertemu dan berinteraksi tentang ternak babi dalam sebuah pelatihan sehari (13/11/2020).

 

 

Kegiatan ini merupakan rangkaian Program Pelatihan Peternakan dari beberapa tahap yang sudah dilaksanakan. Atas kerjasama yang baik, Dinas Peternakan mengutus 3 orang dokter hewan untuk berinteraksi dengan masyarakat. Topik besar yang dibahas dalam pertemuan tersebut yakni Perkembangan Terkini Peternakan Babi di Sumba Timur baik dari Segi Populasi, Pemberantasan Penyakit dan Pemenuhan Kebutuhan akan ternak. Banyak hal dibahas pada kesempatan tersebut, karena orang yang berkompeten di bidang ternak babi hadir sehingga suasana sangat cair dan masyarakat bisa menyampaikan persoalan yang dihadapi berkaitan dengan ternak mereka. Drh. Umbu Ridwan Premajangga berbicara khusus tentang ‘Populasi dan perkembangan ternak babi, dan pemberantasan penyakit’, sementara Drh. Hendrina Meha berbicara khusus tentang Nutrisi untuk ternak, dan Drh. Rambu Mersy menyampaikan tentang perkembangbiakan ternak dan penyakit menular pada ternak serta pencegahannya.

Dinas Peternakan telah memberi vaksin 70.000 ekor babi, namun riil jumlah babi jauh lebih besar dari jumlah tersebut karena ada banyak babi yang tidak divaksin karena berbagai hal. Sejak Februari 2020, babi di Sumba Timur telah terserang Virus ASF dengan jumlah kematian diperkirakan lebih dari 5.000 ekor. Disinyalir hal ini terjadi karena ada pengiriman babi antar pulau dan penjualan makanan berbahan daging babi yang didatangkan dari daerah tertular seperti pengiriman se’i babi dan roti isi daging babi dari Kupang sehingga babi di Sumba Timur terjangkit virus mematikan yang belum ada obatnya ini.

 

 

Pemenuhan daging babi untuk sementara menggunakan daging ternak besar seperti sapi maupun ternak unggas seperti ayam karena sampai saat ini masyarakat dilarang mendatangkan ternak atau makanan yang mengandung babi dari mana saja. Beberapa hal yang bisa disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Telah terbentuk kelompok Peternak dengan anggota 20 peternak.

2. Kandang harus bersih dan harus disteril.

3. Jangan memberi ternak makanan sisa apalagi mengandung babi.

4. Jangan mengkonsumsi daging babi bila mencurigakan

5. Babi harus rutin diberi vaksin 6 bulan sekali

6. Jika ada babi yang mati, bangkainya harus dikubur atau dibakar habis

7. Ternak harus diberi makanan yang bersih dan bergizi

8. Jangan mendatangkan ternak atau makanan mengandung babi dari luar

9. Jika ada gejala sakit pada ternak jangan disuntik sendiri tetapi dilaporkan pada penyuluh atau Dinas Peternakan

10. Jangan takut memelihara ternak babi yang penting kandang layak, bersih, dan kontrolnya bagus.

Tetap semangat para peternak babi di Sumba Timur untuk membawa kemajuan.***


  Bagikan artikel ini

Kelompok Peternak & Dinas Peternakan Sumba Timur

pada hari Sabtu, 14 November 2020
oleh Apriyanto Hangga

Oleh Apriyanto Hangga

Satu hal menggembirakan di tengah serangan virus ASF pada babi di Sumba Timur yakni, para peternak terus berkonsolidasi dalam kelompok dan terus mencari jawaban bagaimana mengatasinya. Dimotivasi oleh tim mutiplikasi Stube HEMAT di Sumba, Apriyanto Hangga, mengundang para peternak dan narasumber dari Dinas Peternakan Sumba Timur di kediamannya untuk bertemu dan berinteraksi tentang ternak babi dalam sebuah pelatihan sehari (13/11/2020).

 

Kegiatan ini merupakan rangkaian Program Pelatihan Peternakan dari beberapa tahap yang sudah dilaksanakan. Atas kerjasama yang baik, Dinas Peternakan mengutus 3 orang dokter hewan untuk berinteraksi dengan masyarakat. Topik besar yang dibahas dalam pertemuan tersebut yakni Perkembangan Terkini Peternakan Babi di Sumba Timur baik dari Segi Populasi, Pemberantasan Penyakit dan Pemenuhan Kebutuhan akan ternak. Banyak hal dibahas pada kesempatan tersebut, karena orang yang berkompeten di bidang ternak babi hadir sehingga suasana sangat cair dan masyarakat bisa menyampaikan persoalan yang dihadapi berkaitan dengan ternak mereka. Drh. Umbu Ridwan Premajangga berbicara khusus tentang ‘Populasi dan perkembangan ternak babi, dan pemberantasan penyakit’, sementara Drh. Hendrina Meha berbicara khusus tentang Nutrisi untuk ternak, dan Drh. Rambu Mersy menyampaikan tentang perkembangbiakan ternak dan penyakit menular pada ternak serta pencegahannya.

 

Dinas Peternakan telah memberi vaksin 70.000 ekor babi, namun riil jumlah babi jauh lebih besar dari jumlah tersebut karena ada banyak babi yang tidak divaksin karena berbagai hal. Sejak Februari 2020, babi di Sumba Timur telah terserang Virus ASF dengan jumlah kematian diperkirakan lebih dari 5.000 ekor. Disinyalir hal ini terjadi karena ada pengiriman babi antar pulau dan penjualan makanan berbahan daging babi yang didatangkan dari daerah tertular seperti pengiriman se’i babi dan roti isi daging babi dari Kupang sehingga babi di Sumba Timur terjangkit virus mematikan yang belum ada obatnya ini.

 

Pemenuhan daging babi untuk sementara menggunakan daging ternak besar seperti sapi maupun ternak unggas seperti ayam karena sampai saat ini masyarakat dilarang mendatangkan ternak atau makanan yang mengandung babi dari mana saja. Beberapa hal yang bisa disimpulkan adalah sebagai berikut:

 

1. Telah terbentuk kelompok Peternak dengan anggota 20 peternak.

 

2. Kandang harus bersih dan harus disteril.

 

3. Jangan memberi ternak makanan sisa apalagi mengandung babi.

 

4. Jangan mengkonsumsi daging babi bila mencurigakan

 

5. Babi harus rutin diberi vaksin 6 bulan sekali

 

6. Jika ada babi yang mati, bangkainya harus dikubur atau dibakar habis

 

7. Ternak harus diberi makanan yang bersih dan bergizi

 

8. Jangan mendatangkan ternak atau makanan mengandung babi dari luar

 

9. Jika ada gejala sakit pada ternak jangan disuntik sendiri tetapi dilaporkan pada penyuluh atau Dinas Peternakan

 

10. Jangan takut memelihara ternak babi yang penting kandang layak, bersih, dan kontrolnya bagus.

 

Tetap semangat para peternak babi di Sumba Timur untuk membawa kemajuan.***


  Bagikan artikel ini

Hondung, Mengikat Benang (Kelompok Perempuan Tanatuku Belajar Tenun)

pada hari Kamis, 5 November 2020
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd

Oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd

 

 

 

 

Seni tenun berkaitan erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan dan sistem organisasi sosial dalam masyarakat. Kualitas tenunan biasanya dilihat dari mutu bahan, keindahan tata warna, motif, pola dan ragam hiasannya. Untuk menghasilkan karya yang bermutu maka perlu kerja keras dalam belajar dan mengikuti setiap proses tahapan tenun yang ada. Seperti dalam proses mengikat benang pada lungsin (hemba). Kolom-kolom yang sudah digambar atau didesain, diikat erat agar benang tidak bergeser saat sedang atau sesudah digambar motif ataupun saat diikat. Tahapan ini harus benar-benar teliti (menggambar dan mengikat) karena lembaran benang lungsin yang diikat erat terdiri dari 4 sampai 10 liran/lapisan (hanai). Dalam 1 liran terdapat sekitar 2.520 helai benang, dan untuk menghasilkan 1 lembar kain dibutuhkan minimal 2 liran sehingga ada sekitar 5.040 helai benang dalam satu lembar kain tenun. Dan untuk satu kali gambar atau mengikat motif akan menghasilkan beberapa kain dengan motif yang sama.

 

Rabu, 4 Nopember 2020, kelompok tenun di Tanatuku kembali berkumpul untuk terus mempelajari proses menggambar dan mengikat motif yang dipandu oleh pelatih tenun Mama Yustina. Tujuan dari mengikat benang (hondung) yaitu benang yang awalnya berwarna putih jika diikat, maka motif yang ditutup tali tidak terkena pewarna. Begitu juga dengan motif yang akan diberi warna merah dan warna lainnya, sehingga nantinya saat dicelup warna biru, bagian yang telah diikat tidak akan terkena pewarna biru. Mama Yustina menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan saat menggambar dan mengikat motif yaitu membedakan simpul ikatannya agar saat melakukan pewarnaan tidak keliru dalam urutan membuka ikatan.

 

Sherli Konda Ngguna, peserta kelompok tenun bertanya dalam bahasa daerah, “Nggiki hama ka nyuma yia ba ndapa pingu a pa gambar, ma nggambar la karata a ma njala manu, rihi ka la luakamba?” (bagaimana dengan kami yang tidak lihai dalam menggambar, gambar di kertas saja salah terus apalagi gambarnya di untaian benang?) Mama Yustina menjelaskan, “Memang untuk menggambar langsung di benang dilakukan oleh yang sudah ahli menggambar motif, karena jika salah menggambar maka susah untuk menghapus bekas gambar karena nanti untaian benang akan semakin menipis, tetapi tidak ada salahnya jika kalian mau melatih diri, karena selanjutnya kalian yang akan menggambar sendiri, maka harus lebih giat lagi dalam belajar mendesain motif”, tegasnya. Ikat benang atau hondung biasanya dilakukan dengan sangat kencang supaya bagian yang terikat tidak ikut terkena warna. Tidak semudah kelihatannya, tali raffia harus diperlakukan dengan hati-hati, jika terlalu dipaksa akan putus, dan jika tidak kencang pewarna bisa masuk dan merusak hasil kain tenun ikat.

Saat ini ada 5 lungsin (hemba) yang dibentangkan di alat yang dinamakan kapala yang sedang  dalam proses ikat. Dan masing-masing kapala terdapat 8 lapisan/liran. Jadi dari 8 liran ini yang nantinya akan menghasilkan 20 lembar kain motif tenun ikat. Oleh karena itu, peserta kelompok tenun ikat sangat antusias dalam mengerjakan tahapan ikat ini. Dengan semangat untuk dapat menghasilkan kain buatan sendiri membuat mereka tidak sabaran untuk memasuki tahapan berikutnya. Ada rasa bangga dari mereka dalam menekuni kerajinan tenun. Semoga kebersamaan dan kekompakkan yang terus mereka bangun membuat mereka terus bersinergi demi kesejahteraan bersama.***


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua