Stube-HEMAT: ‘Sustainable Project’ untuk kaum muda Sumba Intelektual – Kritis – Kreatif 

pada hari Senin, 16 Maret 2020
oleh adminstube
 
 
Partisipasi saya dalam beberapa kegiatan Stube-HEMAT Sumba berawal ketika kuliah di Sumba, dengan tema yang berkaitan erat dengan hobi, bakat dan studi saya, seperti membaca, menulis, membuat kerajinan tangan dan teater. Selanjutnya saya memilih pelatihan jurnalistik, kreasi kerajinan tangan dan kelompok membaca, untuk meningkatkan keterampilan saya sehingga bisa berkelanjutan. Saya, Yustiwati Angu Bima, dari Sumba Timur, saat itu saya masih kuliah di STT GKS Lewa dan sekarang melanjutkan studi Pascasarjana di Fakultas teologi UKDW Yogyakarta.
 
Bagi saya, Stube-HEMAT Yogyakarta telah menanamkan motivasi yang kuat bagi Stube-HEMAT Sumba, meskipun saya sendiri tidak mengetahui mendalam sistem apa yang digunakan Stube untuk mengembangkan sayapnya. Berdasarkan pengalaman saya selama ini, Stube-HEMAT seperti menjalankan Sustainable Project, dalam istilah saya. Ini cocok untuk memayungi kegiatan-kegiatan yang diinisiasi oleh Stube untuk kaum muda dengan kelebihan dan keterbatasan mereka. Kegiatan Stube-HEMAT Sumba dengan pelatihan, transfer ilmu dan pengalaman selama tiga hari memang tidak langsung nampak hasilnya. Namun, Stube-HEMAT mendorong para aktivisnya untuk ‘do something’. Setelah kegiatan berakhir mereka menindaklanjuti dengan merancang proyeknya sesuai pengetahuan yang mereka miliki. Inilah Sustainable Project, kegiatan yang berkelanjutan dari satu proyek ke proyek berikutnya, dari satu narasumber menjadi beberapa narasumber, dari satu bahan menjadi beberapa bahan lainnya.
 
 
 
Saya mendapatkan manfaat Sustainable Project ini ketika Betriks Lay, aktivis Stube-HEMAT Sumba yang mendapat kesempatan belajar di Stube-HEMAT Yogyakarta pda tahun 2013. Sekembalinya di Sumba, Betriks ‘do something’ dengan mentransferkan pengalaman kepada teman-teman di kampus, termasuk saya. Tidak banyak orang yang bertahan lama untuk ‘menyerap’ ilmunya, tapi saya sangat ingin belajar kerajinan tangan darinya, dan perlahan saya berhasil. Saya dan Betriks sepakat untuk menekuni kerajinan tangan dan menghasilkan produk menggunakan bahan yang ada, dari gantungan kunci dan boneka kain flanel berkembang ke asesoris kalung, gelang, anting, dan tas, memanfaatkan kain Sumba, daun lontar dan mendaur ulang barang bekas. Awalnya kami gunakan sendiri asesoris tersebut, dan kemudian Stube-HEMAT Sumba memfasilitasi dengan menyewa stand untuk memasarkannya dalam sebuah bazar di Universitas Kristen Wira Wacana di Waingapu pada tahun 2017. Selanjutnya, kami bekerjasama dengan pengrajin sepatu dan tas daun lontar untuk membuat sepatu dan tas sesuai desain kami menggunakan bahan kain Sumba, sehingga produk kami memiliki keunikan dan aksen tersendiri.
 

 

 

Bekal analisa sosial, ekonomi dan sosial-budaya, publik speaking serta jurnalistik yang saya pelajari di Stube terwujud dalam bagian karya teater, khususnya saat menciptakan narasi, naskah adegan dan puisi bersama Fiani, salah satu sahabat saya, sebab kami berdua suka menulis dan terasah melalui pelatihan jurnalistik. Teman-teman yang telah mendapat pembekalan sosial-kebudayaan tidak akan malu-malu untuk menari, menggunakan pakaian tradisional bahkan berpuisi dalam sastra Sumba, sekaligus memodifikasi tarian menjadi bagian naskah teater. Aktivitas ini berlangsung dalam kelompok Teater Ungu di kampus. Seiring keberadaan saya di Yogyakarta untuk kuliah, saya hanya memiliki sedikit waktu luang untuk mengerjakan asesoris, bukan untuk dijual tetapi untuk kebutuhan sendiri seperti modifikasi baju-baju saya dengan menambah manik2, mengganti kancing dan bentuk krah baju dan kreasi lainnya.

 

 

Tulisan pengalaman ini merupakan wujud terima kasih kepada Stube-HEMAT sekaligus menunjukkan betapa kuat semangat Sustainable Project Stube-HEMAT dari satu orang yang mendapatkan pengalaman, merambah ke beberapa orang dan terus beregenerasi tidak saja di kampus tapi juga gereja dan masyarakat. Ini menjadi suatu rangkaian jejaring berkelanjutan dan harapannya mampu menjangkau masyarakat Sumba secara luas. Sustainable Project Stube-HEMAT ini relevan untuk meningkatkan intelektual, daya kritis dan kreativitas anak muda.
 

 

Satu pesan untuk aktivis Stube-HEMAT di mana pun berada, mulailah mewujudkan apa yang didapat dari Stube-HEMAT sebagai bagian sustainable project, mulai dari menulis, menyanyi, memotret, menjahit, seni panggung, daur ulang, bertani, merintis komunitas, bahasa Inggris dan lainnya, lakukan itu dengan tekun dan menjadi berkat untuk lebih banyak orang. Hidup Efisien Mandiri Analitis Tekun. (Yustiwati Angu Bima).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua