Demokrasi Dan Ekonomi di Indonesia

pada hari Rabu, 24 November 2021
oleh Arisman Laia

Oleh Arisman Laia.          

 

 

 

Saya Arisman Laia, mahasiswa semester III (Tiga) dari Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB). Saya mengikuti kegiatan Stube-HEMAT Bengkulu pada tanggal 23 November 2021, pukul 19.00-21.30 WIB di Aula Akademik STTAB dengan pembicara Masye Syaputa Sibarani, S.Ak, mengusung tema ”Demokrasi dan Ekonomi”  dengan sub tema, ”Pengaruh Demokrasi bagi Perekonomian Indonesia.” Ada beberapa catatan dari kegiatan tersebut.

Indonesia merupakan negara demokrasi sebagaimana tertuang dalam UUD 1945, bahwa kekuasaan berada ditangan rakyat. Menurut nara sumber demokrasi adalah hak kebebasan yang diberikan kepada rakyat untuk dapat memberikan aspirasinya dalam pemerintahan. Demokrasi memiliki ciri-ciri, yaitu pertama, memiliki perwakilan rakyat, misalnya DPR dan sebagainya. Kedua, keputusan berlandaskan aspirasi dan kepentingan warga negara, yang ketiga, menerapkan ciri konstitusional, yang keempat menyelenggarakan pemilihan umum, dan yang kelima, terdapat sistem kepartaian. Demokrasi memiliki tujuan yaitu seseorang atau rakyat memiliki kebebasan berpendapat, menciptakan keamanan dan ketertiban warga negara, mendorong masyarakat aktif dalam pemerintahan, membatasi kekuasaan pemerintahan, mencegah perselisihan. Jadi demokrasi ini memberikan kepada kita untuk dapat berdiskusi.

Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ekonomia, yang berarti manajemen rumah tangga. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Asal kata yaitu oikos yang artinya keluarga dan nomos artinya peraturan, aturan atau hukum. Oikonomia diartikan sebagai aturan masyarakat sebagai hukum kuadrat yang menetapkan rumah tangga yang baik. Dalam ekonomi ada yang namanya motif, yakni setiap alasan, dorongan dan kegiatan yang dilakukan seseorang atau badan untuk melakukan tindakan ekonomi. Tujuan dari motif ekonomi adalah mencapai kemakmuran. Setiap orang memiliki dorongan kemakmuran untuk melakukan ekonomi. Motif ekonomi ada dua yaitu motif individu dan motif kelompok.

Prinsip ekonomi diterapkan dalam tiga kegiatan yang berbeda yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Produksi berbicara tentang apa yang kita lakukan. Distribusi berbicara tentang tindakan dari produksiYang terakhir konsumsi yaitu berbicara tentang siapa yang akan menerima. Prinsip dari ekonomi menyangkut tiga hal yaitu ekonomis, hemat, dan biaya. Sistem ekonomi merupakan tata cara yang digunakan dalam mengkoordinasikan prinsip ekonomi. Secara keseluruhan dunia ada empat sistem ekonomi, yaitu (1) sistem ekonomi tradisional, (2) sistem ekonomi komando, (3) sistem ekonomi liberal atau pasar, dan (4) sistem ekonomi campuran. Indonesia memiliki sistem perekonomian Pancasila atau sistem campuran. Dasar politik perekonomian ini diatur dalam UUD 1945 pasal 33.

Jadi apa yang menjadi dampak dari demokrasi bagi ekonomi Indonesia? Ada dampak negatif dan positif. Dampak positifnya yaitu partisipasi publik meningkat, menerapkan sistem ekonomi, sumber-sumber kekayaan negara digunakan untuk kepentingan rakyatNegara memelihara rakyatnya UUD 1945 pasal 34, dan struktur pemerintahan dari lapis yang terendah. Dampak negatifnya yaitu, ketimpangan sosial masih terlalu tinggi, banyak motif ekonomi yang berbeda, dan munculnya persaingan yang tidak sehat. Demokrasi menjadi sistem untuk mencapai tujuan kemakmuran, sehingga demokrasi dan ekonomi memiliki hubungan erat. (AL).


  Bagikan artikel ini

Demokrasi dari Masa ke Masa Nasional dan Humbang Hasundutan

pada hari Minggu, 31 Oktober 2021
oleh Yedija Manullang
Oleh: Yedija Manullang

 

 

Demokrasi secara etimologis berasal dari dua kata, yakni demos yang berarti rakyat dan cratos yang memiliki arti kekuasaan atau kedaulatan. Sehingga demokrasi adalah kedaulatan negara berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Saat ini demokrasi sering diucapkan. Namun, semakin dibicarakan, makin sulit mencari contoh negara yang memenuhi tatanan demokrasi secara sempurna. Berbeda dengan negara-negara berkembang lainnya, semaraknya perbincangan tentang sistem demokrasi di Indonesia bukan karena bangsa atau pemerintahan di negeri ini tidak mengenal sistem demokrasi. Justru sebaliknya, bangsa Indonesia pada aras implementasi sistem politik telah banyak memahami varian-varian demokrasi di dunia dari masa ke masa pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

 

 

 

Oleh karena itu, Multiplikasi Stube HEMAT Bengkulu melalui volunteernya yang ada di Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara menggelar diskusi dengan topik “Demokrasi dari Masa ke Masa” (Sabtu, 30/10/2021) dengan menghadirkan ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Humbang Hasundutan, Hendri Wesly Pasaribu sebagai narasumber.

 

 

Kegiatan diskusi diawali Yedija Manullang dengan memperkenalkan Stube HEMAT sebagai lembaga pendampingan mahasiswa dan pemuda yang saat ini tersebar di enam daerah di Indonesia. Selanjutnya Hendri Pasaribu memaparkan bahwa setiap negara menganut sistem pemerintahan yang berbeda-beda, misalnya presidensial, parlementer, komunis, demokrasi dan liberal. “Perjalanan demokrasi Indonesia awalnya tidak menetapkan sebuah sistem yang permanen, hal ini dibuktikan bergantinya sistem demokrasi karena dinamika dan situasi masa lalu di awal kemerdekaan Indonesia,” ujar Hendri. Selanjutnya Hendri menjelaskan ada tiga demokrasi yang sudah pernah diterapkan di Indonesia baik pada masa orde lama, orde baru hingga masa saat ini (Pasca reformasi). “Indonesia pada masa orde lama di bawah kepemimpinan Soekarno pernah menerapkan Demokrasi terpimpin, lalu berubah menjadi demokrasi liberal pasca perubahan sistem pemerintah Indonesia yang berubah menjadi Republik Indonesia Serikat. Lalu berubah kemudian seiring berubahnya sistem pemerintahan dengan menerapkan sistem Demokrasi Pancasila hingga saat ini,” papar Hendri.

 

 

 

Dalam pengejawantahan (perwujudan) demokrasi, Indonesia melakukan pesta Demokrasi melalui Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sebagai sarana dari kedaulatan rakyat itu sendiri. “Indonesia sudah melakukan setidaknya 12 kali pemilu, pemilu pertama dilaksanakan pada tahun 1955 dan yang terakhir pada tahun 2019 yang lalu. Sementara itu Pilkada pertama kali yang dipilih langsung oleh rakyat dimulai pada tahun 2005 tepatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Sebelum tahun 2005 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh DPRD,” jelas Hendri.

 

Sementara pelaksanaan Pilkada di Humbahas sudah dilaksanakan empat kali, tahun 2005, 2010, 2015 dan 2020. Dari hasil Pilkada tersebut melahirkan dua sosok pemimpin, yakni Maddin Sihombing Bupati tahun 2005 dan terpilih kembali pada tahun 2010. Selanjutnya Dosmar Banjarnahor yang juga dua periode, yang terpilih tahun 2015 dan 2020. “Menariknya Pilkada Humbahas selalu diisi dengan dinamika yang cukup panas, apalagi yang terakhir ini dengan fenomena calon tunggal melawan kotak kosong. Sebenarnya keduanya sah dalam undang-udang PMK 100/PUU-XII/2015 tentang legalitas Calon Tunggal Kepala Daerah dan UU No. 10/2016 “Pemilihan Dengan satu pasangan Calon” Pasal 54C,” jelas Hendri.

Tantangan dan harapan Demokrasi Indonesia adalah perlu ada regulasi untuk mengatur tata kelola pelaksanaan penyelenggara Demokrasi baik keterlibatan stakeholder, penyelenggara pemilu, dan pihak keamanan serta dukungan masyarakat pada umumnya. Dengan tujuan menciptakan hasil Pemilu yang kongruen dengan terpilihnya pejabat eksekutif yang mendapat dukungan legislatif supaya pemerintahan stabil dan efektif.

 

 

 

Marisi salah satu pemuda Humbahas menilai bahwa dalam pemilu yang harusnya pesta rakyat namun realitas yang terjadi sering kali rakyat hanya alat pemuas kekuasaan karena tidak ada pertanggungjawaban jelas dari oknum yang terpilih dalam pemilu. “Kecurangan dalam pemilu terkesan ditanggapi dengan tidak serius karena ketika kecurangan dalam pemilu yang sudah memenuhi syarat baik formil dan materil seringkali terhenti hanya pada proses penyelidikan saja,” kritik Marisi. Oleh karena itu Marisi, alumnus Fakultas Ilmu sosial dan Politik USU ini berharap gerakan seperti yang dilakukan oleh Stube HEMAT sangat bagus untuk tetap berkontribusi mempercakapkan demokrasi walau dimulai dari diskusi dan kelompok-kelompok kecil. Terus bergerak anak muda Humbang Hasundutan. 


  Bagikan artikel ini

Demokrasi Dari Masa Ke Masa

pada hari Rabu, 27 Oktober 2021
oleh Made Nopen Supriadi

Oleh: Made Nopen Supriadi

 

 

Di tengah situasi pandemik Covid-19, tidak mengurangi semangat untuk terus belajar, bertumbuh dan mencerahkan sesama. Komunitas Stube-HEMAT Bengkulu menggelar kegiatan seminar (Selasa, 26/10/2021) di aula akademik Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB), dengan tema: ”Demokrasi dari Masa ke Masa” dengan narasumber Daud Widya Pranata Septiadi Samosir, SH., M.Kn, seorang notaris dan banyak memiliki pengalaman berinteraksi dengan banyak organisasi masyarakat di Bengkulu. Pada kegiatan ini narasumber menyampaikan materi selama 45 menit dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

 

 

Melalui kegiatan ini ada banyak pengetahuan yang mencerahkan mahasiswa komunitas Stube-HEMAT Bengkulu, yaitu: Pertama, demokrasi telah ada pada masa Yunani Kuno dengan pola kekuasaan yang berasal dari rakyat untuk rakyat dan rakyat langsung memberikan suara dalam memilih para pemimpin. Kedua, negara-negara yang menerapkan demokrasi cenderung negara yang pemerintahan berbentuk Republik yang di dalamnya memiliki unsur badan Legislatif, Yudikatif dan Eksekutif. Ketiga, pada abad 18-19 beberapa negara dipengaruhi sistem demokrasi seperti Perancis sehingga terjadi revolusi Perancis. Keempat, demokrasi meruntuhkan kejenuhan sistem pemerintahan. Indonesia juga pernah mengalami kejenuhan terhadap sebuah sistem pemerintahan sehingga demokrasi melahirkan reformasi di Indonesia tahun 1999. Kelima, memasuki era modern kita dituntut untuk lebih maju dalam berpikir dalam pemerintahan. Keenam, promosi demokrasi semakin memperkuat kesatuan, jangan menggunakan politik uang dan jangan memanfaatkan massa untuk perpolitikan yang curang. Ketujuh, demokrasi telah berpadu dengan era digital, maka ketika  menyampaikan pendapat, lebih baik berbicara dengan santun dan bersikap antisipatif. Kedelapan, demokrasi merupakan sistem yang mewadahi mahasiswa untuk mengemukakan pendapat dalam banyak hal, seperti menyampaikan gagasan untuk mengatasi problem kemiskinan. Kesembilan, memanfaatkan peluang demokrasi tidak untuk membangun politik kepentingan golongan (SARA).

 

 

Akhirnya melalui kegiatan ini komunitas mahasiswa Stube-HEMAT Bengkulu diingatkan agar merebut suara mayoritas untuk kebenaran. Karena jika dalam sistem demokrasi suara mayoritas jatuh ke tangan yang salah maka demokrasi akan membahayakan negara. Tetapi jika suara mayoritas berada di tangan yang benar maka demokrasi akan membangun bangsa Indonesia. Salam Demokrasi!!!


  Bagikan artikel ini

Menghidupkan Demokrasi Dari Masa Ke Masa

pada hari Selasa, 26 Oktober 2021
oleh Reginiana

Oleh: Reginiana

 

 

 

Stube-HEMAT Bengkulu membuka forum diskusi dengan tema “Demokrasi dari Masa ke Masa” bertempat di desa Taba Gemantung, Kabupaten Bengkulu Tengah (25/10/2021). Dengan pembicara aktivis Stube HEMAT Bengkulu, Reginiana Dosvia. Forum ini memantik peserta untuk memperhatikan kembali kehidupan demokrasi yang terjadi sampai saat ini. Demokrasi memiliki arti bentuk pemerintahan dimana semua warga negara memiliki hak yang sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

 

 

 

Materi yang diberikan memberi kesempatan peserta mempelajari perubahan-perubahan politik khususnya di masa perkembangan teknologi digital. Peserta juga diharapkan bisa mempromosikan demokrasi dalam aktivitas sehari-hari dan mengamati permasalahan demokrasi yang ada. Lebih penting lagi, peserta mempelajari praktek demokrasi di wilayahnya dan wilayah lain secara umum yang tersebar di seluruh Indonesia.

 

 

Dengan tujuan yang diharapkan tersebut, maka kegiatan Stube ini mengajak para peserta untuk mengambil peran aktif dalam kegiatan Demokrasi di wilayahnya bahkan dalam skala yang lebih luas. Kegiatan demokrasi tidak bisa lepas dalam kehidupan kita sehari-hari ketika mengutarakan pendapat ataupun pemilihan dilaksanakan dalam sebuah kelompok. Bahkan hal tersebut terjadi dalam lingkup keluarga, sekolah, perkantoran, desa, bahkan negara, kegiatan demokrasi selalu dipraktekan. Hal ini menunjukan bahwa demokrasi memiliki peranan yang penting.

Melalui materi yang dikutip dari situs resmi kementrian dan kebudayaan RI, pada hakikatnya karakteristik negara demokrasi adalah persamaan kedudukan di depan hukum, partisipasi dalam pembuatan keputusan, distribusi pendapatan secara adil, dan kebebasan yang bertanggung jawab.

 

 

Pembicara mengajak para peserta untuk berdiskusi mengenai fungsi dari demokrasi. Dari hasil diskusi tersebut didapatilah suatu kesimpulan bahwa demokrasi dapat membantu suatu pemilihan dapat berjalan dengan adil, menciptakan rasa persatuan jika proses demokrasi dapat berjalan dengan benar, memberikan perlindungan kepada hak setiap orang yang menjalankan demokrasi, menciptakan budaya yang menjamin hak-hak rakyat dapat terlayani dengan baik. Sesi tanya jawab pun berjalan dengan baik dan hidup. Pembicara mengarahkan kepada peserta untuk berani mengambil peran dalam kegiatan demokrasi dan berani untuk menjadi pemimpin.

 

 

Salah satu peserta bernama Zeta memberikan pandangannya bahwa demokrasi dapat berjalan dengan harmonis jika prakteknya berjalan dengan benar, yaitu mengutamakan hak hak dari setiap orang, tidak memandang status sosial dan kedudukan. Sebab jika demokrasi tidak terlaksana maka jaminan hak asasi manusia akan timpang.

Selain memberikan definisi dari demokrasi, pembicara juga menanyakan kegiatan demokrasi apa yang pernah peserta lakukan. Praktek demokrasi yang peserta ketahui dan telah mereka laksanakan yaitu ketika melaksanakan kegiatan pemilihan pemimpin kelas, pemilihan kepada desa di daerah mereka masing-masing. Dalam skala besar peserta telah melaksanakan proses pemilihan suara dalam kegiatan pemilihan wakil rakyat. ***

 


  Bagikan artikel ini

Tantangan Dan Jalan Menuju Desa Berkelanjutan

pada hari Senin, 18 Oktober 2021
oleh Yedija Manullang

Oleh: Yedija Manullang

 

 

Beberapa tahun terakhir ini, keadaan desa lambat laun berubah membaik. “Desa akhirnya berdaulat!”, kira-kira begitu tanggapan banyak orang paska disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. Sementara itu Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menerbitkan Permendesa PDTT No. 13 Tahun 2020 yang berfokus pada SDGs desa. Dalam regulasi ini diatur tentang prioritas penggunaan dana desa pada tahun 2021 yang juga fokus terhadap upaya pencapaian SDGs. Permendesa PDTT Nomor 13 tahun 2020 ini dilatarbelakangi pemikiran terkait dengan model pembangunan nasional yang didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 59 tahun 2017 terkait dengan pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan nasional berkelanjutan.

Berbicara mengenai pembangunan nasional maka tidak lepas dari peran pemuda dalam pembangunan desa. Berbicara mengenai pemuda, kita berbicara masa depan dan segala pemikiran yang mengarah kepada masa depan. Peran pemuda yang pertama adalah memperdalam ilmu dan pulang kembali ke desa untuk mengabdi ke masyarakat. Oleh karena itu, Multiplikasi Stube HEMAT Bengkulu menggelar diskusi dengan topik “Desa Berkelanjutan” pada Minggu (17/10/2021) dengan fasilitator seorang kepala desa yang masih muda usia 33 tahun bersama lima mahasiswa lintas universitas, Universitas Sumatera Utara, Universitas Lampung dan Institut Sepuluh November.

 

 

Charly Purba adalah kepala desa di desa Purba Manalu, Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera telah menjabat 2 tahun pasca dilantik tahun 2019. Charly menilai untuk mencapai tujuan desa berkelanjutan diperlukan sinergitas semua elemen desa termasuk pemerintah desa, Badan Pengawas Desa, serta masyarakat desa itu sendiri. “Peran aktif elemen desa sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan kolektif masyarakat desa hingga mencapai keberlanjutan desa di masa yang akan datang. Keberlanjutan desa tidak hanya berbicara waktu yang akan datang, melainkan persiapan-persiapan menuju hari yang akan datang,” ujar Charly. Salah satu langkah menuju desa berkelanjutan adalah dengan melihat serta mengembangkan potensi desa itu sendiri. “Potensi desa menjadi sebuah kekuatan desa itu sendiri, misalnya potensi dari kelompok PKK di desa Purba Manalu yang saat ini tengah mengembangkan ubi singkong menjadi berbagai olahan makanan yang nantinya dapat diproduksi secara massal dan menjadi produk unggulan dan menambah penghasilan ibu rumah tangga”, jelasnya. Kendati demikian, tantangan dan persoalan sering dijumpai menuju desa berkelanjutan, di antaranya penggunaan dana desa yang masih dominan pada pembangunan fisik/infrastruktur dalam desa serta peran pemuda yang masih kurang aktif dalam pembangunan desa. “Penggunaan dana desa masih dominan untuk pembangunan fisik, jalan desa yang menghubungkan lahan atau sawah dari petani, masih sedikit untuk pengembangan sumber daya manusianya melalui pelatihan maupun workshop. Anggaran juga di-refocusing pasca badai Covid melanda Indonesia.” “Selain itu pemuda yang masih kurang aktif karena salah satu wadah tempat pemuda berkumpul di desa, yakni Karang Taruna sementara waktu itu non-aktif karena Covid-19 ini ditambah lagi banyak pemuda yang pergi merantau dan tidak banyak yang menetap di desa. Apalagi suara pemuda desa masih belum banyak terdengar, karena dominasi dari suara orang tua,” imbuh Charly.

Samuel Pardede, mahasiswa Universitas Sumatera Utara ini menilai bahwa eksistensi dan keterlibatan pemuda sangat mempengaruhi keberlanjutan pembangunan suatu desa. “Salah satu masalah utama adalah kurangnya ruang yang diberikan kepada para pemuda baik dalam hal menyuarakan aspirasinya maupun ruang untuk bereksplorasi. Terlebih saat bonus demografi yang dihadapi Indonesia tahun 2045, dimana usia produktif akan mendominasi usia non produktif. Oleh karena itu mulai sekarang pemuda harus diberikan kesempatan, mereka harus diberikan ruang untuk bisa bersuara agar dapat bergerak dan diberdayakan membantu membangun desa menjadi lebih baik,” ujar Samuel. Samuel berharap melalui diskusi ini membuat pemuda sadar dan mencari solusi bersama, apalagi diskusi ini dibawakan oleh sosok yang memiliki kepedulian pada pemuda khususnya di desanya. 


  Bagikan artikel ini

Share Of Life & Spirit: Regenerasi & Multiplikasi Nilai Hidup

pada hari Kamis, 14 Oktober 2021
oleh Made Nopen Supriadi, S.Th

By: Made Nopen Supriadi, S.Th

 

 

 

Saya Made Nopen Supriadi, S.Th, salah satu fasilitator Stube HEMAT Bengkulu dan pada kegiatan diskusi Stube-HEMAT Bengkulu (12/10/2021) ini, topik fokus pada pengenalan Stube-HEMAT secara umum oleh Multiplikator Stube-HEMAT Bengkulu dan follow-up kegiatan yang telah dilakukan tentang ”Rural Sustainability”. Diikuti 16 mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi Bengkulu (STTAB), kegiatan berlangsung di ruang kelas STTAB, mulai pukul 19:00-21:00 WIB.  

Pada kegiatan tersebut terlihat peserta antusias mengikuti diskusi yang menunjukkan bahwa multiplikator dan fasilitator mampu menyentuh emosi dan membuka pemikiran peserta. Saya menemukan sebuah sense dan focus penting dalam kegiatan Stube-HEMAT Bengkulu yaitu ”Share of Life and Spirit” sehingga ide dan gagasan pelayanan ini tidak terputus dan menunjukkan kehidupan yang berbagi.

 

 

Berikut dasar pemikiran saya tentang terwujudnya Share of Life and Spirit dalam kegiatan Stube-HEMAT Bengkulu pada tanggal 12 Oktober 2021. Pertama, hal tersebut terlihat dari salah satu peserta bernama Ajupendi asal Mentawai yang memiliki kerinduan agar ilmu yang diperoleh dalam pembelajaran di Stube-HEMAT dapat diimplementasikan kepada konteks desanya, ide dan pertanyaan tersebut menunjukkan kerinduan untuk mensharingkan gagasan Stube-HEMAT Bengkulu.

Kedua, sharing spirit yang dilakukan multiplikator dengan memperlihatkan jangkauan Stube-HEMAT yang bersifat global melalui video berdurasi 6 menit. Metode penjelasan tentang Stube-HEMAT dengan audio-visual sangat efektif memberikan rangsangan kepada para mahasiswa STTAB untuk memahami kehidupan dan spirit dari Stube-HEMAT, sehingga spirit Stube-HEMAT yang konstruktif dalam menjangkau kehidupan manusia dipahami dan diteruskan oleh peserta Stube-HEMAT Bengkulu.

Ketiga, pendekatan personal yang dilakukan peserta Stube-HEMAT Bengkulu bernama Teguh Asa Zega untuk membangun komunikasi dengan multiplikator dan fasilitator sehingga terwujudnya sharing kehidupan dan semangat. Hal inilah menjadi salah satu sisi penting bagaimana terwujudnya share of life and spirit antara multiplikator-fasilitator dan mahasiswa peserta. Kehidupan dan semangat yang dibagikan kepada mahasiswa dan anak-anak muda kelompok Stube-HEMAT itulah yang akan menghidupkan, mempertahankan dan mengembangkan Stube-HEMAT Bengkulu.

Apa pun kegiatan Stube-HEMAT Bengkulu fokus penting yang perlu dijaga adalah regenerasi dan sharing kehidupan dan semangat Stube-HEMAT tentang kehidupan yang sarat nilai, inilah yang terefleksi dari Stube-HEMAT Bengkulu. Kekayaan ide, semangat dan hidup menjadi bagian penting untuk dibagikan. Salam Stube-HEMAT! 

 


  Bagikan artikel ini

Berkenalan Dengan Stube-Hemat Bengkulu

pada hari Rabu, 13 Oktober 2021
oleh Teguh Asa Chrismantino Zega

Oleh : Teguh Asa Chrismantino Zega

 

 

Hallo sobat pembaca, salam sehat dari Bengkulu. Sebelumnya perkenalkan nama saya Teguh Asa Chrismantino Zega. Saya berasal dari STTAB (Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu). Saya sedang menempuh pendidikan saya di STTAB. Saat ini saya semester 7. Saya berasal dari Sumatera Utara, Kepulauan Nias, Kecamatan Gunungsitoli Utara, Desa Gawu-gawu Bo’uso.

 

 

Sejenak saya akan menceritakan tentang pertama kalinya saya mengenal yang namanya program Stube HEMAT. Awalnya pertemuan pertama kali diadakan pada hari Selasa, 05 Oktober 2021 (07:00). Program Stube pertama kali diperkenalkan oleh salah satu dosen kami yang bernama Made Nopen  Supriadi.

Awalnya saya belum mengerti tentang Stube-HEMAT Bengkulu, dikarenakan masih kurangnya pendalaman tentang program Stube-HEMAT. Akan tetapi pada pertemuan tersebut, kami diberikan tanggung jawab untuk membuat sebuat tulisan yang mendeskripsikan tentang desa yang kreatif secara khusus tentang desa saya di Nias.

Selanjutnya pada hari Selasa, 12 Oktober 2021 (19.00–21.00 WIB), saya kembali mengikuti kegiatan Stube-HEMAT Bengkulu. Pada pertemuan ini didampingi oleh Yohanes Dian Alpasa, S.Si.Teol., multiplikator Stube-HEMAT di Bengkulu. Pada malam itu multiplikator memberikan penjelasan tentang Stube-HEMAT Bengkulu.

 

 

Setelah Pak Yohanes berbagi tentang Stube-HEMAT Bengkulu, saya semakin mengerti tentang program Stube-HEMAT ini. Ada beberapa poin yang saya dapat dari pertemuan tersebut antara lain:

  1. Program Stube-HEMAT bertujuan untuk memberdayakan masyarakat (SDM), khususnya mahasiswa sebagai kelompok intelektual.
  2. Stube-HEMAT dapat memberdayakan lingkungan sekitar untuk menjadi sumber kehidupan.
  3. Adanya diskusi yang dilakukan olah anggota Stube-HEMAT.
  4. Stube-HEMAT  menunjukkan nilai humanitas.
  5. Pola Stube-HEMAT tidak tertuju pada satu objek saja, tidak fanatik sehingga mudah untuk masuk ke organisasi-organisasi lainnya dan dapat menjalin kerjasama yang baik
  6. Stube-HEMAT memiliki visi dan misi.
  7. Stube-HEMAT membangun kreaktivitas mahasiswa dan masyarakat lainnya.
  8. Stube-HEMAT mengajarkan bagaimana mencintai alam seperti dunia pertanian.
  9. Stube-HEMAT memfasilitasi mahasiswa dengan diskusi, seminar dan kunjungan lapangan.
  10. Stube-HEMAT membuka wawasan masyarakat.

 

 

 

Hal tersebut bisa dilihat dari video yang ditunjukkan multiplikator tentang Stube-HEMAT. Saya menyadari bahwa program Stube-HEMAT sangat bermanfaat bagi saya sebagai generasi muda dan mahasiswa teologi. ***


  Bagikan artikel ini

Pemuda & Desa Berkelanjutan

pada hari Senin, 11 Oktober 2021
oleh Reginiana

Oleh: Reginiana

 

 

 

 

Masih mengusung topik “Desa Berkelanjutan” program multiplikasi STUBE HEMAT Bengkulu menggelar diskusi bersama (10/10/2021) bertempat di desa Taba Gemantung Kecamatan Merigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah. Dengan tema “Desa berkelanjutan”, pembicara sesi ini adalah mahasiswa Universitas Bengkulu bernama Syintia Mardela Fitri, anggota Ikatan Mahasiwa Bengkulu Tengah. Pembicara menjelaskan bahwa Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian. Sedangkan pemuda/generasi muda/ kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat yang luar biasa, pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang, sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.

 

 

 

 

Bagaimana desa bisa berpotensi di tangan pemuda? Yaitu ketika pemuda kreatif, inovatif (mampu mencipta sesuatu yang baru), mampu bersaing, mau dan mampu serta cinta desa sendiri. Banyak potensi yang dapat dikembangkan oleh para pemuda di desanya yaitu di bidang pertanian, perkebunan, sumber daya manusia, kesenian, wisata, kuliner dan pendidikan. Pemuda memiliki peranan penting dalam perkembangan desanya, karena kalau bukan pemuda siapa lagi? Kalau bukan saat ini, kapan lagi? Kalau kita bisa, kenapa harus orang lain? Desa lain saja bisa, kita harus lebih bisa. Dalam materi yang dibahas, pembicara mengajak peserta yang berjumlah 18 orang ini untuk berdiskusi apa yang akan dilakukan untuk pengembangan desa tempat mereka tinggal.

Beberapa jawaban peserta yaitu:

  1. Ingin mengembangkan potensi SDM di bidang olahraga. Pemuda yang memiliki kemampuan di bidang volley dan futsal akan melatih masyarakat agar mampu bisa bermain volley dan futsal.
  2. Ingin mengembangkan potensi desa di bidang pendidikan dengan membuat bimbingan belajar matematika bagi anak sekolah dasar dan baca tulis hitung bagi anak usia dini.
  3. Ingin mengembangkan lahan pertanian yang ada dengan membuat perkebunan bunga agar menjadi daya tarik masyarakat luas.
  4. Ingin mengembangkan desa di bidang kuliner, mengingat desa Taba Gemantung merupakan penghasil buah durian yang cukup baik. Pemuda ingin membuat suatu inovasi baru dengan kuliner buah durian.
  5. Ingin membuat akun sosial media yang menunjukkan kegiatan dan perkembangan desa, agar banyak yang mengenal desa Taba Gemantung dengan memberikan postingan-postingan yang positif.

 

Kegiatan berjalan dengan sangat baik. Pembicara dan para peserta melakukan kegiatan ini dengan penuh semangat. Banyak hal baru dan informasi penting yang diperoleh. Membuat peserta kembali bersemangat untuk dapat mengembangkan potensi desa tercinta.***

 


  Bagikan artikel ini

Menggerakkan Literasi Generasi Muda: STT Arastamar Bengkulu Mengenal Stube HEMAT

pada hari Rabu, 6 Oktober 2021
oleh Made Nopen Supriadi
 
 

 

Oleh: Made Nopen Supriadi

 

 

 

 

Salam hangat bagi pembaca Stube-HEMAT Bengkulu! Literasi adalah bagian penting bagi generasi muda masa kini di tengah era digitalisasi dan globalisasi. Membudayakan hidup berliterasi dengan baik dan benar merupakan kebutuhan pada masa kini. Tanpa spirit literasi generasi muda akan mudah dipengaruhi  berbagai informasi yang tidak membangun. Tulisan ini sebuah refleksi pengalaman karena saya bersyukur ada Stube-HEMAT Bengkulu yang memiliki gerakan berliterasi, oleh karena itu saya akan memberikan kesaksian saya bagaimana saya bisa mengenal Stube-HEMAT Bengkulu serta manfaatnya.

Tanggal 30 Agustus 2021, multiplikator Stube HEMAT di Bengkulu, Yohanes Dian Alpasa, S.Si.Teol mulai percakapan bagaimana mengakomodir pemikiran konstruktif mahasiswa di kota Bengkulu mengingat kota Bengkulu memiliki banyak universitas baik negeri maupun swasta. Diskusi kami terarah bagaimana memberikan pencerahan bagi mahasiswa di berbagai universitas di kota Bengkulu. Pembicaraan tersebut semakin mengerucut dengan ide untuk mendokumentasikan pemikiran pemuda dalam bentuk tulisan yang kritis dan konstruktif dalam berbagai bidang kehidupan sosial. Saya sambut ide tersebut dengan antusias, mengingat saya juga memiliki ketertarikan pada dunia literasi.

Kami bertemu kembali mendiskusikan gagasan tentang pendokumentasian pemikiran konstruktif dari para Mahasiswa di Kota Bengkulu pada bulan September. Tanggal 22 September 2021, saya diminta menjadi salah satu fasilitator untuk Stube-HEMAT Bengkulu, saya baru pertama kali mendengar istilah Stube-HEMAT Bengkulu. Selanjutnya saya meminta informasi detail tentang Stube-HEMAT, setelah melihat blog dari stubehemat.blogspot.com saya mulai memahami arah kegiatannya. Pertemuan pada pertengahan bulan September belum bisa terlaksana karena saya ada kegiatan perkunjungan dan pembinaan jemaat GEKISIA di Provinsi Bangka. Pertemuan baru dapat terealisasi pada 30 September 2021.

Pada pertemuan tersebut, saya pertama kali tahu tentang Stube-HEMAT Bengkulu, dan menyadari bahwa pada 20 Juli 2020 saya pernah menjadi narasumber di Stube-HEMAT Bengkulu dengan materi “Pemuda Bengkulu dan Kepemimpinan Kristen” bersama moderator Dahlia Sitohang. Hal tersebut semakin membuat saya menyambut baik tawaran menjadi fasilitator bagi Stube-HEMAT Bengkulu.

 

 

Pada tanggal 05 Oktober 2021, multiplikator Stube HEMAT Bengkulu kembali menggelar diskusi dengan Tema: ”Rural Sustainability”. Bersama 15 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB) kami mengenal Stube-HEMAT Bengkulu dan pemetaan potensi serta kerawanan di desa. Tema ”rural sustainability” mendorong para mahasiswa  memberikan deskripsi desa tempat tinggal mereka, seperti desa-desa di kepulauan Mentawai, Nias serta Bengkulu. Mahasiswa antusias menceritakan keadaan tempat tinggal mereka serta kemajuan-kemajuan yang diharapkan. Saya bersyukur telah dipercaya menjadi narasumber dan saya menemukan wadah yang tepat untuk mengaktualisasikan ide dalam tulisan dan membagikannya bagi generasi muda secara khusus mahasiswa. Kiranya Stube-HEMAT Bengkulu terus berkembang sebagai penggerak literasi generasi muda dan memantik ide-ide lokal untuk kesejahteraan masyarakat. ***

 


  Bagikan artikel ini

Desa Kreatif Menurut Anak-Anak Muda Bengkulu Tengah

pada hari Senin, 27 September 2021
oleh Reginiana Dosvia Quiko
 
 

 

Oleh: Reginiana Dosvia Quiko

 

 

Desa merupakan suatu tempat pada wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang pada umumnya bukan pemukiman padat dan mengingatkan kita pada kondisi yang asri dan tenang. Menghuni sebuah desa yang indah dan damai menjadi harapan setiap penduduk desa. Harapan tersebut akan terwujud jika program-program yang dilakukan merujuk pada program-program desa kreatif yang mengakomodir ide-ide menarik untuk perkembangan desa.

 

 

Berkaitan dengan desa kreatif, kami mendiskusikan potensi desa di kabupaten Bengkulu Tengah dalam pertemuan Stube-HEMAT Bengkulu (Minggu, 26/09/2021). Diskusi diadakan di Desa Taba Gemantung, Kecamatan Merigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah. Hal pertama yang dibahas adalah mencari informasi tentang Desa Kreatif yang ada di Indonesia beserta program yang dilaksanakan. Menjadi desa kreatif dibutuhkan kerjasama antara aparat desa dan masyarakat, terutama para pemuda yang memiliki banyak ide cemerlang yang akan membantu perkembangan desa. Hal kedua membahas perkembangan  yang telah terjadi di Desa Taba Gemantung sehingga dapat dikatagorikan sebagai desa kreatif.

 

 

Beberapa ide kreatif yang muncul untuk 3 tahun ke depan antara lain :

  1. Kegiatan bimbingan belajar bagi anak-anak desa Taba Gemantung bagi siswa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.
  2. Pembinaan karakter pemuda desa, supaya pemuda desa dapat berperan positif bagi desanya.
  3. Perternakan ikan lele bagi masyarakat dan boleh diambil dengan jumlah tertentu.
  4. Olah raga volley bagi masyarakat.
  5. Tersedianya sumur bor bagi masyarakat.
  6. Tersedia ambulan desa.

Selain dari membahas tentang desa Taba Gemantung, pemantik diskusi meminta para peserta memberi pendapat atas pertanyaan, “Apa yang menjadi alasan bagi pemuda-pemudi memilih untuk meninggalkan desanya?”

Beberapa jawaban dari para peserta adalah :

  1. Desa tersebut dipandang terlalu terpelosok,
  2. Tidak tersedianya sarana prasarana desa yang menarik,
  3. Sulitnya lapangan pekerjaan di desa,
  4. Hidup di kota lebih menyenangkan dari pada di desa,
  5. Tidak adanya sarana pendidikan di desa,

 

 

Dari hasil pertemuan ini, kami menyimpulkan bahwa desa akan menjadi desa yang kreatif jika aparat desa dan masyarakat bekerjasama membangun desa dengan gagasan-gagasan menarik dan positif sehingga terjadi perubahan menjadi lebih baik. Khususnya mampu membuat masyarakat merasa aman, damai, memiliki lapangan pekerjaan dan merasa dibutuhkan oleh desanya sendiri. ***


  Bagikan artikel ini

Perkembangan Cyber Di Kalangan Pemuda

pada hari Senin, 5 Juli 2021
oleh Reginiana Dosvia

Perkembangan Cyber Di Kalangan Pemuda

 

 

Oleh: Reginiana Dosvia

 

 

Tidak dipungkiri bahwa perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Kegiatan sehari-hari dalam masyarakat tidak terlepas dari peranan teknologi, mulai dari kegiatan sederhana hingga pekerjaan profesional, semua membutuhkan teknologi. Pembicara pada sesi diskusi Stube-HEMAT (4/07/2021) yang diselenggarakan di Desa Taba Gemantung kali ini adalah Huanius Jastino, seorang trainer di perusahaan teknologi dan teknisi sekaligus programer smartphone di Bengkulu Tengah, sehingga memiliki kompetensi menjadi fasilitator dalam pertemuan dengan tema ‘Tantangan Teknologi Cyber’.

Dalam paparan dan presentasinya, Huanius menuturkan bahwa kata ‘Siber’ tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan internet, komputer, dan dunia maya. Pemuda yang bijak memerlukan pemahaman yang baik, mengenali, dan menyingkapi perkembangan siber saat ini. Pemuda dapat mengambil bagian penting, membawa pengaruh positif sebagai pengguna media sosial, hingga diharapkan pemuda dapat menjadi contoh dan pembimbing bagi masyarakat.

Menurut Huanius, ada beberapa manfaat mengenal siber:

  1. Menambah wawasan dan ilmu, 
  2. Menjalin pertemanan dan memperluas pertemanan,
  3. Bisa melindungi privasi kita di dunia maya dengan cara mengenal dan mengetahui cara menjaga identitas diri sehingga sulit untuk di-hack dari pihak lain,
  4. Menjadi panutan bagi pengguna media sosial yang lain,

Selain manfaat ada kerugian yang bisa diterima ketika tidak bijak dalam penggunaan media sosial, antara lain akun dapat dicuri, terjadinya kasus kriminal di media sosial, pembulian dan lain sebagainya. Ketika kerugian itu terjadi maka ada dua cara untuk menyelesaikanya, yang pertama dapat ditempuh dengan jalur kekeluargaan dan yang kedua menempuh jalur hukum, sebab semua pengguna media sosial telah dilindungi Undang-Undang Informasi dan Teknologi.

Kegiatan dalam sesi ini berjalan lancar. Peserta terlihat memperhatikan dan itu menjadi tanda sebuah pertemuan yang menyenangkan. Banyak ilmu yang diperoleh. Selain materi yang diberikan, narasumber juga memberikan kesempatan peserta menyampaikan pendapat dan saran mereka dalam menyingkapi masalah siber ini.

Reginiana selaku koordinator diskusi merasa bangga karena teman-teman pemuda mau belajar bersama Stube-HEMAT. Yohanes Dian Alpasa menyambut baik pertemuan di Bengkulu Tengah ini dan berharap teman-teman pemuda yang ada di Bengkulu Tengah dapat mendukung aktivitas teman-teman di Kota Bengkulu sehingga diskusi berjalan lebih seru lagi.***


  Bagikan artikel ini

Aktualisasi Diri Dalam Tantangan Cyber

pada hari Minggu, 20 Juni 2021
oleh Reginiana

Aktualisasi Diri Dalam Tantangan Cyber

 

 

 

Oleh: Reginiana

 

 

 

Program tantangan Siber kali ini didukung dua trainer dari Yogyakarta yakni Trustha Rembaka (koordinator Stube HEMAT Yogyakarta) dan David Pamerean Budiarto (mahasiswa Program Internasional Ilmu Komputer, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta). Lokasi  pelatihan dipilih di pusat kota dengan tatap muka pada 17-19 Juni 2021.

 

 

Kegiatan diawali perkunjungan ke gereja GPdI Hidup Baru, kota Bengkulu. Pdt. Apriansori Marbun bertindak sebagai fasilitator pertemuan dan 22 peserta hadir dalam pertemuan yang dimulai pada pukul 19.30 WIB ini. Pdt. Apriansori mengucapkan selamat datang kepada rombongan Stube-HEMAT dan menggambarkan pelayanan gereja dan pembinaan karakter, khusus untuk anak-anak muda topik berkisar bagaimana mendapatkan pasangan yang seturut dengan kehendak Kristus. Pdt. Apriansori menilai program Stube HEMAT layak diperkenalkan di Bengkulu kepada pemuda dan mahasiswa sehingga mendatangkan manfaat. Terkait dengan tantangan siber Pdt. Apriansori menghimbau anak muda untuk memanfaatkan teknologi namun jangan sampai diperbudak teknologi. Selanjutnya Yohanes Dian Alpasa, multiplikator Stube HEMAT di Bengkulu memperkenalkan Stube-HEMAT sebagai sebuah lembaga pelatihan bagi mahasiswa dan pemuda gereja. Oleh karenanya, lembaga  ini membuka lebar pintu agar teman-teman pemuda gereja bisa ambil bagian dalam setiap aktivitasnya.

 

 

 

 

Sesi kedua kegiatan diadakan pada hari Jumat, 18 Juni 2021. Yohanes Dian Alpasa pertama-tama memperkenalkan Stube-HEMAT dan mengajak peserta menulis pada selembar karton yang dibentangkan di lantai mengenai kampung impian yang ada dalam pikiran masing-masing. Setelah itu peserta menuliskan permasalahan-permasalahan sosial, lingkungan, pendidikan, dan kebudayaan yang ada di lingkungan mereka. Ini akan digunakan untuk pertimbangan merumuskan program kerja Stube ke depan selain mengasah kepekaan mereka atas situasi sosial yang ada. Selanjutnya multiplikator memperkenalkan program tantangan sSiber sebagai sebuah peluang untuk membuka diri dan beradaptasi terhadap perubahan teknologi karena banyak hal bisa dilakukan dalam jaringan. Jadi teman-teman dituntut untuk mampu mengaktualisasikan diri di dalamnya.

 

 

 

 

Sesi III diampu oleh Trustha Rembaka yang menyampaikan bagaimana konten sederhana dibuat oleh kreator dunia maya untuk menarik follower, juga segmentasi pengguna internet dan dominasi usia pada akun-akun media sosial yang ada di platform media sosial. Teman-teman dipersilahkan untuk menunjukkan ide dan gagasan pada setiap platform agar dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas.

 

 

Sesi IV diampu oleh David Pamerean Budiarto yang menggeluti dunia pemrograman dan melatih peserta memproduksi video baik dari bahan foto maupun catatan peserta. Teknis pengambilan gambar diampu oleh Trustha sedangkan aplikasi dan software serta tata cara editing diajarkan oleh David. Latihan itu langsung dilakukan di lokasi pelatihan.

 

 

 

 

Sesi V dilakukan lewat Zoom Meeting dengan narasumber Dema Mathias Lumban Tobing. Dema menjelaskan bahwa setiap aksi yang dilakukan di dunia maya terekam secara rapi oleh server perusahaan tersebut. Ungkapan kita akan diolah menjadi data yang memuat hobi, kesukaan, emosi, perasaan, yang sangat berguna untuk pihak-pihak yang ingin mempromosikan produk tertentu. Bijak dalam bermedia masih menjadi syarat yang mutlak sehingga mulai hari ini peserta harus mampu mengambil keuntungan pada setiap tindakan di dunia maya. Dunia maya harus menjadi ajang promosi bagi bakat, usaha, hobbi dan lain sebagainya yang dimiliki, sehingga jangan disia-siakan.

 

 

 

Selanjutnya menjadi giliran peserta mengaktualisasikan ilmu dan pengalaman yang didapat dalam hidup baik di masyarakat dan gereja dan berkreasi membuat video. Selamat melakukan aktualisasi diri. ***

 


  Bagikan artikel ini

Kenakalan Remaja di Tengah Tantangan Dunia Cyber

pada hari Senin, 17 Mei 2021
oleh Reginiana Dosvia Quiko

 

Taba Gemantung, merupakan sebuah desa di Kecamatan Merigi Sakti, Bengkulu Tengah, 17 km dari Universitas Bengkulu. Desa ini menjadi salah satu titik kegiatan program multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu. Kali ini Reginiana Dosvia Quiko (penyuluh agama kristen di desa Taba Gemantung) menjadi koordinator diskusi bagi masyarakat dan pemuda desa dan diharapkan menjadi wadah bagi mahasiswa Stube-HEMAT yang ada di UNIB untuk mengaktualisasikan diri bersama pemuda.

 

Masalah yang menjadi sorotan dalam diskusi kali ini adalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja telah menjadi permasalahan umum yang terjadi dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa untuk mencari jati diri dan berusaha menunjukan identitas diri agar dapat diterima dan dipandang istimewa oleh orang lain. Namun, tidak jarang remaja salah dalam menentukan jati diri yang akan dipilihnya yang disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh sebab itu, Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu melalui aktivis Stube HEMAT di desa Taba Gemantung melakukan kegiatan diskusi terhadap pemuda dalam menyikapi permasalahan tersebut. Program diskusi ini juga bertujuan mendorong pemuda untuk ambil bagian membantu aparat desa meminimalisir kasus kenakalan remaja di desanya.

 

Diskusi dilaksanakan 2 putaran di bulan Mei 2021. Diskusi pertama (Minggu, 9 Mei 2021) memberi pemahaman definisi kenakalan remaja, mengetahui penyebab kenakalan tersebut, serta membuat program untuk mengedukasi para remaja agar memiliki karakter yang sesuai norma-norma dalam masyarakat. Kenakalan remaja memiliki arti sebagai suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan seseorang dalam usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab kenakalan tersebut yaitu : 1). Krisis identitas, remaja belum mengenal dengan baik siapa dirinya serta berusaha mendapatkan pengakuan dari orang lain dengan cara melakukan tindakan yang dipandang hebat namun kenyataanya salah. 2). Lingkungan, menjadi pengaruh ketika anak tidak mampu menguasai diri dan terbawa arus pergaulan, anak tidak mampu berkata “tidak” meskipun ia tahu itu salah karena takut tidak diakui di lingkungan tersebut. Terlebih akses dunia cyber sangat terbuka dan bisa memberi pengaruh negatif jika tidak mampu melakukan filtrasi.

 

Diskusi putaran kedua (Minggu, 16/05/2021) membahasa faktor-faktor lainnya yang mencakup: 1). Kondisi ekonomi keluarga. Anak tidak punya pilihan lain selain melanggar norma hukum agar mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan hidupnya, misalnya dengan melakukan pencurian, perampokan, pengedar nakoba dan lain sebagainya. 2). Kurang kasih sayang. Kurang kasih sayang mendorong anak melakukan tindakan salah agar mendapatkan perhatian dari orang lain. 3). Kurangnya pembinaan karakter. Pembinaan karakter dapat diperoleh dari peranan orang tua dan guru agama. Hal ini merupakan hal yang penting, sebab karakter yang baik akan membawa anak terhindar dari keinginan melakukan kenakalan remaja.

 

 

Dalam proses tanya jawab, ada beberapa pertanyaan yang didiskusikan yaitu “kenakalan remaja apa yang pernah kamu jumpai di lingkungan desa” dan “sebagai pemuda yang baik, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kenakalan remaja tersebut?” Dari hasil diskusi peserta bersama mengambil keputusan dan komitmen yaitu: 1). Pemuda harus menjadi role model/teladan bagi anak remaja dalam kehidupan sehari-hari; 2). Melakukan kegiatan positif seperti kegiatan olah raga di sore hari dilingkungan masyarakat agar para remaja termotivasi untuk meningkatkan potensi diri dalam bidang olahraga; 3). Pembinaan karakter seminggu sekali untuk anak anak remaja dengan mengajukan permohonan kepada aparat desa untuk meminjam fasilitas gedung desa agar bisa digunakan untuk berkumpulnya para remaja; 4). Tidak ragu untuk menjadi penasehat bagi para remaja lainnya. 

Kegiatan diskusi dengan para pemuda berjalan sangat baik, peserta aktif dan memiliki pikiran positif untuk bisa memiliki pengaruh yang baik bagi para pemuda lain.***


  Bagikan artikel ini

Tantangan Dunia Cyber di Bengkulu

pada hari Jumat, 30 April 2021
oleh Yohanes Dian Alpasa

Merespon perkembangan teknologi, terutama di dunia Teknologi Informasi, Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu mengusung program baru bertopik “Tantangan Dunia Cyber di Bengkulu”. Program ini dilakukan dengan tujuan, 1) Mahasiswa dan pemuda memahami perubahan pola hidup, budaya, dan kebutuhan atas kecakapan berbasis dunia cyber, 2) Mahasiswa mampu melakukan pengembangan diri untuk menghadapi tantangan dunia cyber, 3) Mahasiswa memahami peran mereka sebagai rantai penghubung bagi kelompok-kelompok yang buta teknologi, sehingga tidak ada kesenjangan yang tajam antar kelompok masyarakat berkenaan dengan dunia cyber. 

 

Untuk menggali potensi Bengkulu berkait dengan dunia cyber, Multiplikator Stube-HEMAT di Bengkulu mengadakan sosialisasi program “Tantangan cyber di Bengkulu” (30/04/2021). Sosialisasi ini diadakan untuk memetakan kembali peluang apa saja yang bisa digarap dalam dunia cyber. Potensi dunia cyber di Bengkulu yang pertama adalah sebagian masyarakat mengenal media sosial dan market place. Sebagian pemuda sudah menjadi reseler produk-produk impor, mulai dari tas, sepatu, dan kosmetik. Adit misalnya, salah seorang peserta Stube, membeli sepatu dari pasar cyber, harganya lebih murah dan bisa diantar sampai tempat. Sementara peserta yang lain, Panji misalnya, bertutur bahwa spare parts mesin dan beberapa barang serta peralatan tidak tersedia di Bengkulu, sehingga harus dipesan dan didatangkan dari luar, dan itu tersedia di pasar online. Informasi keberadaan barang dapat diperoleh dengan berselancar di dunia cyber dan bisa diketahui detail komponennya. Memang tidak semua barang itu bagus tetapi sebagian besar barang yang dipesan telah sesuai dengan harapan. Dalam bidang akademis, teman-teman mahasiswa dapat membeli buku di toko online, meskipun belum banyak pelajar yang memanfaatkannya. Baru sebagian kecil yang membeli buku dan membaca referensi ilmiahnya dari jurnal online yang diterbitkan oleh pusat studi di luar Bengkulu.

 

Di lain pihak, masih belum umum penggunaan teknologi cyber di kalangan pedagang, produsen barang dan jasa, petani, dan peternak untuk memasarkan produknya. Pedagang masih mengandalkan sistem pemasaran konvensional dengan bertatap muka dengan calon pembelinya. Mayoritas barang dan hasil pertanian yang beredar berasal dari luar daerah Bengkulu. Konsumen di Bengkulu membeli kebutuhan pangan mereka dari pasar lokal. Peralatan elektronik, peralatan bayi, peralatan dapur, pertukangan, mekanik, mulai umum dibeli dari pasar online.

Demikian diskusi awal sebagai pembuka dan pemantik ide dalam program ‘Tantangan Dunia Cyber’ dan akan dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan lain untuk memperdalam pemhaman dunia cyber. Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu mengundang teman-teman Mahasiswa dan Pemuda untuk dapat bergabung dengan tetap memakai protokol kesehatan. ***


  Bagikan artikel ini

Bersama Puskesmas Air Lais, Masyarakat Sehat

pada hari Rabu, 31 Maret 2021
oleh adminstube
Diskusi Tentang Kesehatan Prog. Multiplikasi Stube-HEMAT Bengkulu

 

 

Pada program berkaitan Tantangan Kesehatan di Bengkulu kali ini,  program Multiplikasi Stube-HEMAT bekerjasama dengan Pemerintah Desa Margasakti dan Karang Taruna Tunas Harapan mengadakan diskusi bertajuk “Pentingnya Pola Hidup Sehat Keluarga”. Materi pandemi dan disiplin protokol kesehatan terus menjadi bahan diskusi mengingat tren masyarakat yang terpapar Covid-19 meningkat dalam dua minggu di Bengkulu.

Eka Purwati, seorang bidan di Puskesmas Air Lais, menjadi pembicara diskusi pemuda dan Stube-HEMAT (31/03/2021). Kehadirannya patut diapresiasi, karena di masa pandemi ini, semua pertemuan dibatasi demi mengurangi konsentrasi kerumunan. Hal yang menarik, angka kelahiran di Bengkulu meningkat. Menurut Eka, hari itu beberapa ibu di lingkungan kecamatan Padang Jaya melahirkan bersamaan, sehingga jadwal pelayanan pun padat.

Hadir dalam pertemuan itu 20 orang remaja dan pemuda, serta 7 orang ibu-ibu dusun VII. Acara dikemas dengan menarik oleh Karang Taruna Dusun VII, M. Jauhari Fajri. Diskusi tentang kesehatan anak muda menjadi sorotan demi kebahagiaan keluarga nantinya. Topik yang dibahas adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), gizi seimbang, dan stress di kalangan anak muda.

Perilaku hidup bersih dan sehat sudah menjadi topik yang akrab, namun pola gizi seimbang perlu menjadi fokus diskusi mengingat desa Margasakti perlu memperhatikan kasus stunting dengan seksama. Menurut Eka, stunting diawali ketika masa kehamilan dialami oleh ibu-ibu muda. Asupan gizi harus cukup, emosi harus stabil, kondisi lingkungan juga musti terjaga. Stunting juga bisa bersumber dari ibu-ibu muda yang belum saatnya untuk hamil tetapi sudah diwajibkan untuk punya anak. Ibu-ibu muda ini disarankan untuk meminum Tablet tambah Darah (TTD). Anak-anak muda juga disarankan meminum tablet tambah darah satu minggu sekali.

Gangguan pada proses pertumbuhan anak atau kerap disebut stunting ditangani dengan memenuhi syarat perbaikan gizi pada anak. Anak-anak muda yang akan menikah juga dipersilahkan untuk melakukan konseling pranikah bersama penyuluh pemuda di puskesmas Air Lais. Penyakit-penyakit menular bisa dihindari berdasarkan masukan dan arahan dari petugas puskesmas.

Malam itu Multiplikator Stube Bengkulu memberi kesempatan pelayanan konseling yang serupa terkait dengan kepemudaan, psikologi, dan konseling terkait dengan kesehatan kaum muda. Bagaimanapun juga materi ini layak untuk dipraktekkan dan dibagikan.

 

“Tantangan Kesehatan di Indonesia” menjadi program yang penting, karena banyak orang baru menyadari pentingnya pemahaman kesehatan saat sudah jatuh sakit. Program Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu terus bergerak untuk memberi pencerahan kepada anak-anak muda.***


  Bagikan artikel ini

Waspada Dalam Membagikan Data Pribadi

pada hari Minggu, 14 Maret 2021
oleh adminstube

(Jurnalisme Publik)

 

 

Penulisan dan membagi data pribadi menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh mahasiswa dan anak-anak muda di era digital dengan memperhatikan undang-undang  Informasi dan Transaksi Elektroinik (ITE). Bekerjasama dengan Karang Taruna Tunas Harapan, perangkat desa Margasakti, dan perpustakaan Pelita Hati, program Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu  mengundang nara sumber dari Harian Radar Utara, salah satu koran terbesar di Bengkulu Utara (Sabtu, 13/03/2021). Karjiyo, pemimpin redaksi Radar Utara.id, membagikan beberapa tips penulisan dan permasalahan yang dihadapi ketika aktif di media sosial.

Karjiyo mewanti-wanti peserta diskusi agar lebih berhati-hati dalam menulis identitas di Media Sosial. Apa saja yang biasa teman-teman tulis dalam media sosial?” tanya Karjiyo. Peserta pemuda menjawab, Yang biasa-biasa saja”. Hal biasa yang dimaksud adalah apa yang biasa dilihat dan rasakan, apa yang ingin diungkapkan, bahkan kadangkala ketika hati sedang kesal, anak-anak muda menulis status di media sosial. Karjiyo juga menanyakan apakah peserta diskusi pernah membagi password dan email di media sosial. Sebagian peserta menjawab pernah. Password dan email kadangkala diminta oleh aplikasi untuk mengakses layanan tertentu. Peserta  laki-laki mengatakan menyerahkan email dan paswordnya dalam membuat akun game online. Peserta perempuan memberikan email dan data pribadi ketika ingin belanja atau bermain tik-tok.

Dalam paparannya, Karjiyo menekankan pentingnya menjaga hal-hal pribadi kita di media sosial. Pertama tentang perasaan; misalnya saat jengkel atau marah pada pacar, biarlah itu jangan ditulis di medsos. Permasalahan pribadi biarlah diselesaikan secara pribadi. Kedua tentang data pribadi yang tercatat di kartu identitas; jangan sekali-sekali memotret dan mengunggah data pribadi itu untuk siapapun. Kejahatan bisa timbul dengan memanfaatkan nomor identitas pada kartu tersebut. Orang jahat akan menggunakan untuk kegiatan penipuan dan bentuk kejahatan lainnya. Ketiga tentang email dan password; tidak perlu dicatat ketika mendaftar akun game online atau aplikasi hiburan yang lainnya. Karjiyo menilai ada banyak orang jahat di media sosial yang sewaktu-waktu memanfaatkan data kita.

Kalau dicermati, ada beberapa aplikasi meminta ijin apabila ingin mengakses lokasi, kontak, foto, dan beberapa informasi dari smartphone. Dalam hal ini, nara sumber menambahkan agar sebisa mungkin tidak diberikan. Masalah privasi data menjadi masalah publik dalam masyarakat digital sekarang ini. Data elektronik bahkan uang elektronik rentan untuk diretas. Oleh karena itu anak-anak muda diharapkan jeli melihat konsekuensi yang ditimbulkan. Beberapa orang harus berganti akun media sosial karena akun yang dia miliki tidak bisa dibuka lagi, namun tanpa dibuka, akun tersebut tetap aktif dan mengunggah video dan gambar liar sebagai tanda bahwa akun sudah dibobol.

Dengan demikian pemuda lebih berhati-hati dalam berbagi data. Dengan berhati-hati, kita akan mendapat keuntungan. Keuntungan itu di antaranya: kita tidak mudah tergiur tawaran produk yang diiklankan di medsos, akun medsos tidak diretas, data diri tidak digunakan untuk penipuan, data pribadi tidak digunakan untuk membobol rekening bank, dan bila kita berjualan akan lebih dipercaya.

 

Stube-HEMAT Bengkulu berharap agar Pemuda menggunakan media sosial sebaik-baiknya. Pelatihan Jurnalisme Publik ini mengajak anak-anak muda lebih peka terhadap permasalahan yang ditimbulkan dari digitalisasi. Digitalisasi informasi sudah dilakukan oleh media-media di Indonesia, bahkan termasuk di dalamnya web desa. Diharapkan teman-teman pemuda menjadi agen untuk memperkuat warga melindungi data pribadi mereka masing-masing. ***


  Bagikan artikel ini

Kecil Bergerak Lawan Covid-19

pada hari Jumat, 12 Maret 2021
oleh adminstube

Tantangan Kesehatan di Indonesia

 

 

Workshop berkaitan dengan permasalahan pandemi Covid-19 yang dilaksanakan di medio Februari 2021, menggerakkan peserta untuk membagi informasi dan pengetahuan yang didapat dari workshop tersebut kepada orang lain. Ada dua kegiatan yang sudah dilakukan yakni berbagi dengan kelompok Pemuda Andalas Bumi Ayu yang dilakukan oleh kelompok pemuda gereja dan  penerapan protokol kesehatan di lingkungan ruang kelas dan pertemuan-pertemuan di desa oleh kelompok belajar bahasa Inggris. 

 

Kelompok pemuda gereja membagikan pengalaman dan pengetahuan yang didapat kepada kelompok Pemuda Andalas, sebuah komunitas pemuda yang ada di Dusun IV Bumi Ayu, Desa Margasakti. Kelompok ini berkegiatan sebulan sekali dengan agenda membahas rencana-rencana yang berkaitan dengan kepemudaan. Diskusi bersama pemuda Andalas dilakukan di kediaman Hari Pujianto (9/02/2021) dengan dihadiri para aktivisnya. Para peserta  mengakui bahwa informasi tentang Covid-19 yang masuk ke wilayah pedesaan sangat terbatas. Selanjutnya diakui bersama bahwa pergerakan manusia keluar masuk wilayah juga minim, sehingga ketika flu dan batuk pada masa pandemi ini pun, orang-orang tidak memakai masker. Untuk itu pertemuan yang diselenggarakan dengan pemuda gereja pada kesempatan itu diharapkan mampu mendorong warga dan pemuda Andalas untuk lebih memperhatikan standard protokol kesehatan.

 

Hal yang tak terduga adalah kegiatan selanjutnya berkaitan dengan pemahaman masalah kesehatan khususnya di masa pandemi ini diusulkan oleh M. Jauhari Fajri setelah membaca materi dan blog yang dibagikan oleh Stube HEMAT. Meskipun dia tidak mengikuti workshop masalah kesehatan yang pertama, dia tertarik untuk memahami bagian-bagian penting dari materi ini, dan mengajak pembicara dan peserta lain di lingkungan desa Margasakti (11/03/2021). Selama ini M, Jauhari Fajri aktif berkegiatan di komunitas bahasa Inggris dusun VII. Kelompok belajar bahasa Inggris ini terdiri dari remaja dan anak-anak. Anak-anak dan remaja di kelompok diskusi Bahasa Inggris ini mencoba memahami efek dari Covid-19 jika tertular. Selama ini tidak ada keresahan dalam diri mereka. Belajar dari rumah membuat mereka rindu akan sekolah tatap muka.

 

Kegiatan follow-up ini terlihat sederhana, tetapi membuat banyak orang lebih memahami situasi di masa pandemi dan bagaimana mengantisipasinya, dan membangun kesadaran pentingnya disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Meski kecil, tetapi terus bergerak agar semakin banyak orang memahami kesehatan.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Bersinergi Melawan Covid 19 (Sapaan Pagi dari Board-in-charge Stube HEMAT)

pada hari Senin, 22 Februari 2021
oleh Pdt. Em. Bambang Sumbodo

 

 

Kami saat ini berada di Bengkulu bersama dengan teman-teman mahasiswa yang tergabung dalam program multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu untuk membantu pemerintah, gereja juga masyarakat dalam mengatasi Pandemi Covid-19. Sebagai bagian dari masyarakat, Stube HEMAT di Bengkulu ikut ambil bagian untuk saling melengkapi dalam usaha-usaha pencegahan dan memahami Covid-19, dengan menghadirkan Yayat Suhendra, M.Ners, spesialis masalah pernafasan lulusan RRC.

 

Dengan mengikuti workshop sehari dengan tema Health Problem in Indonesia, para mahasiswa diharapkan bisa membagikan informasi dan pengetahuan tentang Covid 19 yang diperoleh dalam kegiatan ini kepada masyarakat dan komunitas mereka. Beberapa mahasiswa yang datang ada yang berasal dari desa sejauh 90 km dari kota Bengkulu. Mereka juga memiliki latar belakang agama yang beragam ada Hindu, Budha, Kristen dan Katolik. Sampai saat ini Bengkulu mencatat 4.000an orang positif Covid-19 dan masih tergolong zona hijau.

 

Dalam kesempatan tersebut narasumber, Yayat Suhendra, M.Ners mendampingi anak-anak muda dan mahasiswa dengan topik “Kondisi dan kesiapan warga Bengkulu dalam 1 tahun masa pandemi” dan “Perhatikan sanitasi dan gizi sebagai upaya antisipasi penyakit menular masa depan”. Diharapkan mahasiswa-mahasiswa tersebut bisa menjadi agen-agen perubahan di bidang kesehatan khususnya saat pandemi Covid-19. Narasumber workshop ini seorang muslim, masih muda dan sangat komunikatif dengan anak-anak muda dan mahasiswa lintas agama.

 

Demikian juga Stube HEMAT tanpa melihat latar belakang apa pun, bergandengan tangan menghadapi pandemi ini. Sebagaimana sabda Yesus, “Hendaklah engkau mengasihi sesamamu seperti mengasihi diri sendiri”. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang Kristen tetapi juga dilakukan oleh sesama kita, karena hukum kasih tidak hanya diperuntukkan untuk orang Kristen. Yayat Suhendra, M. Ners, menjadi contoh baik bagaimana ilmu dan iman diwujudkan dalam pelayanan kesehatan kepada sesamanya. Kiranya Tuhan menggunakan para mahasiswa yang datang untuk ikut serta mengakhiri pandemi Covid-19. Imanuel.


  Bagikan artikel ini

Role Model, Promotor & Pelaku (Pemuda & Tantangan Kesehatan)

pada hari Minggu, 21 Februari 2021
oleh Yedija Manullang

Isu tentang kesehatan sering dipercakapkan dalam pertemuan baik di dalam mau pun di luar jaringan. Diskusi, sosialisasi dan usaha-usaha mencegahan terus dilakukan karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Pembicaraan tentang kesehatan semakin intens, tenaga kesehatan semakin penting karena mereka merupakan garda terdepan penanganan Covid-19. Namun, di sisi lain masih banyak kasus kesehatan lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan seperti kangker yang menjadi penyakit pertama dan menyebabkan kasus kematian tertinggi di dunia. Oleh karena itu, Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu melalui aktivis Stube HEMAT di Humbang Hasundutan melakukan diskusi  kecil menyoal “Peran Pemuda dalam Menghadapi Tantangan Kesehatan di Humbang Hasundutan”.

Diskusi kali ini menghadirkan Nova Sontry N Siregar, Amd. Keb, S.KM, M.Kes yang saat ini menjadi akademisi di Akademi Keperawatan Doloksanggul pada Sabtu (20/2/2020) di Warung Kopi OPOS dengan menerapkan protokol kesehatan dan diikuti lima mahasiswa. Nova menjelaskan bahwa tantangan kesehatan saat ini adalah kesadaran manusia dalam kehidupan sehari-hari yang nampaknya semakin berkurang terlebih dengan adanya gadget yang membuat pekerjaan dan aktivitas semakin instan. “Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan semakin menurun dari waktu ke waktu, apalagi dengan keadaan fasilitas teknologi membuat manusia semakin acuh. Misalnya produk makanan, anak muda sekarang lebih suka dengan hal yang cepat dan enak. Sebut saja Junk Food, padahal jika terus menerus mengkomsusi junk food dalam rentang waktu yang panjang maka akan berdampak pada kesehatan seseorang,” ujar Nova. Selain itu, kesehatan seringkali tidak menjadi sebuah prioritas, kebanyakan menunggu sakit dulu, baru sadar pentingnya kesehatan.

Nova menjelaskan beragam tantangan dalam dunia kesehatan dan hal tersebut harus segera diatasi dengan peran serta anak muda yang memiliki semangat, energi, dan inovasi yang cukup tinggi. Peran pemuda tentu tidak dapat dianggap remeh apalagi dalam dunia kesehatan, ditambah lagi kelompok ini aktif di media sosial yang bisa dipakai sebagai tempat kampanye pentingnya kesehatan. “Ada tiga hal yang dapat diambil oleh pemuda untuk berperan menjawab tantangan kesehatan di Humbang Hasundutan, yaitu sebagai Role Model, Promotor dan Pelaku,” beber Nova.

Menjadi Role Model adalah menjadi contoh atau teladan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan memakai masker ketika berada di luar rumah atau dalam tempat umum maupun ditengah keramaian. “Paradigma kita menggunakan masker jangan hanya karena untuk menghalau virus ataupun karena takut dikenai sangsi. Menggunakan masker pun di luar rumah menjadi kebiasaan yang baik karena bisa menghalau virus, kuman dan kotoran-kotoran yang berpotensi masuk kesaluran pernapasan yang menyebabkan penyakit,” ujar Nova.

Menjadi Promotor dilakukan dengan menegur pihak-pihak yang mengabaikan kesehatan, misal para pedagang di pinggir jalan yang seringkali tidak menutup makanan dagangan dengan rapi sehingga rentan dihinggapi lalat dan debu. “Kita sebagai pemuda tidak perlu takut menegur mereka  karena apa yang kita sampaikan adalah untuk kebaikan bersama. Tentu dengan bahasa yang santun dan sopan,” jelas Nova.

Menjadi Pelaku dimulai dari kesadaran untuk kesehatan yang didapatkan dengan kesadaran diri dan kepedulian akan pentingnya kesehatan. “Kesadaran dan kepedulian pemuda pada kesehatan menjadi hal yang sangat penting, apalagi Bonus Demografi yang kita hadapi bersama. Kalau anak muda tidak sadar untuk menjadi pelaku dari kesehatan itu sendiri, bagaimana kemudian kita menghadapi bonus demografi yang penuh dengan tantangan dan persoalan ?” ujar Nova.

Diskusi berlanjut dengan sejumlah pertanyaan mengenai kesehatan secara umum hingga kesehatan reproduksi khususnya di masa pandemi.***


  Bagikan artikel ini

Bengkulu Tetap Waspada Corona

pada hari Minggu, 21 Februari 2021
oleh adminstube

Workshop Masalah Kesehatan

 

 

Tantangan Kesehatan di Indonesia menjadi topik yang menarik untuk membahas tantangan kesehatan dan penyakit menular dan menjadi sangat relevan dikala pandemi Covid 19 melanda Indonesia dan dunia. Workshop sehari ini digelar di rumah makan Tris, Pantai Panjang, kota Bengkulu (Sabtu, 20/02/2021). Workshop ini dihadiri oleh 23 orang dari berbagai komunitas. Hadir di pertemuan itu pemuda mahasiswa dari organisasi Pemuda Katholik, Vihara Buddhayana Bengkulu, Pura Rama Agung, dan teman-teman dari pemuda gereja Margasakti. Acara digelar dalam empat sesi yang padat. Sekalipun tampak lelah, peserta berhasil mengikuti proses ini hingga penutupan.

 

Sesi pertama adalah perkenalan Stube-HEMAT Bengkulu. Penanggungjawab program Multiplikasi, Yohanes Dian Alpasa memperkenalkan Stube-HEMAT kepada peserta. Stube-HEMAT adalah Lembaga pendampingan mahasiswa yang berbasis di Yogyakarta dengan diskusi dan pelatihan. Dengan pertemuan ceramah dan pelatihan skill itu, diharapkan mahasiswa semakin percaya diri untuk kembali ke daerah untuk mengembangkan potensi daerah dan memecahkan masalah yang terjadi di kampung halamannya. Stube-HEMAT hadir di Bengkulu pada awal tahun 2017. Aktifitasnya dimulai di Margasakti, Bengkulu Utara, bersama dengan teman-teman pemuda Gereja. Lalu pada 2018, Stube beraktifitas di Kota Bengkulu dan berhasil mengirim empat mahasiswa dalam program pertukaran pelajar ke Yogyakarta. Pada tahun 2021 ini, Stube-HEMAT semakin intensif berkegiatan di kota Bengkulu. Pada tatap muka kuliah mahasiswa yang akan dibuka pada Maret 2021 nanti, peserta yang tergabung dalam Stube-HEMAT semakin bertambah.

Sesi dua diampu oleh Kepala Puskesmas di Bengkulu Tengah, Yayat Suhendra. Ada beberapa kritik yang diungkapkan ketika memulai paparan yaitu tentang ruangan yang tidak memungkinkan untuk jaga jarak, tempat cuci tangan yang tidak memadai, dan beberapa peserta yang memakai masker yang belum memenuhi syarat standard. Masker skuba, yang dipakai untuk pengendara sepeda motor, adalah masker yang dipakai untuk menyaring debu tidak menahan virus dan droplet.

Untuk melihat perkembangan wabah terkini, pemerintah menyediakan situs covid19.bengkuluprov.go.id . Dalam situs itu, kita bisa melihat berapa orang Bengkulu yang terinfeksi virus Corona. Sampai tanggal workshop dilaksanakan tercatat 4.000 an kasus positif di Bengkulu, sementara Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mencapai 26.000 kasus. Sebagian orang Bengkulu terkesan menganggap remeh penyebaran virus ini, tidak peduli bahayanya, dan ini bisa dilihat dari cara orang memakai masker yang tidak benar dan perhelatan yang menimbulkan kerumunan.

Pada tengah sesi ini, paparan juga diisi oleh wawancara lewat telepon dengan Indah Theresia, seorang penyiar RRI yang terinfeksi Covid-19 dan harus dirawat di RSUD Harapan dan Doa, Kota Bengkulu. Sembuh dari Covid-19 ibarat hidup yang kedua setelah melihat rekan sekantornya meninggal karena Covid-19. Bahaya dari virus ini harus diwaspadai dengan cara sederhana yakni mematuhi protokol kesehatan dengan disiplin.

Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, memakai masker yang memenuhi syarat, memang penting, dan yang lebih penting adalah tahu kegunaan alat dan kelengkapan protokol kesehatan. Misalnya, tentang penggunaan handsanitizer. Handsanitizer adalah racun untuk membunuh kuman jadi akan berbahaya jika dihirup. Banyak orang kadangkala menghirup aroma handsanitizer yang mengandung bahan aroma terapi.

Sesi ketiga tentang Gizi dan Sanitasi. Yayat merangkum teknik menjaga kebugaran tubuh dengan makan-makanan bergizi, tidur cukup, dan olahraga teratur. Tidur orang dewasa cukuplah enam jam. Gizi tidak harus mahal, yang penting sayur buah dan protein cukup. Saat berolahraga, kita berada dalam kondisi ketahanan tubuh yang paling kuat karena semua sel sedang membakar timbunan lemak menjadi energi. Saat berolahraga kita butuh oksigen jadi tidak perlu memakai masker.

Sesi berikutnya yaitu sesi IV diampu oleh Ariani Narwastujati, Direktur Lembaga Stube-HEMAT. Ariani mengakui Bengkulu terkesan menganggap ringan wabah corona (COVID-19). Inilah tugas anak-anak muda untuk memberi penyadaran publik agar publik lebih waspada terhadap COVID-19. Sudah banyak keluarga, teman, dan kerabat yang terancam virus ini sehingga kita harus berhati-hati. Dalam penjelasannya, Ariani mempraktekkan penggunaan thermogun dalam usaha screening para tamu dan orang-orang yang berniat datang kepada kita. Batas maksimal suhu tubuh manusia adalah 37,40 celcius, sehingga suhu tubuh di atas itu perlu beristirahat. Alat kedua yang diperkenalkan adalah pengukur denyut jantung dan kadar oksigen. Seorang yang sedang sakit akan mengalami penurunan oksigen dalam darah. Alat ini bisa menjadi alat pertama yang digunakan untuk menentukan kondisi tubuh sedang fit atau tidak.

Sesi V diampu oleh Pdt. Em. Bambang Sumbodo dan Bapak Hero Darmawanto, pengurus Stube HEMAT. Karakter seorang muda ditentukan oleh disiplin dan kejujuran. Banyak tantangan di masa kini seiring kemajuan teknologi dan informasi yang membuat akan banyak pekerjaan hilang.  Anak muda harus berani mengembangkan bakat karena ada banyak bentuk bakat yang dimiliki oleh anak muda, karena setiap orang memiliki banyak kecerdasan, seperti kecerdasan linguistik, logika, intrapersonal, interpersonal, musikal, spasial, kinetik, dan naturalis. Semakin anak-anak muda menstimuli diri dengan berbagai macam hal, akan tampak kecerdasan apa yang menonjol. Tugas anak-anak muda adalah mengembangkannya.

 

Workshop ditutup oleh Multiplikator Stube-HEMAT Bengkulu dengan membentuk empat kelompok penulisan. Tulisan itu sebagai hasil dari apa yang didapat selama mengikuti workshop. Pada pekan depan, diharapkan tulisan dari teman-teman Pura, Vihara, Paroki, dan gereja dapat diserahkan dan dibagikan untuk dibaca teman-teman muda lain. (YDA).


  Bagikan artikel ini

Merespon Tantangan Publik bersama Radio SwaraUnib FM

pada hari Jumat, 12 Februari 2021
oleh adminstube

Program multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu mendukung usaha-usaha menangani wabah virus Corona (COVID-19). Kebijakan PPKM Jawa-Bali kemudian diikuti oleh daerah lain telah berlangsung dari 11 Januari 2021 hingga 25 Januari 2021. Kemudian, pembatasan kegiatan diperpanjang hingga 8 Februari 2021. Satgas COVID-19 kota Bengkulu pun melarang kerumunan lebih dari 8 orang. Kondisi ini mempengaruhi kegiatan Stube-HEMAT di kota Bengkulu. Sehingga Program multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu memulai kegiatan pada tanggal 11 Februari 2021.

Bersama Ento Gusmanto, Pendiri SwaraUnib FM, kegiatan diskusi berlangsung di Pendopo Tris, Pantai Panjang. SwaraUnib FM merupakan perusahaan swasta komunikasi dengan 80% kepemilikan sahamnya adalah Universitas Bengkulu. Kegiatan diskusi dimulai pada pukul 17.00 dimulai dengan interview sederhana kepada peserta. Peserta diminta untuk mencuci tangan terlebih dahulu, merapikan masker, dan ditanya tentang kegiatan hari ini, sudah berkontak langsung dengan siapa saja. Multiplikator menambahkan apabila teman-teman sedang dalam kondisi tidak enak badan maka dipersilahkan untuk tidak mengikuti kegiatan. Puji Tuhan kondisi peserta dalam keadaan baik. Diskusi tetap berjalan dengan protokol ketat.

 

Perkenalan Stube-HEMAT dengan singkat dilakukan oleh multiplikator Stube-HEMAT Bengkulu. Yohanes Dian Alpasa memperkenalkan Stube-HEMAT sebagai sebuah komunitas pemuda perantau. Stube ingin membekali mahasiswa agar mau kembali ke daerah dan mengembangkan potensi daerah. 

Setelah masing-masing peserta berkenalan, Ento Gusmanto kemudian memperkenalkan diri sebagai pendiri SwaraUnib FM. Ia menyatakan senang bila menghadiri acara-acara berbagi ide dan diskusi bersama pemuda. Radio SwaraUnib didirikan pada tahun 2006. Dengan tantangan Sumber Daya Manusia yang minim (terbatasnya jumlah personil dan kemampuan memelihara alat), pihak manajemen berusaha memelihara semangat. Siaran tetap dilakukan dengan berbagai tantangannya. Pada 2015, Radio SwaraUnib FM mendapatkan Izin Penyelenggaraan Penyiaran dari Kemenkominfo.

Perkembangan komunikasi di Bengkulu berlangsung cepat. Tahun 2006, internet belum banyak. Warung internet hanya ada di satu tempat. Radio saat itu masih menjadi media hiburan keluarga dan masyarakat. Televisi masih menjadi media penyiaran favorit. Tahun 2010, internet mulai dipakai masyarakat Bengkulu. Ento melihat saat itu perkembangan komunikasi cukup signifikan. Hari ini, radio masih menjadi favorit di masyarakat, televisi digeser oleh siaran Youtube. Lalu apa masalah publik yang terjadi saat ini? Ento Gusmanto menyatakan ada 40 perusahaan media massa yang ada di provinsi Bengkulu ini. Wartawannya hanya ada dua atau tiga orang. Ini yang menjadi tantangan ke depan, mahasiswa ditantang untuk semakin jeli melihat peluang kerja di luar bidang studinya.

Masalah Masyarakat sebagai bahan tulisan jurnalisme publik di Bengkulu senantiasa berkait dengan perkembangan jaman. Semakin cepat jaman berkembang semakin orang dituntut untuk adaptif dan mengambil peluang. SwaraUnib FM melihat bahwa masyarakat masih gagap merespon perubahan ini. Bengkulu seolah dininabobokkan oleh berbagai macam keadaan yang semakin nyaman.

Soal kreativitas produksi pangan, jasa, dan kerajinan masih belum memenuhi tuntutan dan kebutuhan umumnya. Banyak barang dan jasa harus didatangkan dari luar. Inilah yang masih menjadi permasalahan dan respon yang senantiasa dibahas dalam jurnalisme publik di lingkungan kita. Menurut Ento, masyarakat Bengkulu bukan kelompok yang konsumtif, tetapi fasionable. Setiap ada barang baru yang terkait dengan pakaian dan kosmetik selalu dibeli terlebih dahulu. Permasalahan yang kompleks dan respon masyarakatnya menghasilkan pergumulan yang beragam.

Dari diskusi ini teman-teman mahasiswa dan pemuda diharapkan mampu mengkritisi permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat Bengkulu.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2023 (11)
 2022 (20)
 2021 (21)
 2020 (19)
 2019 (8)
 2018 (9)
 2017 (17)

Total: 105