Jarimu Adalah Harimau Mu: Bijak merespon dan menguasai teknologi digital

pada hari Kamis, 16 Desember 2021
oleh adminstube

Mayoritas masyarakat Kabupaten Lampung Timur adalah masyarakat agraris, namun demikian tidak ingin tertinggal dengan berbagai macam perubahan global, khususnya bidang teknologi dan informasi. Atas dasar itulah pada tanggal 15 Desember 2021, di Wisma Centrum, multiplikator Stube HEMAT di Lampung mengadakan pelatihan yang bertema: ‘Efektif Mengelola Website’. Pelatihan ini ditujukan untuk anak-anak muda gereja, pelajar, dan mahasiswa agar mereka mengenal apa itu website, mengetahui koridor penggunaan media sosial secara hukum perundang-undangan, dan pada akhirnya setiap peserta diharapkan mampu mengelola media sosial dengan bijaksana.

 

 

 

 

‘Jarimu adalah harimaumu’ merupakan ungkapan bijaksana yang disampaikan Basuki, S.Pd, M.Pd., wakil ketua 1 DPRD Kota Metro, yang menjadi salah satu fasilitator dalam pelatihan ini. Basuki menggambarkan bahwa zaman sekarang ini, hanya dengan jari saja seseorang bisa melakukan perbuatan baik dan buruk. Basuki yang juga seorang praktisi pendidikan mengajak peserta bijaksana dalam menggunakan media sosial. Hal ini dilakukan karena aktivitas komunikasi dan sosialisasi masyarakat Indonesia sekarang ini lebih banyak menggunakan media sosial. Jika dipresentasekan, kurang lebih ada 59% jumlah penduduk Indonesia menggunakan media sosial. Youtube menjadi platform yang paling gemar diakses yaitu sebanyak 88%, WhatsApp 84%, Facebook 82%, Instagram 72%, Twitter 56%, dan Line 50%. Berdasarkan data tersebut dapat diibaratkan bahwa media sosial sudah seperti nasi yang menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Namun di sisi lain, media sosial adalah dunia maya yang penuh jebakan, karena tidak semua yang ada di media sosial merupakan informasi yang berupa fakta, data, dan berita yang valid. Guna menanggulangi hal itu, pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektonik (UU ITE) yang dapat menjerat pengguna media sosial yang menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian, provokasi, dan modus tipu daya yang bisa merugikan pihak lain.

 

 

 

Berangkat dari hal di atas, menghadapi dunia teknologi dan informasi modern ini diperlukan sikap analisis dan kritis, untuk mengantisipasi sisi buruk yang diakibatkannya. Dwi Setyo Harjanto, seorang pemikir dan kritikus teknologi yang mengembangkan wacana kritis terhadap perkembangan Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) dan Yabima Indonesia melalui website, menjadi fasilitator selanjutnya dalam pelatihan ini.  Website menjadi bagian penting dalam perkembangan media berita dan komunikasi untuk kehidupan manusia dalam konteks spiritualitas dan keagamaan. Dari website inilah Sinode GKSBS dan Yabima dapat menawarkan berbagai fasilitas kenyamanan, kemudahan, dan kelancaran dalam interaksi dan informasi sebagai spiritualitas baru yang dapat menjadi alat komunikasi dari berbagai aspek kehidupan di tengah keberagaman.

 

 

Berangkat dari hal di atas, menghadapi dunia teknologi dan informasi modern ini diperlukan sikap analisis dan kritis, untuk mengantisipasi sisi buruk yang diakibatkannya. Dwi Setyo Harjanto, seorang pemikir dan kritikus teknologi yang mengembangkan wacana kritis terhadap perkembangan Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) dan Yabima Indonesia melalui website, menjadi fasilitator selanjutnya dalam pelatihan ini.  Website menjadi bagian penting dalam perkembangan media berita dan komunikasi untuk kehidupan manusia dalam konteks spiritualitas dan keagamaan. Dari website inilah Sinode GKSBS dan Yabima dapat menawarkan berbagai fasilitas kenyamanan, kemudahan, dan kelancaran dalam interaksi dan informasi sebagai spiritualitas baru yang dapat menjadi alat komunikasi dari berbagai aspek kehidupan di tengah keberagaman.

 

 

Melalui pelatihan ini beberapa hal dipelajari diantaranya adalah menggunakan media sosial untuk membangun filosofi, konsep, visi, dan skenario masa depan yang lebih revolusioner dan diharapkan dapat menjadi penyeimbang antara dunia material/spiritual, tubuh/jiwa, dan realitas/fantasi. Sebuah tugas yang menantang, tetapi melalui gerbang dunia media sosial bisa mengantarkan manusia menemui berjuta-juta orang, bahkan dapat mengantarkan manusia berkelana dan tamasya menyaksikan representasi teks, gambar, tempat suci, rumah ibadah, dan karya seni yang pada tingkat tertentu dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran, spiritualitas, dan keagamaan. Semoga kebaikan Tuhan dapat diwujudnyatakan dalam kehidupan media sosial yang dilakukan. (YYD)***  

 


  Bagikan artikel ini

Pasar Hipermodern Di Era Digital: Tantangan Dan Kemungkinan Bagi Para Pemuda

pada hari Senin, 22 November 2021
oleh adminstube

 

Wirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja, bahkan mungkin dilakukan oleh anak-anak muda yang masih menempuh studi karena wirausaha tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, ruang, dan waktu. Bentuk usaha yang dilakukan dapat beragam, mulai dari property, biro perjalanan dan wisata, makanan, minuman, pakaian, alat olah raga, alat musik, kebutuhan rumah tangga, keperluan sekolah, dan lain sebagainya.

Era baru yaitu digitalisasi telah lahir. Era ini menjadi peluang besar bagi para wirausaha yang mampu mengubah pola dan sistem berbelanja tradisional, yang dilakukan dengan perjumpaan dan interaksi langsung antara penjual dan pembeli, menuju transaksi hipermodern lewat online dunia maya tanpa harus bertemu dan berinteraksi langsung.

 

 

Segala kemudahan yang ditawarkan pasar hipermodern ini tentu bukan hal yang sepenuhnya mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, multiplikator Stube HEMAT di Lampung yaitu Pdt. Theofilus Agus Rohadi, S.Th, menggelar pelatihan bertema “Berwira Usaha di Era Digital” untuk membekali, menggali potensi, dan mendorong peserta yang terdiri dari pemuda gereja, siswa Pondok Diakonia, dan para mahasiswa, agar mengerti dan memahami peluang-peluang yang bisa mereka lakukan, yaitu berwirausaha di era digital.

Tidak berlebihan jika kegiatan yang dilakukan di Wisma Pugung, Lampung Timur (19-21/11/2021) ini merupakan satu langkah antisipatif yang dilakukan Stube HEMAT bagi para peserta untuk menghadapi dunia kerja. Beberapa sesi yang diberikan didukung nara sumber yang bergerak dibidang ekonomi dan teknologi, yaitu Suseno Setyo Adi, S.E, M.Kom., salah satu Dosen kampus PGRI Metro dan Fransiska Nola, S.E., staf ahli bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat di kabupaten Lampung Timur.

 

 

 

 

Suseno menyampaikan materi bahwa transformasi digital merupakan perubahan yang harus dihadapi banyak orang yang mengubah secara drastis gerak perekonomian menjadi lebih inovatif, praktis, aman, nyaman, dan efisien tetapi tetap memiliki kualitas dan memberi kepuasan para penggunanya. Sedangkan Fransiska Nola dengan tegas mengatakan bahwa seluruh industri, usaha kecil, dan menengah harus terbuka mengadopsi transformasi digital karena manfaat besar untuk meningkatkan perekonomian melalui teknologi finansial digital, bahkan dapat dengan mudah untuk memperluas dan menjangkau pelanggan dalam pasar yang berbasis digital.

 

 

Harapan dari kegiatan ini adalah peserta semakin memiliki kemampuan mengembangkan potensi diri masuk dan menghadapi era digital ini. Lakukanlah yang terbaik sewaktu muda, karena proses tidak pernah mengingkari hasil di masa mendatang. (YYD)*** 


  Bagikan artikel ini

Tantangan Usaha Pasca Gempuran Pandemi

pada hari Minggu, 31 Oktober 2021
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung

Oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung

 

 

Siapakah yang tidak mengenal smartphone dengan aneka fiturnya saat ini? Kotak kecil ajaib ini mampu membius manusia di mana pun berada. Bahkan di ranah sosial, gadget ini pada mulanya seringkali dianggap menciptakan jarak antar individu. Meskipun demikian, di masa pandemi ini smartphone menunjukkan manfaat secara tepat dan gemilang sebagai salah satu bentuk alat komunikasi, sosialisasi, bahkan sebagai alat gerak perputaran ekonomi yang mungkin dilakukan.

 

 

Penggunaan smartphone dan alat digital lainnya sudah menjadi hal wajib bagi para pelaku usaha masa kini. Sadar akan realitas itu, multipikasi STUBE HEMAT di Lampung mengadakan diskusi pada hari Sabtu (30/10/2021) di Balai Pelatihan dan Pembinaan Pondok Diakonia Metro. Diskusi ini diadakan guna membekali anak-anak muda, pemuda gereja, dan juga mahasiswa tentang ‘Tantangan Wirausaha Muda Di Era Digital’. Diskusi ini memiliki harapan untuk mewujudkan desa ekonomi kreatif, dimana anak-anak muda diharapkan ikut ambil bagian di dalamnya, terlebih dapat menjadi kader penggerak di masa depan. Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dari diskusi ini, yaitu: Pertama, peserta mampu memetakan tantangan apa saja yang dihadapi oleh pengusaha di era digital. Kedua, peserta semakin memahami cara, teknik, dan strategi usaha di era digital. Ketiga, peserta dapat memetakan peluang-peluang usaha di era digital, khususnya di masa pandemi.

 

 

 

 

Dharma Setyawan, salah satu inisiator kampung ekonomi yang bernama Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi) diundang secara langsung untuk menceritakan bagaimana sejarah terbentuknya pasar kreatif yang bernama Payungi yang ada di Kota Metro, Lampung. Pasar yang kini memiliki omset puluhan juta rupiah tiap minggunya ini, justru dimulai dan dibentuk dari keberanian meminjam uang Musholla sebagai modal awal. Dengan konsep dan penataan ruang yang kreatif, kini Payungi selalu dikunjungi kurang lebih 2000 orang tiap minggunya.

 

 

 

Dharma juga menceritakan bahwa dalam mengembangkan Payungi, perlu digagas tentang unit-unit usaha, program-program usaha, dan media sosial yang mendukung kemajuan usaha. Bahkan payungi juga membentuk suatu wadah bagi kaum perempuan yang memiliki keberanian dan skill dalam menciptakan peluang usaha. Menariknya lagi, di Payungi juga ada Pondok Pesantren yang bukan hanya belajar tentang agama saja, tapi juga belajar berwirausaha. Keberhasilan Payungi bukan hanya didukung modal yang besar saja, tetapi juga didukung oleh sumber daya manusia yang giat mengenalkan, memasarkan, dan mempromosikan Payungi pada keluarganya, temannya, komunitasnya, dan lingkungannya melalui media sosial.

 

 

 

Di era digital ini, penggunaan sosial media sudah menjadi hal yang biasa. Sosial media adalah salah satu peluang usaha yang menjanjikan dalam upaya memasarkan produk dagangan. Oleh sebab itu, penting bagi para pengusaha khususnya pebisnis muda, untuk melakukan pemasaran melalui media sosial. Akan tetapi, hal ini perlu dilakukan dengan bijak, karena jika iklan yang dipasang di media sosial tidak sesuai dengan kenyataannya, itu hanya akan mengakibatkan penilaian buruk dari customer. Untuk menghindari itu, para pebisnis atau pengusaha harus tetap menjaga reputasi untuk mendapatkan kepercayaan dari customer dengan cara mencantumkan foto, dan review yang nyata pada setiap produk yang dijual, dan membuat peraturan serta perjanjian yang tegas dalam melakukan transaksi yang aman dan terpercaya. Demikianlah sebuah solusi yang ditawarkan kepada calon-calon pengusaha muda di era digital.

 

 

Diskusi ini menghadirkan tanya jawab yang menarik karena mampu menghadirkan banyak refleksi yaitu, bagaimana pentingnya ide, kemauan, ketelatenan, komitmen, konsistensi, keuletan, kerja sama, dan semangat juang. Oleh karena itu, harapan setelah diskusi ini peserta juga ikut belajar dengan mengikuti kurikulum yang ada di Payungi, supaya ilmu yang didapat dari diskusi ini benar-benar dapat mengembangkan kemampuannya dalam berwirausaha. 

 


  Bagikan artikel ini

Mengemas Tontonan Menjadi Tuntunan Secara Kreatif

pada hari Minggu, 26 September 2021
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung

Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung

Media sosial bukan barang asing bagi yang hidup di era informasi digital, mulai dari membuka mata hingga menjelang tidur, tidak terlepas dari aktivitas mengakses media sosial untuk memenuhi kebutuhan informasi, hiburan, spiritual, olah raga, bisnis, dan lain sebagainya. Media sosial memiliki dampak positif sekaligus negatif bagi penggunanya, baik yang hanya sekedar penikmat konten atau pun yang terlibat langsung sebagai kreator di Youtube, Facebook, Instagram, atau Tiktok. Saat ini bisa diibaratkan media sosial kini telah menjadi candu bagi banyak orang. Secara positif bukan hanya dapat dimaknai sebagai wadah untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan kemampuan diri, tetapi justru dapat menghasilkan uang jika mampu mengelola dan menyediakan konten yang menarik. Kreatifitas dan kemampuan berinovasi menuangkan ide menjadi kunci keberhasilan seorang kreator konten media sosial untuk mendapatkan respon baik dari warganet.

 

 

Multiplikator Stube-HEMAT Lampung merespon peluang-peluang tersebut dengan mengadakan diskusi bertema “Kreativitas dan Inovasi dalam Membuat Konten di Media Sosial”. Diskusi yang dilakukan hari Sabtu (25/09/2021) di Balai Pembinaan dan Pelatihan Pondok Diakonia GKSBS Batanghari, diikuti 30 peserta yang terdiri dari pemuda gereja, pelajar, dan mahasiswa. Harapan yang hendak dicapai dari diskusi ini: pertama, peserta mampu memahami tehnik membuat konten yang menarik. Kedua, peserta terdorong untuk menjadi pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang kreatif dan inovatif dalam menyajikan konten. Ketiga, peserta termotivasi menjadi kreator konten yang memiliki nilai tontonan dan tuntunan.

 

 

Selama diskusi berlangsung peserta didampingi oleh Yulia Budi Sarahmawatifasilitator dari bidang kreator konten media sosial. Bagi Yulia, media sosial sangat penting dalam hidupnya dikarenakan dapat menjadi alat untuk menyampaikan informasi-informasi bagi banyak orang. Dalam diskusi ini, peserta diajarkan secara langsung bagaimana cara membuat konten yang baik, menarik, dan kreatif dengan menggunakan aplikasi video editor. Setelah itu, peserta ditantang membuat video dalam lima bidang minat yang berbeda, yaitu musik, pertanian dan peternakan, desain, multimedia, dan tataboga. Tiap video yang dibuat peserta dalam kelompok ini menjelaskan tentang apa, siapa, dimana, untuk siapa, dan bagaimanadalam bentuk wawancara, naratif, dan drama. Video dari masing-masing kelompok mendapatkan penilaian dari fasilitator dan ternyata hampir semua peserta memiliki bakat dan kemampuan untuk membuat konten.

Pelatihan ini mengharapkan para peserta menjadi kreator-kreator digital yang menyajikan konten bijak, baik melalui video inovatif atau tulisan  apresiatifMeskipun sulit, namun jika konten yang disajikan itu menjadi tontonan dan tuntunan, maka akan membantu mengubah eksistensi sosial, spiritual, intelektual, politik, dan ekonomi ke arah kebaikan


  Bagikan artikel ini

Mendalami Koperasi dan Teknik Menulis

pada hari Minggu, 22 Agustus 2021
oleh Lusiana Sih Ayuning Tiyas

Kegiatan Anak Muda Pondok Diakonia

 

Oleh: Lusiana Sih Ayuning Tiyas.  

 

 

Pondok Diakonia mengadakan kegiatan dalam Program Multipikasi Stube-HEMAT di Lampung membahas  tentang koperasi, dan jurnalistik di balai latihan kerja Pondok Diakonia, Batanghari, Lampung Timur (21/8/2021). Ini merupakan program pengayaan bagi anak muda di Pondok Diakonia supaya lebih mengenal koperasi serta bagaimana bekerja mencapai kesejahteraan bersama, dan mendalami penulisan yang membantu peserta merangkai kalimat dan mengungkapkan gagasan secara sistematis. 

 

 

Pada sesi pertama tentang koperasi, perwakilan KSP Koperasi Kredit (Kopdit) Sehati, yaitu Candra Istiono sebagai pengawas dan Sugeng Asmoro sebagai manager, menjelaskan bahwa KSP Kopdit Sehati didirikan atas dasar keprihatinan atau kepedulian terhadap sesama yang sedang mengalami kesulitan. Kemudian secara bersama mengumpulkan dana untuk saling membantu anggota memenuhi kebutuhan melalui usaha produktif. Awalnya di tahun 1990 hanya ada 52 anggota dengan modal awal kurang dari 2 juta, dan di tahun 2021 anggota KSP Kopdit Sehati telah berkembang menjadi empat ribu anggota dengan jumlah aset lebih dari 29 milyar.

Proses berkembangnya koperasi nampak mudah, tetapi sebenarnya ada berbagai tantangan dan usaha keras yanhg dilakukan. Tantangan yang ada dihadapi dengan sikap optimis dan keputusan yang bijak, serta kesadaran bahwa mewujudkan impian yang besar harus dimulai dari hal-hal kecil dan perlu waktu. Dari paparan narasumber, peserta memahami konsep koperasi, bahwa koperasi adalah usaha bersama dan pemilik dari koperasi adalah para anggota yang bergabung dalam koperasi tersebut dan memiliki tujuan terwujudnya kesejahteraan anggota. Selanjutnya peserta mengenal KSP Kopdit Sehati dan layanannya, dari keanggotaan dan cara menjadi anggota, jenis simpanan dan pinjaman, jangka waktu pinjaman dan bunga pinjaman, jaminan pinjaman dan dana perlindungan bersama. Dari sisi manfaat, anggota memiliki alternatif tempat penyimpanan uang yang aman, kemudahan meminjam uang, mendapatkan laba simpanan dan bunga pinjaman yang terjangkau.

 

 

Di sesi kedua, peserta mendalami teknik menulis bersama Dwi Setyo Harjanto, staff kantor dan tenaga ahli Teknologi Informasi Sinode GKSBS. Ia menyampaikan bahwa ‘tanpa ide seseorang tidak mungkin bisa menulis’, jadi, ketika seseorang ingin menulis, ia harus mempunyai ide atau tema yang akan ditulis. Kemudian ketika mulai menulis, ia harus menentukan sudut pandang penulisan supaya tulisan tidak melebar ke mana-mana. Selanjutnya, penulis menentukan ‘lead’ yang akan dipilih, apakah lead ringkasan, bercerita, deskriptif atau kutipan. ‘Lead’ adalah tulisan pembuka yang akan menentukan apakah pembaca akan melanjutkan untuk membaca atau melewatkannya. Ini berarti ‘lead’ adalah kunci untuk memancing rasa penasaran seseorang mau membaca berita atau tulisan. Berkaitan judul, Dwi mengingatkan ada kalanya judul berubah. Jangan sampai judul di awal menghambat gagasan dalam mengembangkan tulisan. Jadi, tidak masalah jika ada perubahan judul ketika tulisan selesai ditulis. Dalam penulisan perlu mengingat dua aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu bahasa dan relevansi.

Dari kegiatan tersebut peserta belajar menerapkan pengalaman baru, seperti yang diungkap oleh Angel Prawesti, salah satu anak muda di asrama, “Saya belajar bagaimana cara menulis secara baik dan benar dengan 5W dan 1H dan untuk materi koperasi mendorong kami untuk rajin menabung dan mengelola uang dengan baik untuk masa depan.” Mereka juga menggagas koperasi Pelajar Pondok Diakonia dan membuat tulisan bertema mulai yang sederhana, dengan keyakinan bahwa keberhasilan dimulai dari ketekunan melakukan hal-hal yang kecil, dan nantinya berkembang menjadi besar dan bermanfaat.***


  Bagikan artikel ini

Anak Muda Lampung Bersiap Diri Di Era Digital

pada hari Sabtu, 31 Juli 2021
oleh Stube HEMAT / Thomas Yulianto

Oleh Stube HEMAT / Thomas Yulianto

 

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh di dalam kehidupan manusia, terlebih di masa pandemi Covid-19, kehidupan manusia ‘dipaksa’ mengakses teknologi. Jika seseorang tidak bisa menggunakan teknologi maka akan ketinggalan jauh dengan orang yang adaptif dengan dunia digital. Kemajuan teknologi digital sebenarnya baik bagi kehidupan manusia, contohnya, jarak bukan lagi halangan orang berkomunikasi bahkan bisa berkomunikasi face to face, setiap orang punya kesempatan mengakses informasi secara cepat dan bahkan bisa mendapatkan penghasilan dengan memanfaatkan teknologi untuk bisnis dan jasa.

 

 

 

 

Kemajuan teknologi yang semakin melesat menjadi alternatif kegiatan dalam program Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung untuk memperkaya anak muda dan mahasiswa agar mereka mampu berkompetisi di era digital dan mendapat manfaat dari kemajuan teknologi. Pelatihan dengan tema ‘Wirausaha di Era Digital’ menggunakan metode diskusi, seminar, kunjungan dan praktek diadakan pada 31 Juli 2021 di Balai Pembinaan dan Pelatihan Keterampilan Pondok Diakonia, Lampung Timur. Pdt. Eko Nugroho M.Th, yang bertanggung jawab untuk mengelola program di YABIMA Indonesia menyampaikan topik ‘Dunia di Era Digitalisasi’. Tak kurang dua puluh lima peserta pelajar, mahasiswa dan pemuda gereja mengikuti pelatihan ini.

 

 

Dalam dialog, Pdt. Eko mengawali dengan melontarkan pertanyaan, “Apakah semua peserta yang mengikuti pelatihan ini memiliki HP dengan fasilitas internet?” Sebagian besar peserta memiliki HP yang cukup modern. Ia melanjutkan, bahwa era sekarang ini bisa disebut sebagai era berkelimpahan informasi, hal ini ditandai dengan mudahnya mendapatkan informasi yang bisa diakses oleh setiap orang. Ketika seseorang membutuhkan informasi tentang sesuatu, ia cukup mengetik atau mengatakan sesuatu pada Google atau search engine lainnya, dan dalam hitungan detik maka informasi yang dibutuhkan akan tersedia.

 

 

Era ini juga dinilai sebagai era ‘Ketelanjangan,’ artinya karena setiap orang tanpa berpikir panjang mengungkapkan perasaan, permasalahan yang terjadi dan bahkan menyebutkan identitas dirinya di media. Ini membuat siapapun bisa mengetahui keberadaannya bahkan data-data pribadi yang seharusnya bukan untuk publik. Lebih lagi, informasi memang berlimpah tapi pertanyaannya adalah, apakah semua informasi itu bermanfaat, apakah informasi itu baik, dan apakah informasi itu benar adanya. Jawabannya bisa ya, bisa tidak, contohnya ketika berkomunikasi via WA, seseorang dengan mudah berpendapat atau mem-forward informasi tentang Covid 19 tanpa cek, crosscheck dan tanpa menghiraukan kompetensi bidangnya. Seseorang bisa menyebarkan informasi yang salah karena mengakses informasi dari sumber yang tidak valid. Pdt. Eko mengajak semua peserta bijak dan bertanggungjawab dalam mengunakan HP. Ini artinya seseorang menggunakan sesuai kebutuhan, menghindari penggunaan HP secara berlebihan baik waktu, keuangan dan kemampuannya. Ia mendorong peserta untuk aktif mempromosikan hal-hal baik dan menceritakan kegiatan positif mereka di media sosial, dan menghindari curhat pribadi yang memungkinkan timbulnya tanggapan negatif di media sosial.

 

 

Diskusi ini membuat peserta terpacu belajar lebih untuk menguasai kemajuan teknologi di era digital, sehingga tidak menjadi generasi ‘gaptek’ alias gagap teknologi atau ketinggalan zaman. Ketika seseorang menguasai teknologi maka ia harus menyebarkan dampak positif bagi teman-teman di sosial media dengan cara bertanggung jawab. Kesiapan anak muda Lampung memasuki era kemajuan digital ditentukan oleh kemampuan mereka belajar, beradaptasi dan mengembangkan diri mereka. Ayo anak muda Lampung, bersiap diri di era digital. ***


  Bagikan artikel ini

Mengungkap Potensi dan Kerawanan Lampung Barat

pada hari Sabtu, 19 Juni 2021
oleh Eksposur Mahasiswa ke Lampung Barat
(Eksposur Mahasiswa ke Lampung Barat)

 

Kegiatan eksposur Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda dan mahasiswa di Lampung karena memberi pengalaman berbeda bagi mereka. Terlebih, kegiatan eksposur merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di wilayah berbeda. Ada lima belas belas peserta mahasiswa, pelajar, multiplikator dan pendukung yang terlibat dalam perjalanan ke Lampung Barat (17-18/06/2021). Bermula dari Batanghari Lampung Timur menuju sisi Barat yang ditempuh selama 6 jam melalui beberapa kabupaten. Menjelang sore perjalanan sampai di Sekincau, Lampung Barat, kawasan yang sering diguyur hujan karena hampir setiap hari hujan turun. Suhu saat kami tiba adalah 18°C dan terasa dingin, terlebih di malam hari suhu turun menjadi 13-16°C, jadi wajar jika dikatakan identik dengan Bogor.

 

 

Ibadah pembukaan bersama dengan pemuda gereja di Sekincau menjadi awal kegiatan. Pdt. Theofilus Agus Rohadi, S.Th. Multiplikator Stube HEMAT di Lampung menyampaikan apa itu Stube HEMAT dan tujuan kegiatan untuk mengenal potensi dan kerawanan di Lampung Barat. Kegiatan sarasehan dipandu oleh Ester Riris Rohani, mahasiswa STT Bandung dan peserta saling berbagi tentang keadaan masing-masing dan apa yang dilakukan. Yohana Kesi memunculkan pertanyaan apa saja kegiatan anak-anak muda di Lampung Barat, dan apa tantangan yang dihadapi. Devid Ronal Nababan menanggapi dengan menyampaikan, “Anak-anak muda di Sekincau rata-rata mengikuti pekerjaan orang tua, mengolah pertanian dan perkebunan. Potensi pertanian mayoritas di Lampung Barat adalah perkebunan kopi, sayuran, dan cengkeh.” Ia sendiri mahasiswa Teknik Sipil di Universitas Negeri Lampung yang mengeluti produksi kopi jenis Robusta. Ia memilih kopi ini karena berkualitas dan menjual kopi bubuk dalam kemasan dengan merk Sinar Mentari. Sebenarnya banyak anak muda mengelola kopi sejenis, namun produksinya untuk kebutuhan lokal dengan kemasan sederhana.

 

 

 

 

Di sesi malam, para peserta mengikuti sarasehan mengenal ‘Potensi dan Kerawanan di Lampung Barat’ bersama Sunardi, seorang tokoh gereja dan tokoh masyarakat di Sekincau. Ia mengungkapkan bahwa sejak pembukaan lahan dulu, lahan di daerah ini sangat subur sehingga setiap tanaman yang bisa menyesuaikan dengan suhu di sini akan tumbuh dengan mudah dan subur. Ini nampak dari dari lapisan tanah yang berwarna hitam menunjukkan humus yang ada. 

Kesokan harinya Sunardi mendampingi para peserta melihat langsung kawasan pertanian dan perkebunan di Sekincau seluas kurang lebih 1.360 Ha dengan tanaman sayuran berupa cabe, tomat, wortel, kol, labu, kopi, cengkeh dan beberapa tanaman lainnya. Petani di tempat ini menjadi pemasok kebutuhan sayuran di Lampung, bahkan sampai pulau Jawa. Ia memaparkan bahwa kerawanan di Sekincau berupa gangguan babi hutan dan binatang buas karena kawasan pertanian berbatasan dengan kawasan hutan. Gangguan lainnya berupa tindak kriminal yakni pencurian hasil-hasil pertanian dengan motif untuk memenuhi kebutuhan. Beruntung sudah ada upaya yang dilakukan pihak desa, aparat dan tokoh-tokoh masyarakat untuk menekan kasus ini. Selanjutnya, masalah identitas kesukuan antara perantau dan penduduk asli. Sebenarnya sudah ada upaya untuk membangun kerukunan bersama namun tetap saja ada orang yang berselisih kemudian membawa suku dan agama. Gereja pernah mengalami hambatan untuk pendirian gereja pada tahun 1978, namun, justru dari pamong desa yang berasal dari penduduk Lampung berperan besar untuk memastikan gereja boleh berdiri di Sekincau.

 

 

Mahasiswa mendapat kesempatan mewawancarai Heri Kurniawan, seorang petani sayur yang memiliki ¾ Ha lahan untuk cabe dan tomat. Ia bersyukur karena tahun ini harga cabe sangat bagus, mencapai 80 ribu per kilo, padahal biasanya 20-30 ribu saja. Kegiatan eksposur berlanjut dengan mempelajari sejarah istana Sekala Brak, kebun dan hutan lindung di pesisir barat Lampung.

 

 

 

Potensi Lampung Barat begitu mengesankan, namun dari pengamatan yang dilakukan, anak muda belum optimal memanfaatkan potensi yang ada. Dari pengalaman yang pernah dialami, kerawanan di Lampung Barat bisa diminimalisir lewat kearifan lokal yang ada dan komunikasi yang baik. Ke depan, melalui kegiatan eksposur dari Stube HEMAT di Lampung, anak muda Pondok Diakonia semakin terbuka wawasannya untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi alam di daerahnya untuk sebuah kemandirian.***


  Bagikan artikel ini

Wawasan Keberagaman Beragama di Lampung Timur

pada hari Selasa, 15 Juni 2021
oleh Lusiana Sih Ayuning Tiyas
Oleh: Lusiana Sih Ayuning Tiyas.          

 

 

Masyarakat Indonesia perlu terus belajar dan menyadari pentingnya bagaimana hidup bertoleransi di tengah keberagaman. Catatan-catatan peristiwa yang menodai kerukunan beragama terus ada di negri ini, seperti perusakan tempat ibadah, sulitnya mendirikan tempat ibadah, merasa benar sendiri dan masih banyak lagi. Peristiwa-peristiwa ini menjadi petunjuk bahwa sikap sadar keberagaman dan toleransi perlu terus ditumbuhkan di Indonesia.

 

 

Upaya menumbuhkan sikap sadar keberagaman dan toleransi menjadi bagian dari program Multiplikasi Stube-HEMAT di Lampung dengan acara dialog lintas agama bersama pemuka-pemuka agama di gedung gereja Kutosari dengan tema ‘Pertemuan dan Dialog Lintas Iman’ (14/6/2021). Dialog ini menghadirkan 4 pemuka agama yakni Kristen, Katolik, Islam dan Buddha sebagai narasumber. Para pemuda lintas iman di Lampung Timur menghadiri dialog tersebut dan membekali diri mereka agar mampu mampu meminimalisir kerawanan di Lampung, salah satunya konflik agama. Dalam kegiatan yang dikemas dalam bentuk diskusi panel para tokoh lintas agama menyampaikan pesan dan pengajaran tentang keberagaman di Lampung.

Pembicara pertama Pdt. Hadi Nuranto, S.Th, menyampaikan bahwa dalam kekristenan jelas sekali mengajarkan tetang kerukunan yang harus diupayakan bersama dengan cara mengasihi orang lain seperti mengasihi dirinya sendiri. Tak jauh berbeda, Bernadus Bambang Susanto dari Katholik mengungkapkan bahwa Katholik melihat kerukunan di bumi Indonesia adalah situasi yang tidak boleh ditawar-tawar untuk dilakukan. Ajaran cinta kasih Tuhan Yesus menjadi dasar untuk membangun pertemanan baik dengan agama lain. Berikutnya dari agama Buddha, Limarjuna Panjaitan menyampaikan bahwa umat Buddha memiliki ajaran untuk tidak melakukan yang jahat kepada orang lain jika ia tidak ingin mengalami apa yang buruk dalam hidupnya. Kemudian ustad Sokin, menegaskan bahwa ia sebenarnya menyayangkan jika kejadian yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia seolah-olah dilakukan oleh umat Islam yang tidak toleran dengan agama lain. Ia juga menegaskan bahwa ajaran Islam harus menjadi pembawa damai bagi seluruh ciptaan. Sama dengan ajaran agama yang lain, Islam juga mengajarkan untuk mengasihi, dan menghormati satu dengan yang lain.

Sebagai ruang interaksi dalam kegiatan, para peserta mendapat kesempatan bertanya untuk memperdalam pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan kepada para tokoh agama, dan mereka cukup antusias mengungkapkan rasa ingin tahunya.

Dari seminar tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu agama pun yang menginginkan konflik dan perpecahan. Semua agama berharap bisa hidup rukun dan damai dengan semua orang yang berbeda dengan dirinya. Hanya beberapa oknum saja yang belum paham tentang semua itu, sehingga memicu konflik yang terjadi. Keragaman agama harus dipandang sebagai kekuatan positif untuk membangun bangsa dan negeri ini. Adanya komunikasi yang baik antara satu dengan yang lain menjadi kunci untuk  mengelola potensi daerah yang bersumber dari kekayaan keberagaman yang ada.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Gereja Dalam Pusaran Potensi Dan Konflik Di Lampung

pada hari Minggu, 23 Mei 2021
oleh Stube HEMAT

 

Gereja dalam pusaran potensi dan konflik di Lampung menjadi materi seminar lanjutan (Sabtu, 22/05/2021) dengan narasumber Pdt. Eko Nugroho, Sri Guntoro, dan Pdt. DR. Bambang Nugroho Hadi. 

 

 

Pdt. Eko Nugroho, pendeta aktif GKSBS, bertugas mengelola Yabima Indonesia, sebuah yayasan milik Sinode GKSBS yang fokus melakukan pelayanan di masyarakat, menyampaikan materi tentang konflik. Pertanyaan awal kepada para peserta seminar adalah “Konflik apa yang pernah anda ketahui?”, “Mengapa konflik bisa terjadi di tengah masyarakat?”, dan “Bagaimana cara menyelesaikannya?” Ragam jawaban dari peserta yang membuat suasana menjadi hangat dan riuh. Dalam pemaparannya, Pdt. Eko menjelaskan bahwa sebenarnya konflik bisa menjadi bagian dari kehidupan kita, dan konflik sebenarnya memungkinkan seseorang mengenal pihak lain lebih baik. Jika dibayangkan Yesus hadir di dunia ini kira-kira apa yang akan dilakukanNya? Kita pasti sepakat bahwa Yesus akan membela yang tertindas, tidak memusuhi yang berbuat jahat, tetapi mengupayakan perdamaian agar semua pihak melakukan yang benar. Di akhir materinya, Pdt. Eko Nugroho mengajak peserta bersama-sama membaca doa damai Santo Fransiskus dari Assisi.

 

Pembicara kedua adalah Sri Guntoro yang menyampaikan materi, “Keragaman: Menjadi potensi atau ancaman di Lampung.” Sri Guntoro merupakan pimpinan cabang Budhayana dari 68 wihara di Lampung Timur, sekaligus pengurus FKUB Lampung Timur yang berperan aktif menyelesaikan sengketa pendirian rumah ibadah di wilayah Lampung Timur. Guntoro menyampaikan bahwa seluruh daerah Lampung memiliki keanekaragaman yang sangat majemuk. Keanekaragaman itu terdiri dari suku, agama, bahasa, pekerjaan. Paradigma yang memandang perbedaan sebagai acaman bisa muncul oleh karena menganggap dirinya lebih baik dan lebih benar dari pada yang lain. Keragaman di Lampung, sangat memungkinkan terjadinya konflik kepentingan, ideologi, sosial, dan keagamaan, yang sering terjadi adalah konflik suku. Bersyukur di Lampung masih ada tokoh-tokoh adat yang memiliki pengaruh cukup besar mendinginkan keadaan. Guntoro mengapresiasi Stube HEMAT yang menjadi wadah anak-anak muda untuk mengenal dan memahami orang lain. Jika hal seperti ini terus dibangun maka akan menjaga keutuhan Lampung, bahkan Indonesia.

 

Materi Manajemen Konflik disampaikan oleh Pdt. DR. Bambang Nugroho Hadi, dosen STT (Sekolah Tinggi Theologia) Shalom Lampung, aktif dalam studi dialog lintas agama di Propinsi Lampung. Dalam seminar tersebut, narasumber menyampaikan definisi konflik, tingkatan konflik, jenis-jenis konflik, penyebab dan dampak konflik. Konflik berdampak positif jika membuat hubungan menjadi hidup, menjadikan seseorang berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, memunculkan keputusan yang inovatif, memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat. Sementara dampak negatif akan menghambat komunikasi, mengganggu keeratan hubungan, mengganggu kerjasama tim, dll.

Narasumber juga menyampaikan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan cara:  inisiatif dari salah satu atau kedua belah pihak,  melalui mediator, atau menurunkan tuntutan masing-masing pihak. Konflik juga dapat diselesaikan melalui intervensi dari pihak yang lebih berkuasa dari keduabelah pihak yang berkonflik. Dan yang terakhir disampaikan bahwa terkadang konflik bisa selesai dengan sendirinya ketika masing-masing diam dan mengabaikan konflik yang terjadi di antara mereka, bahkan konflik juga tidak harus selesai. ***


  Bagikan artikel ini

Mengenal Diri Dan Lingkungan

pada hari Sabtu, 22 Mei 2021
oleh Stube HEMAT

Mengenal Diri Dan Lingkungan

 

 

 

Dalam Konteks Potensi Dan Kerawanan di Lampung

 

Oleh: Stube HEMAT

 

Kegiatan Multiplikasi Stube HEMAT bulan Mei 2021 ini dikemas dalam bentuk seminar dua hari, yang melibatkan akademisi, teolog, sosiolog dan aktivis kemasyarakatan yang diikuti 26 peserta, 5 fasilitator dan 1 multiplikator. Seminar pertama (Jumat, 21/05/2021) bertempat di Pondok Diakonia GKSBS Batanghari, Lampung. Seminar dua hari ini diharapkan  mampu menolong peserta memetakan potensi dan kelemahan diri, mengenal potensi lingkungan dan kerawanannya, sekaligus bagaimana mengelola kerawanan yang ada sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang besar, baik bagi manusia maupun lingkungan.

 

 

 

 

Pdt. Theofilus A.R, multiplikator Stube HEMAT di Lampung membuka dan menyampaikan pengantar serta tujuan diadakan seminar tersebut. Materi I adalah Analisa Sosial (Ansos) dibawakan oleh Praja Wiguna, aktifis kemasyarakatan yang bergelut dengan masalah-masalah sosial. Pendampingannya terbaru berkaitan dengan pendidikan penghargaan terhadap orang lain dalam masyarakat, bekerjasama dengan Yabima Indonesia dan Kedutaan Australia di Indonesia. Pertanyaan utama dalam Ansos adalah: siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan. Ansos bukan untuk memecahan masalah, melainkan rujukan bagaimana memecahkan masalah. Ciri khasnya adalah keberpihakan peneliti, melibatkan anggota komunitas, dan dilakukan terus menerus.

 

 

Materi 2 adalah Mengenal Potensi Diri dan Lingkungan, dengan narasumber Sularso, guru Bimbingan Konseling  SMAN  1 Batanghari, Lampung Timur, yang setiap hari mengurus anak-anak yang bukan hanya sedang menghadapi masalah, melainkan juga membimbing mereka untuk menemukan diri mereka sendiri baik dalam potensi maupun kelemahan-kelemahan supaya bisa dikelola dengan baik. Ada pertanyaan diawal sesinya “Seberapa cerdaskah Anda? Apa sebenarnya yang menjadi tolak ukur kecerdasan?” Jawaban peserta beraneka ragam dengan berbagai parameter. Menurut Gardner, ada delapan kecerdasan pada diri manusia. Sehingga, pada project spectrum, anak yang memiliki kecenderungan senang kepada musik, akan diberikan pelajaran yang berhubungan dengan musik. Materi diajarkan dengan pendekatan berhubungan musikal. Begitu pula dengan kecerdasan lainnya. Tidak ada label anak cerdas atau tidak cerdas, tetapi semua cerdas pada bidangnya. Lalu, apa saja kedelapan kecerdasan yang ada pada diri manusia? Delapan kecerdasan itu meliputi kecerdasan Linguistik, Logika–matematika, Intrapersonal, Interpersonal, Musikal, Visual-spasial, Kinestetik, dan Naturalis.

 

 

Peserta diminta untuk mengenal potensi diri masing-masing dan memikirkan bagaimana cara mengembangkannya. Hal ini penting agar peserta bisa mempersiapkan diri menjawab tantangan zaman sesuai dengan lingkungan di mana mereka hidup dengan mengembangkan potensi dan menanggulangi kerawanan. **


  Bagikan artikel ini

Potensi Pertanian Bagi Generasi Muda

pada hari Sabtu, 27 Maret 2021
oleh adminstube
 

 

(Bersama YABIMA Indonesia, Rumah Kawan, Metro Lampung)

Oleh: Stube HEMAT

 

Diskusi pertanian dianggap kurang menarik untuk anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa. Predikat sebagai petani masih menjadi domain para orang tua, bukan oleh anak-anak zaman sekarang ini. Lalu apakah dunia pertanian akan mati, tidak ada yang mengerjakan? Adakah harapan dari dunia pertanian untuk anak-anak muda zaman ini?

 

Diskusi tentang potensi pertanian bagi generasi muda ini dilaksanakan di “Rumah Kawan” yang merupakan kantor YABIMA Indonesia (Jumat, 26/03/2021) dengan diikuti 17 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan pemuda gereja. Dipandu oleh team Yabima Indonesia, terdiri dari Pdt. Eko Nugroho, M.Th, Dkn. Matius Serun, dan Pinarno Adi, dengan bentuk berbagi pengalaman YABIMA Indonesia dalam kiprah pelayanannya di bidang pertanian di Lampung.

Dalam proses diskusi, Pdt. Eko Nugroho mengajak peserta melakukan identifikasi terhadap gereja, seperti apa tugas gereja, untuk apa gereja ada, dan siapa yang mereka pahami tentang gereja. Banyak peserta menyebutkan bahwa gereja adalah tempat ibadah, gereja adalah orangnya bukan gedungnya. Apa yang harus dilakukan oleh orang yang disebut gereja itu? Umumnya menjawab: memberitakan Injil dan kabar baik kepada orang lain. Demikian juga dengan gereja yang bernama GKSBS, dipanggil untuk menjadi berkat dan membawa kabar sukacita kepada semua orang. Di bidang pertanian, Yabima Indonesia sampai saat ini telah mendampingi kurang lebih 60 kelompok tani, 4 organisasi massa, dan 8 koperasi  yang tersebar di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Tengah, dan Tulang Bawang, serta di Sumatera Selatan yaitu 2 desa di Muara padang Jalur 20 Kabupaten Banyuasin, dan 3 desa di Air Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sebagian besar pendampingan dilakukan untuk petani miskin di wilayah-wilayah terpencil dengan akses yang minim terhadap air bersih, sanitasi, dan kesehatan. Beberapa petani dilatih untuk menjadi kader-kader komunitas dalam bidang tertentu. Sampai saat ini telah ada 167 sukarelawan kesehatan ternak dan 20 kader pertanian organik.

Diaken Matius Serun sebagai salah satu tenaga staf Yabima di bidang pertanian, menyampaikan bahwa pendampingan harus terus dilakukan agar pekerjaan sebagai petani menjadi pekerjaan yang lebih diminati terlebih di kalangan anak muda. Pengalaman Diaken Serun ketika mendampingi petani adalah bahwa petani harus cerdas dan mampu meminimalisir biaya pertanian, mampu melihat peluang kebutuhan masyarakat, dan peluang harga yang tepat untuk meminimalisir kerugian. Sampai kapan pun dunia pertanian tidak akan mati, bahkan akan terus menjadi kebutuhan yang utama.

Selanjutanya Pinarno Adi sebagai salah satu staf Yabima Indonesia di bidang pertanian menyampaikan perlu upaya mengubah cara pandang terhadap petani. Pertanian adalah pekerjaan mulia, karena hasil-hasil kerjanya dibutuhkan semua orang di dunia ini. Dunia pertanian masih sangat terbuka dan hal ini berbanding terbalik dengan semua profesi pekerjaan di bidang lain karena profesi di luar pertanian semakin hari semakin banyak peminatnya sementara peluang untuk bekerja sesuai bidangnya semakin sempit. Pinarno Adi mengakhiri materinya dengan menyampaikan sekali lagi untuk tidak melupakan pertanian, justru kembangkanlah pertanian karena itu adalah pekerjaan yang mulia.***


  Bagikan artikel ini

Kunjungan Ke Yayasan Bimbingan Mandiri (Yabima) Indonesia

pada hari Sabtu, 20 Februari 2021
oleh adminstube


Oleh: Stube HEMAT

 

Bertemu dan berdiskusi bersama pengurus YABIMA Indonesia yang beralamat di Jl. Yos Sudarso 15, Metro Kota Lampung, menjadi salah satu agenda di sela-sela kunjungan ke Program Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung (Kamis, 18/02/2021). YABIMA yang berdiri sejak 32 tahun yang lalu, tepatnya 20 Oktober 1989, merupakan lembaga yang lahir dari Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS), sebagai lembaga diakonia untuk masyarakat umum sebagai perwujudan kasih Allah kepada masyarakat dalam rangka mencapai kemandiriannya. Pelayanan YABIMA Indonesia mencakup wilayah Sumatera Bagian Selatan dengan fokus pada kelompok tani, organisasi masa, dan koperasi. Pada umumnya petani dampingan lembaga ini merupakan petani miskin di wilayah-wilayah terpencil dengan akses minim terhadap air bersih, sanitasi dan kesehatan.

“Hadirnya Program Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung bersama Pdt. Theofilus Agus Rohadi, yang menjangkau segmen mahasiswa dan anak muda diharapkan bisa berkolaborasi dan menimba ilmu dari para aktivis lembaga ini”, kata Pdt. Em Bambang Sumbodo, pembina Stube HEMAT dari Yogyakarta yang berkesempatan berdiskusi dengan YABIMA bersama anggota dewan penasihat Ir. Hero Darmawanta M.T, dan direktur eksekutif Stube HEMAT, Ariani Narwastujati. Dalam diskusi ini pengurus YABIMA Indonesia, Pdt. Eko Nugroho, dan dua orang aktivis lembaga menyambut baik maksud kedatangan Stube HEMAT dan bersama-sama mencari titik temu yang bisa dikerjasamakan, seperti mengenalkan rasa cinta pada dunia pertanian sejak dini kepada anak-anak muda, mengingat Lampung memiliki potensi luar biasa di bidang pertanian dengan kondisi tanah yang subur dan curah hujan yang cukup.

“Pertemuan dengan Stube HEMAT sebenarnya bukan yang pertama kali, karena kami sudah pernah diundang dalam pelatihan dengan topik “Melihat potensi pedesaan” oleh multiplikator Stube HEMAT di Bengkulu di tahun 2018. Pada saat itu belum ada program yang khusus membidangi mahasiswa dan anak muda di Lampung”, ujar Pdt. Eko Nugroho. “Harapan besar kedepan, kerjasama akan bisa lebih intens dengan lokasi sekota yang terjangkau karena anak-anak muda perlu mendapat bimbingan untuk belajar nilai-nilai kehidupan”, Ariani menyampaikan harapannya.

Hal lain yang menarik dari YABIMA Indonesia adalah nilai Asketisme yang ingin dibangun dalam strategi dan tata kelola program yang ada di masyarakat. Asketisme merupakan sebuah gaya hidup dengan ciri-ciri berpantang kenikmatan indria melalui panggilan untuk kerelaan berbagi, keadilan, spiritualitas, sensitif gender, perdamaian, penghargaan terhadap pluralitas, dialog partisipasi dan akuntabilitas. Itu semua adalah nilai-nilai kebaikan yang cukup menantang bukan?***


  Bagikan artikel ini

Membuka Harapan Meraih Masa Depan (Pondok Diakonia, Gksbs Batanghari, Lampung)

pada hari Jumat, 19 Februari 2021
oleh Pdt. Em. Bambang Sumbodo

Sapaan pagi dari Board-in-charge Stube HEMAT

Pdt. Em. Bambang Sumbodo

Saat ini kami ada di GKSBS (Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan)  Batanghari, Lampung. Gereja ini menampung anak-anak yang berasal dari tempat yang jauh dari sekolah dan dari keluarga yang kurang mampu, untuk bisa melanjutkan studi dengan jarak yang relatif dekat. Anak-anak pondok Diakonia pada umumnya bersekolah di SMP dan SMA Kristen di Metro Lampung, dengan jarak tempuh sekitar 30 menit dari pondok. Ada 36 anak berdiam di pondok. Mereka tidak hanya belajar disiplin ilmu di sekolah, tetapi juga diajari realita kehidupan dengan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan, seperti memasak, bertanam sayuran dan memelihara kambing. Anak-anak pada usia itu harus berpisah dengan orang tua dan saudara kandung untuk meniti masa depan. Perasaan rindu terhadap kehangatan ayah, ibu, adik atau kakaknya jelas ada. Puji Tuhan rasa rindu tergantikan oleh kehadiran keluarga Pendeta Theofilus Agus Rohadi, yang melayani di GKSBS Batanghari, sekaligus orang tua bagi anak-anak di pondok Diakonia.

Program multiplikasi Stube HEMAT di Lampung dengan Pdt. Theofilus sebagai multiplikator memberi sentuhan tersendiri dalam usaha-usaha pemberdayaan sumber daya manusia. Para mahasiswa aktifis Stube HEMAT di Lampung bertumbuh sekaligus menjadi pendamping bagi adik-adik pelajar di Pondok Diakonia. Dalam sarasehan yang kami lakukan (Rabu, 17/02/2021) mahasiswa dan para pelajar di pondok sangat antusias berbicara tentang masa depan mereka. Masing-masing anak memiliki mimpi untuk masa depan, mereka ingin keluar dari ketidakberdayaan yang mereka alami karena keterbatasan ekonomi orang tua mereka. Hal ini terlihat saat begitu semangatnya mereka menyebut cita-cita mereka dalam sesi ‘sharing’. Bahkan beberapa secara pribadi masih bertanya mengenai apa yang harus mereka persiapkan agar bisa mencapai cita-cita tersebut kepada kami.

Pondok Diakonia memiliki asrama putra dan asrama putri, masing-masing memiliki 4 kamar. Tersedia aula dan balai pembinaan dan pelatihan untuk mendukung kegiatan anak-anak asrama. Saat ini ada 14 anak perempuan, 1 anak duduk di bangku SMP dan 13 anak duduk di bangku SMA. Sementara anak laki laki ada 22 orang yang duduk di bangku SMP 4 anak dan SMA 18 anak. Gereja membiaya asrama,  makan,  minum,  listrik,  dan  transportasi. Dari total 36 anak yang ada di Pondok Diakonia, 13 orang dibiaya oleh gereja, sementara yang lain orang tua membantu membiayai pendidikan di sekolah. Dalam kurun waktu 6 tahun, total ada 54 anak yang sudah diasuh, dan 7 diantaranya melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Kiranya Tuhan memberkati anak-anak, Pondok Diakonia. Pdt. Theofilus beserta keluarga dan semua yang terpanggil melayani di pondok ini.***


  Bagikan artikel ini

Mengenal Potensi dan Kerawanan di Lampung – bagian 2

pada hari Minggu, 31 Januari 2021
oleh adminstube

Minggu, 31 Januari 2021, bertempat di Pondok Diakonia diadakan diskusi “Memahami dan mengenal potensi Lampung”. Kegiatan ini dihadiri oleh 35 pelajar dan mahasiswa dengan narasumber Dharma Setyawan, dosen IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Metro yang mengajar bidang ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam pemaparannya disampaikan bahwa Lampung adalah provinsi yang potensial untuk dikembangkan dari berbagai aspek kehidupan. Sebenarnya potensial atau tidaknya sebuah daerah tergantung bagaimana manusia yang ada di dalamnya mengelola dengan baik. Sebagai contoh daerah Yosomulyo Metro yang telah dikembangkannya bersama para mahasiswa di sekitar Metro Lampung. Yosomulyo termasuk daerah perkotaan tetapi tidak ada pasar, namun demikian di tangan anak-anak muda dan masyarakat, siapa yang dapat menyangka sekarang ini menjadi daerah yang ramai dan beromset ratusan juta rupiah setiap bulannya hanya dari satu wilayah RT (Rukun Tetangga) saja.

Lampung juga sebuah daerah yang memiliki potensi besar dari segi pariwisata baik dari barisan bukit dan luasnya pantai di beberapa daerah. Sebagai daerah pertanian, Lampung merupakan daerah sentra hasil bumi yang memiliki nilai tawar yang baik. Lahan di Lampung dapat dikelola sebagai lahan pertanian dan sekaligus peternakan dan pertanian. Daerah-daerah industri besar juga ada di Lampung seperti daerah Panjang dan pelabuhan Panjang. Ditambah dengan keanekaragaman agama, suku, dan budaya menjadi nilai lebih yang menjadi aset provinsi ini.

Oleh karena itu narasumber menyampaikan bahwa generasi muda seperti pelajar, mahasiswa dan anak-anak muda Lampung dianugerahi sebuah negri yang sangat kaya dengan segala potensinya. Hal ini menjadi berita baik bagi anak-anak muda yang kreatif dan inovatif sehingga mereka bisa mengembangkan daerahnya tanpa harus pergi keluar Lampung untuk bertaruh nasib bagi masa depan mereka. Lampung cukup bagi mereka untuk hidup. Potensi Lampung masih perlu digarap dengan profesional dan perlunya membangun kemitraan dengan para pihak sehingga bisa mengoptimalkan potensi yang akan dikelola. Banyak daerah di Lampung yang dapat dikelola dengan mandiri baik oleh masyarakat desa dan anak-anak muda berupa gereja pariwisata, agrotani, dan lain sebagainya.

Sekali lagi, berpotensi atau tidaknya sebuah daerah tergantung seberapa besar masyarakat, dan generasi muda mau bergerak dan mengelola potensi yang ada di dalam dirinya dan orang lain.

 

Pelajar dan mahasiswa serta pemuda yang mengikuti kegiatan diskusi ini semakin memahami potensi Lampung dan diharapkan termotivasi untuk mengelolanya. Demikian juga ketika mengetahui kerawanan di Lampung, pelajar dan mahasiswa serta generasi muda terdorong untuk membangun relasi yang semakin baik melalui agama, budaya, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya. ***


  Bagikan artikel ini

Mengenal Potensi dan Kerawanan di Lampung – bagian 1

pada hari Sabtu, 30 Januari 2021
oleh adminstube

 

Sebagai provinsi yang berada di paling ujung selatan pulau Sumatera, Lampung memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Namun demikian Lampung juga memiliki kerawanan konflik yang sangat majemuk. Apa saja potensi dan kerawanan di Lampung, dibahas dalam diskusi yang diadakan oleh program multiplikasi Stube-HEMAT di Lampung (Jumat, 29/01/2021) dengan melibatkan narasumber di bidangnya. Kegiatan diskusi ini bertujuan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dan mahasiswa serta anak-anak muda perihal pontensi yang dimiliki propinsi Lampung, yang pada akhirnya mereka diharapkan bisa berkontribusi mengelola potensi yang ada untuk kesejahteraan bersama. Selain itu diskusi ini juga memberi informasi sumber konflik yang terjadi di provinsi Lampung sehingga pelajar-mahasiswa dan anak muda dapat mengelola dan dapat meminimalisir konflik yang mungkin terjadi.

 

Bertempat di Pondok Diakonia diskusi dihadiri 35 pelajar, mahasiswa dan pemuda. Acara dibuka oleh Rahayu Sekarningtyas mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di Unila, Bandar Lampung, sementara narasumber adalah R. Rahmanu Hendarta, S.H, praktisi hukum dan advokad dari kota Metro. Dalam pemaparannya disampaikan realitas dinamika kemajemukan masyarakat Lampung yang banyak diwarnai konflik-konflik kekerasan baik konflik sosial vertikal maupun horizontal. Hampir seluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi Lampung memiliki potensi konflik yang khas bila mengacu pada kondisi di tiap wilayah. Pada beberapa kasus terlihat bahwa tidak semua konflik-konflik sosial yang terjadi bersifat otonom atau berdiri sendiri berdasarkan satu faktor tertentu. Artinya, konflik yang terjadi karena faktor yang satu bisa bersinggungan dengan faktor lain. Dapat dikatakan bahwa semakin banyak dan tajam perbedaan antar kelompok sosial, maka situasinya semakin rawan konflik.

Akar permasalahan konflik yang lazim terjadi adalah adanya motif-motif tertentu di antaranya seperti motif sosial, motif ekonomi, atau motif politik. Konflik-konflik yang berkelanjutan atau konflik akumulatif, baik yang terjadi pada konflik horizontal maupun vertikal, memiliki beberapa karakteristik yang sama dan dapat dibagi dalam tiga kategori utama, yaitu: 1) konflik terjadi di suatu tempat yang sama dengan aktor yang sama; 2) konflik terjadi di tempat yang berbeda dengan aktor yang sama; 3) konflik terjadi di tempat yang berbeda dengan aktor yang berbeda.

Badan Kesbangpol Provinsi Lampung memetakan daerah rawan konflik di 14  Kabupaten/Kota. Konflik di Provinsi Lampung, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Konflik antar agama/suku/etnis ada 12 kasus yang terjadi di beberapa wilayah, yaitu: Bandar Lampung (2), Lampung Timur (1), Tanggamus (3), Pringsewu (5), dan Lampung Tengah (1).

2. Konflik Politik ada 4 kasus yang terjadi di beberapa wilayah yaitu: Bandar Lampung (1), Tulang Bawang (1), Lampung Utara (1), dan Tanggamus (1).

3. Konflik Batas Wilayah/Daerah ada 20 kasus yang terjadi di semua wilayah.

4. Konflik Industrial ada 4 kasus, di Tulang Bawang (1), Mesuji (2), dan Lampung Timur (1).

5. Konflik Agraria/Lahan ada 39 kasus yang tersebar di beberapa Kabupaten/Kota.

6. Konflik Sosial/Antar Kelompok ada 44 kasus yang tersebar di beberapa Kabupaten/Kota.

Dari data tersebut di atas kasus terbanyak adalah konflik sosial/antar kelompok sebanyak 44 kasus, namun kasus tersebut terpicu dari konflik agraria, jadi domain kasus terbesar di Provinsi Lampung adalah masalah agraria. Sampai saat ini kasus-kasus agraria masih banyak yang sedang dalam proses pengadilan.***


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2023 (7)
 2022 (9)
 2021 (15)
 2020 (7)

Total: 38