Simposium Anak Muda Se Sumba

pada hari Minggu, 28 Maret 2021
oleh adminstube

(Karang Taruna Tanatuku, Childfund, & Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba)

 

Partisipasi pemuda dalam berbagai kegiatan akan menguatkan kapasitasnya untuk meningkatkan dan mengelola potensi yang ada di desanya. LSM Childfund Indonesia sebagai salah satu lembaga pemerhati remaja dan pemuda memberikan perhatian dan peluang bagi orang muda untuk selalu aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang bersifat positif dan membangun. Bersama Karang Taruna desa Tanatuku, Childfund Indonesia membangun kerjasama dengan Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Sumba untuk menyelenggarakan kegiatan National Youth Capacity Enhancement (NYCE) dan Simposium orang muda se-Sumba. Kegiatan ini diselenggarakan di desa Tanatuku, Kecamatan Nggaha Ori Angu, diikuti 80 peserta muda-mudi dari 10 desa yang tersebar di 3 kecamatan yang ada di Sumba Timur. Salah satu kegiatan yang menjadi konsen dari program ini ialah kunjungan belajar di beberapa lokasi yang potensinya dikembangkan oleh anak muda desa itu sendiri, seperti kelompok tenun Stube-HEMAT.

 

Jumat, 26 Maret 2021, 40 peserta berkunjung ke rumah belajar tenun Stube-HEMAT. Di rumah tenun tersebut ada banyak hal baru yang mereka pertanyakan dan pelajari. Seperti latar belakang terbentuknya kelompok tenun, tahapan-tahapan menenun, alat-alat tenun hingga praktek langsung dari menggulung benang. Elisabeth Uru Ndaya, Ketua pemuda Karang Taruna desa sekaligus Ketua panitia dari kegiatan Simposium orang muda ini,  pendamping kelompok tenun (Multiplikator Stube HEMAT di Sumba) memberi semangat dan motivasi kepada peserta yang hadir pada saat itu untuk memikirkan masa muda mereka dengan mengisi kegiatan produktif, berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat buat diri sendiri juga orang lain, terlebih anak muda yang merupakan agen perubahan untuk terus berkarya memberikan efek positif bagi orang-orang di sekitar.

 

Pada kesempatan kunjungan tersebut, peserta dari kelompok tenun menjelaskan tahapan menenun juga alat-alat tenun kepada peserta simposium. Sebagian besar peserta mengaku baru pertama kali melihat langsung dan mencoba sendiri proses menenun seperti menggulung benang. Mereka mengapresiasi semangat dari peserta kelompok tenun yang awalnya tidak mengerti soal tenun, akhirnya bisa mengajari orang lain tahapan menenun. Minto, pemuda dari desa Pambotanjara, Kec. Kota Waingapu yang merupakan mahasiswa manajemen di kampus Universitas Kristen Wirawacana Sumba memberikan kesan baik terhadap kelompok yang menggeluti tenun di wilayah yang bukan keturunan penenun; ia pun bertanya, apa yang menjadi alasan terbesar terbentuknya kelompok tenun di era yang sudah semakin maju dan canggih. Sherly, salah satu peserta kelompok tenun yang juga anggota pemuda Karang Taruna desa merespon, Karena tenun adalah budaya orang Sumba maka kita perlu turut ambil bagian dalam melestarikan budaya yang ada, juga untuk membantu menunjang perekonomian karena apa pun pekerjaannya mau menenun atau petani, jika itu mendatangkan income untuk kesejahteraan pasti kita semua tertarik”, tegasnya.

 

Semoga dengan adanya kegiatan simposium anak muda ini membantu membuka wawasan dan pola pikir anak muda desa untuk memanfaatkan masa muda mereka dengan melakukan hal-hal positif dan mampu memanfaatkan potensi yang ada di desa mereka masing-masing. ***


  Bagikan artikel ini

Tips Menghadapi Virus Babi

pada hari Minggu, 21 Maret 2021
oleh Multiplikator Stube HEMAT Sumba

Oleh: Multiplikator Stube HEMAT Sumba

 

 

Sabtu (20/03/2021), bertempat di desa Prai Paha, Kecamatan Nggaha Ori Angu, dilaksanakan Kunjungan dan Diskusi serta berbagi pengalaman dengan para peternak yang sekitar satu tahun lebih masih bertahan di tengah mewabahnya penyakit ternak babi. Informasi terakhir diperkirakan babi yang tersisa dari total populasi yang ada di Sumba Timur tinggal 20% saja. Bersama dua peternak sebagai narasumber yakni Yohanes Rada Muri dan Benyamin Tonga Retang, yang masih menjalankan praktek ternak semi tradisional dan saat ini masih memiliki ternak sehat 14 ekor dan 12 ekor dalam kandang, diskusi dan kunjungan ini diikuti 29 peserta yang terdiri dari para peternak, pemuda gereja dan mahasiswa. 

Beberapa langkah yang dilakukan untuk bertahan dari virus adalah sbb:

1. Selain bersih supaya bebas kerumunan lalat dan nyamuk, kandang ternak harus terisolasi dan tidak semua orang boleh masuk kandang. Ternak mereka tidak berhubungan dengan dunia bebas (seperti kasus Corona pada manusia)

2. Suntikan vitamin untuk ternak dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan cara disuntik sendiri oleh pemilik.

3. Makanan ternak diambil dari lingkungan sekitar, seperti pau, jagung, ubi kayu dll.  Makanan sisa yang berhubungan dengan daging babi dijauhkan sama sekali.

4. Yang mengurus atau memberikan makan pada ternak adalah pemilik atau orang yang tidak berhubungan dengan ternak babi atau daging babi dari luar, dan babi tidak boleh keluar dari kandang, tidak boleh berhubungan dengan hewan lain seperti anjing atau ayam.

Meskipun dua peternak ini bisa bertahan, tetapi mereka tetap waspada karena takut ternak mereka terkena virus dan babi yang ada di kandang mereka adalah anak babi yang dihasilkan dari induk dan pejantan dilokasi tersebut. Dari kunjungan ini peserta berinisiatif melakukan karantina wilayah dengan membatasi keluar masuknya babi dari tempat lain agar ternak babi dapat bertahan dari virus. ***


  Bagikan artikel ini

Melatih Diri Menggambar Desain Motif

pada hari Kamis, 18 Maret 2021
oleh Elisabeth Uru Ndaya

 

Pada lembaran kain tenun, yang paling menonjol adalah bentuk-bentuk desainnya. Desain motif memancarkan nilai-nilai keindahan atau estetika yang sangat menarik sebagai karya seni yang berkualitas sebagai perwujudan keindahan manusia dan alamnya. Desain motif ada berbagai macam; ada yang satu motif saja, dua motif atau lebih, pengulangan motif, kombinasi motif,  berbentuk garis, bidang, dan warna. Seperti penjelasan perajin tenun senior Kornelis pada pertemuan sebelumnya, desain motif yang dipakai adalah bentuk pengulangan motif dan kombinasi, pada umumnya dia sering memakai gambar manusia, habak, bunga, mamuli, penyu, motif andung (tengkorak manusia), ayam, kuda, rusa dan bebek. Kornelis menyarankan peserta kelompok tenun belajar mendesain motif dengan contoh desain yang ada pada kain tenunan miliknya.

 

 

Peserta kelompok tenun Stube-HEMAT mencoba belajar mendesain motif bersumber pada gambar desain motif kain tenun milik Kornelis (Rabu, 10/03/2021). Dari beberapa motif yang tersedia, ada yang belajar mendesain motif bunga, manusia, ayam, mamuli bahkan motif tengkorak. Peserta sangat antusias dalam melatih diri mereka mendesain gambar motif. Dengan menggunakan pensil warna, crayon dan pulpen, peserta mulai mendesain gambar motif di atas kerta hvs putih berukuran A4 dan mewarnai dengan berbagai warna yang mereka sukai. Mereka berharap dengan berlatih seperti itu akan memudahkan mereka dalam mendesain motif tenun langsung pada benang motif nantinya.

 

Sambil menggambar, peserta juga saling berbagi permasalahan yang mereka jumpai dalam kehidupan, selalu ada topik dibahas, tertawa dan menangis bersama jika ada salah satu dalam keadaan kurang baik. Dengan berbagai topik permasalahan yang dialami membuat saya sebagai pendamping sadar dan paham bahwa hadirnya program Multiplikator dan terbentuknya kelompok tenun menjadi wadah bagi perempuan yang hidup dalam budaya Sumba untuk saling berbagi dan menguatkan.

 

 

Peserta kelompok kembali berkumpul untuk melepas kembali ikatan tali rafia pada benang motif yang sudah melalui proses pewarnaan (Rabu, 17/03/2021). Benang motif yang akan menghasilkan 22 lembar sarung tersebut dibuka satu persatu dan dibersihkan hingga benang motif terlihat bersih tanpa lilitan tali raffia, selanjutnya masuk tahapan akhir yaitu menenun. Alat-alat tenun sudah mulai dilengkapi dan peserta diharapkan mengikuti setiap tahapan yang ada agar kedepannya tidak mengalami kesulitan dalam mengendalikan sarung yang ingin ditenun.

Hadirnya program ini terus memberi nilai positif dan manfaat tidak hanya untuk peserta kelompok tenun tetapi juga elemen masyarakat supaya mencintai budaya lokal dengan mengetahui ada program tenun di Tanatuku.***


  Bagikan artikel ini

Gerakan Petani Milineal Dimulai dari Lambanapu

pada hari Minggu, 7 Maret 2021
oleh Frans Fredy Kalikit Bara

 

Stube-HEMAT bersama BP3K Lambanapu menginisiasi terbentuknya Kelompok Tani Milenial di Kelurahan Lambanapu. Inisiatif ini bertolak dari ketersediaan sumber daya air dan tanah yang ada di Kelurahan Lambanapu. Selain itu daerah Lambanapu adalah salah satu pemasok produk pertanian untuk pasar Waingapu, karena memiliki lokasi produksi yang tidak jauh dari pasar. Kegiatan ini diselenggarakan di Kantor BP3K Kecamatan Kambera, Kelurahan Lambanapu pada hari Sabtu, 06 Maret 2021. Dari beberapa Kelompok Tani yang sudah dibentuk, Kelompok Tani Milineal belum ada dalam daftar kelompok, oleh karena itu Stube-HEMAT melalui program multiplikasi bersama dengan BP3K Lambanapu menginisiasi untuk membentuk kelompok tani milenial di Kelurahan Lambanapu.

 

Ketika kegiatan ini dilakukan, ada respon positif dari calon anggota petani muda dan juga beberapa pihak mendukung agar di wilayah Kelurahan Lambanapu ada kelompok tani muda. Selain calon anggota kelompok tani muda, dari pihak pemerintah pun ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Beberapa dari mereka adalah Camat Kambera, Lurah Lambanapu, Kepala BP3K Kecamatan Kambera, PPL Kelurahan Lambanapu dan ketua GAPOKTAN. Ada beberapa pernyataan muncul dalam pertemuan ini, pernyataan pertama dari Camat Kambera, ”Kelompok tani milenial ini harus bermitra dengan pemerintah dan harapannya menjadi ikon atau role-model (panutan) untuk kelompok lainnya”. Pernyataan kedua muncul dari Lurah Lambanapu, ”Kelompok tani ini harus benar-benar aktif, jangan setelah dibentuk terus tidak ada kegiatan atau kelompoknya bubar”. Dan pernyataan terakhir dari Kepala BP3K Kecamatan Kambera, ”Aktivitas kelompok Taruna Tani Tunas Baru harus mengarah pada agribisnis sehingga ada dampak ekonomi”.

 

 

Harapan dari terbentuknya kelompok Taruna Tani Tunas Baru di Kelurahan Lambanapu adalah menjadi wadah kerja sama yang mendorong anggota untuk tampil sebagai petani milenial yang cerdas, mampu mengolah potensi air dan lahan dengan baik untuk gerakan ekonomi rumah tangga dan menjadi aktor pembangunan pertanian. Selain itu kelompok ini akan menjadi wadah edukasi atau pusat pelatihan yang akan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan teknis dan yang terakhir adalah menjadi rolemodel.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua