Gereja Dalam Pusaran Potensi Dan Konflik Di Lampung

pada hari Minggu, 23 Mei 2021
oleh Stube HEMAT

 

Gereja dalam pusaran potensi dan konflik di Lampung menjadi materi seminar lanjutan (Sabtu, 22/05/2021) dengan narasumber Pdt. Eko Nugroho, Sri Guntoro, dan Pdt. DR. Bambang Nugroho Hadi. 

 

 

Pdt. Eko Nugroho, pendeta aktif GKSBS, bertugas mengelola Yabima Indonesia, sebuah yayasan milik Sinode GKSBS yang fokus melakukan pelayanan di masyarakat, menyampaikan materi tentang konflik. Pertanyaan awal kepada para peserta seminar adalah “Konflik apa yang pernah anda ketahui?”, “Mengapa konflik bisa terjadi di tengah masyarakat?”, dan “Bagaimana cara menyelesaikannya?” Ragam jawaban dari peserta yang membuat suasana menjadi hangat dan riuh. Dalam pemaparannya, Pdt. Eko menjelaskan bahwa sebenarnya konflik bisa menjadi bagian dari kehidupan kita, dan konflik sebenarnya memungkinkan seseorang mengenal pihak lain lebih baik. Jika dibayangkan Yesus hadir di dunia ini kira-kira apa yang akan dilakukanNya? Kita pasti sepakat bahwa Yesus akan membela yang tertindas, tidak memusuhi yang berbuat jahat, tetapi mengupayakan perdamaian agar semua pihak melakukan yang benar. Di akhir materinya, Pdt. Eko Nugroho mengajak peserta bersama-sama membaca doa damai Santo Fransiskus dari Assisi.

 

Pembicara kedua adalah Sri Guntoro yang menyampaikan materi, “Keragaman: Menjadi potensi atau ancaman di Lampung.” Sri Guntoro merupakan pimpinan cabang Budhayana dari 68 wihara di Lampung Timur, sekaligus pengurus FKUB Lampung Timur yang berperan aktif menyelesaikan sengketa pendirian rumah ibadah di wilayah Lampung Timur. Guntoro menyampaikan bahwa seluruh daerah Lampung memiliki keanekaragaman yang sangat majemuk. Keanekaragaman itu terdiri dari suku, agama, bahasa, pekerjaan. Paradigma yang memandang perbedaan sebagai acaman bisa muncul oleh karena menganggap dirinya lebih baik dan lebih benar dari pada yang lain. Keragaman di Lampung, sangat memungkinkan terjadinya konflik kepentingan, ideologi, sosial, dan keagamaan, yang sering terjadi adalah konflik suku. Bersyukur di Lampung masih ada tokoh-tokoh adat yang memiliki pengaruh cukup besar mendinginkan keadaan. Guntoro mengapresiasi Stube HEMAT yang menjadi wadah anak-anak muda untuk mengenal dan memahami orang lain. Jika hal seperti ini terus dibangun maka akan menjaga keutuhan Lampung, bahkan Indonesia.

 

Materi Manajemen Konflik disampaikan oleh Pdt. DR. Bambang Nugroho Hadi, dosen STT (Sekolah Tinggi Theologia) Shalom Lampung, aktif dalam studi dialog lintas agama di Propinsi Lampung. Dalam seminar tersebut, narasumber menyampaikan definisi konflik, tingkatan konflik, jenis-jenis konflik, penyebab dan dampak konflik. Konflik berdampak positif jika membuat hubungan menjadi hidup, menjadikan seseorang berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, memunculkan keputusan yang inovatif, memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat. Sementara dampak negatif akan menghambat komunikasi, mengganggu keeratan hubungan, mengganggu kerjasama tim, dll.

Narasumber juga menyampaikan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan cara:  inisiatif dari salah satu atau kedua belah pihak,  melalui mediator, atau menurunkan tuntutan masing-masing pihak. Konflik juga dapat diselesaikan melalui intervensi dari pihak yang lebih berkuasa dari keduabelah pihak yang berkonflik. Dan yang terakhir disampaikan bahwa terkadang konflik bisa selesai dengan sendirinya ketika masing-masing diam dan mengabaikan konflik yang terjadi di antara mereka, bahkan konflik juga tidak harus selesai. ***


  Bagikan artikel ini

Mengenal Diri Dan Lingkungan

pada hari Sabtu, 22 Mei 2021
oleh Stube HEMAT

Mengenal Diri Dan Lingkungan

 

 

 

Dalam Konteks Potensi Dan Kerawanan di Lampung

 

Oleh: Stube HEMAT

 

Kegiatan Multiplikasi Stube HEMAT bulan Mei 2021 ini dikemas dalam bentuk seminar dua hari, yang melibatkan akademisi, teolog, sosiolog dan aktivis kemasyarakatan yang diikuti 26 peserta, 5 fasilitator dan 1 multiplikator. Seminar pertama (Jumat, 21/05/2021) bertempat di Pondok Diakonia GKSBS Batanghari, Lampung. Seminar dua hari ini diharapkan  mampu menolong peserta memetakan potensi dan kelemahan diri, mengenal potensi lingkungan dan kerawanannya, sekaligus bagaimana mengelola kerawanan yang ada sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang besar, baik bagi manusia maupun lingkungan.

 

 

 

 

Pdt. Theofilus A.R, multiplikator Stube HEMAT di Lampung membuka dan menyampaikan pengantar serta tujuan diadakan seminar tersebut. Materi I adalah Analisa Sosial (Ansos) dibawakan oleh Praja Wiguna, aktifis kemasyarakatan yang bergelut dengan masalah-masalah sosial. Pendampingannya terbaru berkaitan dengan pendidikan penghargaan terhadap orang lain dalam masyarakat, bekerjasama dengan Yabima Indonesia dan Kedutaan Australia di Indonesia. Pertanyaan utama dalam Ansos adalah: siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan. Ansos bukan untuk memecahan masalah, melainkan rujukan bagaimana memecahkan masalah. Ciri khasnya adalah keberpihakan peneliti, melibatkan anggota komunitas, dan dilakukan terus menerus.

 

 

Materi 2 adalah Mengenal Potensi Diri dan Lingkungan, dengan narasumber Sularso, guru Bimbingan Konseling  SMAN  1 Batanghari, Lampung Timur, yang setiap hari mengurus anak-anak yang bukan hanya sedang menghadapi masalah, melainkan juga membimbing mereka untuk menemukan diri mereka sendiri baik dalam potensi maupun kelemahan-kelemahan supaya bisa dikelola dengan baik. Ada pertanyaan diawal sesinya “Seberapa cerdaskah Anda? Apa sebenarnya yang menjadi tolak ukur kecerdasan?” Jawaban peserta beraneka ragam dengan berbagai parameter. Menurut Gardner, ada delapan kecerdasan pada diri manusia. Sehingga, pada project spectrum, anak yang memiliki kecenderungan senang kepada musik, akan diberikan pelajaran yang berhubungan dengan musik. Materi diajarkan dengan pendekatan berhubungan musikal. Begitu pula dengan kecerdasan lainnya. Tidak ada label anak cerdas atau tidak cerdas, tetapi semua cerdas pada bidangnya. Lalu, apa saja kedelapan kecerdasan yang ada pada diri manusia? Delapan kecerdasan itu meliputi kecerdasan Linguistik, Logika–matematika, Intrapersonal, Interpersonal, Musikal, Visual-spasial, Kinestetik, dan Naturalis.

 

 

Peserta diminta untuk mengenal potensi diri masing-masing dan memikirkan bagaimana cara mengembangkannya. Hal ini penting agar peserta bisa mempersiapkan diri menjawab tantangan zaman sesuai dengan lingkungan di mana mereka hidup dengan mengembangkan potensi dan menanggulangi kerawanan. **


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2023 (7)
 2022 (9)
 2021 (15)
 2020 (7)

Total: 38