Tambur: Membangun Kebersamaan Kehidupan

pada hari Minggu, 8 Agustus 2021
oleh Stube HEMAT

Oleh: Stube HEMAT

 

Tambur merupakan alat musik akustik yang biasa dipakai saat acara adat seperti acara penyambutan tamu yang datang ke kampung atau pun saat pihak pemerintah berkunjung. Alat musik ini merupakan alat musik khas dari Kabupaten Raja Ampat dan bahkan sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai  bagian dalam festival Suling Tambur yang dilaksanakan setiap tahun. Festival ini mengungkap eksotisme laut Raja Ampat dan sisi budaya tradisional Raja Ampat yang kental.

 

 

Mulai tanggal 21 Juli 2021 pemuda kampung Kapatlap, Distrik Salawati Utara, mulai mengerjakan alat musik tradisional tambur ini. Kegiatan tersebut menjadi salah satu usaha positif dan produktif di saat pandemi karena pekerjaan berkaitan sektor pariwisata belum hidup kembali bahkan bisa dikatakan sudah mati. Pembuatan alat ini menjadi persiapan festival Suling Tambur yang akan diadakan dengan melihat saat situasi sudah memungkinkan.

 

 

Proses awal dimulai dengan memilih beberapa pohon besar untuk dipotong sebagai bahan dasar bentuk tambur yang cukup besar. Setelah itu kayu tambur tersebut direndam di dalam air di sungai, selama hampir 2 minggu. Sambil menunggu proses merendam kayu, para pemuda Kapatlap tersebut mulai berburu hewan Lao-Lao sejenis Kanguru yang akan dimanfaatkan kulitnya sebagai kulit penutup tambur. Kegiatan berburu dilakukan di hutan Wayar selama 2 hari (29-30/07/2021) sehingga perlu menginap di hutan tepi pantai menggunakan tenda terpal yang praktis. Multiplikator Stube HEMAT di Raja Ampat, Pdt. Grace Eirene Nanuru pun terlibat dalam kegiatan tersebut untuk memastikan bahwa tindakan tersebut tidak merusak habitat hewan dan keseimbangan lingkungan hutan dengan berburu secukupnya, bukan sebuah eksploitasi.

 

 

 

 

Pengerjaan pembuatan tambur dilanjutkan masuk proses ketiga (4/08/2021) yaitu pengambilan kayu tambur dari sungai. Setelah diangkat maka kayu-kayu tersebut memasuki proses pengikisan, dirapikan, penggambaran motif dan pengecatan. Proses terakhir adalah penjahitan kulit kanguru pada tambur, proses ini dilakukan setelah kulit tambur benar-benar kering. Setelah selesai semua akan dilaksanakan pawai atau karnaval tambur keliling kampung sebagai bentuk sukacita dan menghidupkan kembali rasa persaudaraan dan saat orang-orang keluar dan menari bersama. Membangun rasa kebersamaan sangat penting untuk menyatukan visi-misi kehidupan ke depan. ***

 


  Bagikan artikel ini

Ko Jaga Sa, Sa Jaga Ko: Generasi Sehat, Raja Ampat Unggul

pada hari Kamis, 5 Agustus 2021
oleh Pdt. Grace Nanuru

Ko Jaga Sa, Sa Jaga Ko: Generasi Sehat, Raja Ampat Unggul

 

 

Oleh: Pdt. Grace Nanuru

 

 

 

 

Masa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membutuhkan kerjasama dari semua pihak untuk meredakan laju infeksi virus bahkan bersama-sama menghentikannya. Program multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat bersama mahasiswa, terpanggil ikut serta mempromosikan hidup sehat dan mengajak masyarakat untuk vaksin sebagai upaya untuk menumbuhkan kekebalan aktif pada tubuh agar dapat mencegah atau mengurangi infeksi yang disebabkan oleh virus.  Selaku seorang pendeta, multiplikator Stube HEMAT juga bekerja di ranah rohani dengan mengangkat tema ‘Apa kata Iman untuk menjaga Imun Kita?

Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2021 ini bertujuan:

  1. Meletakan dasar pada Generasi muda dan mahasiswa untuk peka terhadap persoalan sosial yang terjadi di masyarakat, terutama menyangkut kesehatan masyarakat dan dalam situasi pandemi saat ini.
  2. Mahasiswa dan pemuda sebagai motor penggerak dapat membantu  mengarahkan masyarakat untuk mencari informasi  yang benar tentang vaksin dan bagaimana sudut pandang iman Kristen.
  3. Masyarakat dapat menyadari dan berkomitmen hidup sehat.

 

 

 

Sebagai bentuk sinergi, kegiatan ini bekerjasama dan mendapatkan respon baik dari Kepala Puskesmas dan tim medis Puskesmas Samate, dan pihak Koramil Samate. Baru kali ini ada perhatian dan kegiatan seperti ini yang mencakup sosialisasi program kesehatan oleh Multiplikator Stube HEMAT dengan tema ‘Generasi Sehat Raja Ampat Unggul’ dengan slogan bahasa sehari-hari Papua Ko Jaga SaSa jaga Ko’, yang berarti  ‘kamu menjaga saya dan saya menjagamu.

Dalam kegiatan tersebut Kepala Puskesmas Samate, Mantri Frans Klasin menjelaskan  situasi pandemik dan bagaimana menjaga diri kita dan kenapa vaksin itu diperlukan oleh tubuh. Kegiatan dimulai pukul 07.00 WIT hingga pukul 14.00 WIT, bertepatan dengan vaksinasi tahap kedua dan diikuti oleh seluruh masyarakat yang ada di distrik Salawati Utara dan  Salawati Tengah (Waipele, Kapatlap, Samate, Waidim, Waimicu, Warirsapo, Kalobo, Yefman, dan Wajan).

 

 

Tim multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat melakukan beberapa kegiatan, yaitu: 1) Sosialisasi kegiatan dan arahan Kepala Puskesmas, 2) Pembagian masker, 3) Pembagian vitamin, 4) Membagi kue ketika masyarakat tiba di lokasi vaksin, dan 5) Membagi bubur kacang hijau bagi peserta yang sudah melakukan vaksin sambil menunggu hasil observasi selama 30 menit.

Dengan perlakuan dan pendekatan yang tepat, diharapkan tingkat kesadaran masyarakat atas kesehatan terutama untuk menerima vaksinasi di masa pandemi Covid-19 akan semakin meningkat. ***


  Bagikan artikel ini