Ide-Ide Usaha Anak Muda Raja Ampat

pada hari Senin, 14 November 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat
Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat.         
 

 

Pendampingan anak muda dalam program Multiplikasi Stube HEMAT di raja Ampat membuahkan gagasan-gagasan wirausaha yang menarik. Beberapa anak muda berusaha memikirkan, melihat kebutuhan setempat dan menemukan apa yang bisa mereka lakukan sebagai usaha mereka untuk mandiri melalui wirausaha.

 

 

 

 

 

Beberapa gagasan yang muncul dan latar belakangnya antara lain: bisnis kerajinan tangan mahkota adat daerah Papua, produksi ikan asin dan kerajinan tangan bunga dari sabun mandi dan anting-anting dari kerang. Ini adalah gagasan Yuliana Mambrasar yang berasal dari Yenanas, Batanta Selatan, Raja Ampat. Ia memilih usaha ini karena memang hobi membuat mahkota adat, merangkai bunga dan mengukir kerang. Bahkan mencari ikan pun menjadi kegiatan sehari-hari di Yenanas maupun di Teminabuan, Sorong Selatan. Beberapa produk kerajinan tangan sudah ia jual secara langsung dan online. Ia menjual secara langsung ke konsumen wisatawan, homestay dan koperasi perikanan baik di Sorong maupun Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat.

 

 

 

 

Ide lainnya adalah  bisnis penjualan Bahan Bakar Minyak solar, premium dan minyak tanah oleh Alfons Sawoy yang berasal dari Yenanas, Batanta Selatan, Raja Ampat. Gagasannya muncul sebagai realisasi dari kuliahnya di prodi Manajemen Universitas Nanibili Nusantara, Sorong. Alfons memilih usaha penjualan BBM untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan di wilayah setempat, terutama para petani dan nelayan yang menggunakan perahu untuk bekerja sehingga mobilitas masyarakat terjamin dan mobilitas ekonomi keluarga pun berjalan. Ia merancang start-up bisnisnya dengan 600 liter yang terdiri 200 liter premium, 200 liter solar dan 200 liter minyak tanah. Ia membeli BBM di Sorong kemudian menjual kembali di kampungnya di pulau di Yenanas.

 

 

Bisnis kerajinan tas khas Papua atau Noken menjadi impian Eklefina yang berasal dari Aimas, Sorong. Ia memilih membuat tas khas Papua karena ia memiliki keterampilan itu, bahkan sejak SMA. Tas ini menjadi oleh-oleh atau cinderamata wisatawan yang mengunjungi Sorong maupun Raja Ampat. Ia menjalankan bisnis dengan membuat sendiri tas benang dan menjual secara langsung dengan menitipkan di kios maupun promosi online melalui Whatsapp dan Facebook. Untuk membuat satu tas, ia perlu satu gulung benang dengan harga 20 ribu kemudian bisa dijual paling murah 100 ribu atau sesuai ukuran tas. Jika tas dengan kombinasi warna harganya tentu berbeda.

 

Gagasan usaha berbasis kuliner dimunculkan oleh Esau Sawoy mahasiswa teologi di kampus STFT Izaak Samuel Kijne di Jayapura. Ia berasal dari Yenanas, Batanta Selatan, Raja Ampat namun saat ini tinggal di Jayapura. Ia memilih usaha pembesaran ikan lele di sekitar tempat tinggalnya di Jayapura karena tempat tinggalnya ada kolam yang tidak digunakan dan ia ingin memanfaatkannya. Selain itu, ada kebutuhan masyarakat terhadap ikan lele, khususnya warung makan dan rumah tangga.

 

Ide lainnya adalah penjualan Bahan Bakar Minyak oleh Adel Mambrasar, mahasiswa Unimuda, Sorong, yang berasal dari Yenanas, Batanta selatan, Raja Ampat. Ia memilih usaha ini karena hampir semua masyarakat yang tinggal di pulau Doom dimana ia tinggal mempunyai perahu motor. Mereka menggunakan perahu untuk menyeberang ke kota Sorong maupun ke kebun. Jadi, usaha penjualan BBM menjadi peluang usaha yang prospektif karena menjawab kebutuhan masyarakat.

 

 

 

Keberanian anak muda di Raja Ampat untuk mengungkapkan gagasan wirausaha patut mendapat apresiasi dan dukungan, sehingga muncul rasa percaya diri untuk bisa mandiri menjemput masa depan. Beri anak muda kesempatan dan dukungan, dan mereka akan membuktikan. ***

 


  Bagikan artikel ini

Berwirausaha: ada kemauan, ada jalan

pada hari Senin, 24 Oktober 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat

Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat.          

 

 

Pengembangan kawasan suatu daerah berkaitan erat dengan pembangunan perekonomian daerah tersebut, yang tentu saja memerlukan keterlibatan mahasiswa dan anak-anak mudanya dengan segala kreativitas yang ada untuk mendongkrak potensi-potensi daerah. Raja Ampat sebagai kabupaten kepulauan, memiliki tantangan tersendiri dalam pengelolaannya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Harus diakui bahwa pemerintah memiliki keterbatasan untuk menggerakkan pembangunan yang merata dan menyediakan lapangan pekerjaan, sementara Raja Ampat menyimpan beragam potensi yang belum dikembangkan. Di sinilah jiwa entrepreneurship menjadi kebutuhan mendesak untuk ditumbuhkan di masyarakat, terlebih pemuda dan mahasiswa dengan energi yang mereka miliki.

 

 

Stube HEMAT melalui program Multiplikasi berinteraksi langsung dengan para pemuda dan mahasiswa dengan topik kewirausahaan serta memetakan potensi yang ada. Pendampingan kepada mereka dilakukan secara online karena tempat tinggalnya berjauhan dan pendampingan personal ini membantu mereka memetakan potensi daerah dan peningkatan kapasitas berkaitan kreativitas dilakukan secara spesifik.

 

Dalam kegiatan pendampingan online yang berlangsung antara bulan Oktober dan November Trustha Rembaka, koordinator Stube HEMAT Yogyakarta memaparkan ide-ide kreatif wirausaha antara lain, (1) bisnis kuliner yang berhubungan dengan makanan khas daerah, misalnya: papeda, makanan sagu dan gula merah, ikan kering atau ikan asap, pisang keripik, keripik ubi dan minuman khas daerah. (2) bisnis cinderamata atau souvenir, misalnya: membuat kalung, gelang, gantungan kunci, tas noken, baju, kaos, topi, selendang, anting-anting kulit kerang. (3) Bisnis jasa, misalnya pemandu wisata kawasan pulau Raja Ampat, pencerita, ojek, fotografi dan penerjemah bahasa lokal. (4) bisnis barang kebutuhan mahasiswa, keluarga, nelayan atau petani, misalnya menjual bahan pokok dari beras, minyak goreng, telur, terigu, BBM, sabun, pupuk, buah, pulsa, alat tulis, barang konsumsi lainnya. (5) bisnis pertanian, misalnya budidaya tanaman, menjual hasil panen sayur, menjual pupuk, benih dan bibit tanaman.

 

 

 

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi bisnis apa yang bisa dikerjakan dan paling mereka suka, mengapa memilih bisnis tersebut, siapa yang akan menjalankan bisnisnya apakah dikerjakan sendiri atau melibatkan orang lain dalam produksinya, dimana bisnis ini akan beroperasi, kapan akan memulai bisnis dan bagaimana menjalankan bisnis, dari mengerjakan sampai mempromosikan produknya, misalnya menjual secara langsung ke konsumen atau secara online.

 

Pendampingan ini tidak mudah karena jaringan komunikasi di daerah belum merata, terlebih jika sedang berada di pulau, selain itu adanya keterbatasan wawasan dan keberanian untuk bertanya. Namun demikian, dari pendampingan ini muncul beberapa gagasan anak muda, antara lain pengolahan ikan asin karena kesehariannya menangkap ikan menggunakan perahu, membuat mahkota tradisional, ide penjualan BBM karena BBM perahu menjadi kebutuhan transportasi antar pulau dan bisnis tas benang atau noken untuk cinderamata khas daerah.

 

 

 

 

Suatu proses pendampingan dan pemberdayaan pasti membutuhkan waktu dan kesabaran untuk mendapatkan hasilnya. Anak muda membutuhkan waktu untuk berproses mengenal diri dan mengembangkannya, khususnya berkaitan wirausaha untuk kemandirian, jika ada kemauan pasti ada jalan. Anak muda mahasiswa Raja Ampat, saatnya membuktikan! ***


  Bagikan artikel ini

Memetakan Potensi & Kreativitas Anak Muda Raja Ampat

pada hari Sabtu, 24 September 2022
oleh Trustha Rembaka, S.Th.
Oleh Trustha Rembaka, S.Th.          

 

 

 

Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten Papua Barat yang memiliki keunikan sebagai wilayah kepulauan seluas 67.379,61 km2 dengan letak 0,45 – 2.15° Lintang Selatan dan 129,15 – 132° Bujur Timur. Kabupaten ini memiliki batas Utara dengan lautan Pasifik, Selatan dengan Kabupaten Seram Utara, Barat dengan Laut Seram dan Timur dengan Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Keberadaan sebagai wilayah kepulauan memiliki konsekuensi tersendiri, di satu sisi, kelautan memiliki kandungan yang sangat besar baik dari perikanan maupun daya tarik wisata pesisir dan lautnya, namun di sisi lain, keterhubungan antar wilayah sangat bergantung pada ketersediaan moda transportasi laut, cuaca dan jaringan telekomunikasi.

 

 

Wisata Raja Ampat menjadi magnet terobosan bisnis lain, seperti kuliner, souvenir, homestay, atraksi dan perjalanan wisata yang mendatangkan income bagi pelaku wisata dan masyarakat setempat. Pemuda sebagai bagian dari masyarakat Raja Ampat punya kesempatan mengambil manfaat dari potensi wisata iniDalam hal ini, pemuda perlu meningkatkan kapasitas diri untuk mengambil peluang usaha tersebut. Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat mengambil inisiatif pelatihan pemuda dan wirausaha untuk mahasiswa di Raja Ampat secara online bekerjasama dengan Stube HEMAT Yogyakarta (23/9/2022).

 

 

Delapan pemuda dan mahasiswa dari Raja Ampat dan beberapa mahasiswa Stube dari provinsi lainnya ikut ambil bagian dalam diskusi ini sehingga memperkuat relasi antar mahasiswa Stube di Indonesia. Trustha Rembaka memancing pendapat peserta dengan apa yang muncul di benak mereka ketika mendengar tentang Raja Ampat. Sebagian mengungkapkan Raja Ampat memiliki kawasan wisata terkenal, sebagian mengungkapkan laut dan potensinya, sebagian lain mengatakan kendala transportasi. Inilah kenyataan yang ada di Raja Ampat yang harus diterima dan direspon dengan baik.

 

Berkaitan dengan inisiatif pemuda dalam wirausaha, salah seorang peserta diskusi, Jimy mengungkapkan potensi laut yakni ikan Gropa yang dia tangkap dan olah menjadi ikan asin yang selanjutnya dijual ke pengepul untuk dijual kembali di Waisai. Potensi ikan laut juga dipaparkan Eklefina, anak muda dari Warwarbomi, dimana anak muda di desanya mencari ikan tuna. Sedangkan Yuli Mambrasar mengungkapkan aktivitas di desanya yang mengolah sagu dari pohon menjadi tepung sagu secara tradisional. Ia juga menceritakan kuliner sagu dan gula merah yang disukai di Sorong. Satu orang lagi bercerita tentang kelapa yang banyak tumbuh di desanya dan diolah menjadi VCO. Beragam gagasan lain pun muncul, seperti Ariani Narwastujati menceritakan wisata unik di Bali, yaitu Fireflies Garden, dimana wisatawan diajak menikmati wisata sawah pada malam hari untuk menyaksikan kunang-kunang. Thomas mengungkapkan bisnis asesoris dan souvenir kaos dengan gambar khas daerah setempat.

 

 

Para peserta mendapat motivasi untuk mengungkapkan ide wirausaha potensial yang akan mereka kerjakan. Dengan bekal materi 5W + 1H dalam berbisnis, mereka mencermati: What: apa usaha yang akan dipilih? Why: Mengapa memilih usaha tersebut? Who: Siapa yang akan menjalankan bisnisnya? Where: Dimana bisnis beroperasi? WhenKapan bisnis akan dimulai? Dan How: Bagaimana cara menjalankan bisnis tersebut?

 

Sharing awal ini menjadi titik pijak Stube HEMAT untuk memperkaya wawasan anak muda di Raja Ampat dan mengumpulkan ide-ide kreatif wirausaha yang akan dirintis oleh mahasiswa di Raja Ampat. Banyak kesempatan untuk berkembangdengan potensi yang ada. Anak muda Raja Ampat, bisa!

 


  Bagikan artikel ini

Bekal Keterampilan Sejak Muda

pada hari Selasa, 15 Maret 2022
oleh Adel Mambrasar
Oleh: Adel Mambrasar

 

 

 

 

Nama saya Adel Mambrasar seorang mahasiswi Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA), Sorong di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Saya dari kampung Yenanas, Distrik Batanta Selatan Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Kampung Yenanas terletak di pulau Bantanta, salah satu dari empat pulau besar di Raja Ampat. Mayoritas  masyarakatnya bekerja sebagai petani, nelayan, buruh, pegawai swasta dan negeri, tetapi juga ada yang masih menganggur. Kaum perempuan di kampung Yenanas memiliki bakat alami keterampilan membuat kerajinan tangan, yaitu membuat noken atau tas dari bahan benang rajut dan lidi daun kelapa, membuat piring dan pot bunga dari lidi daun kelapa, membuat bunga dari botol bekas dan kulit buah pinang yang sudah kering, membuat taplak meja dari benang wol dan sedotan. Masyarakat kampung Yenanas dikenal sangat ramah kepada siapa saja yang berkunjung.  Potensi wisata yang dimiliki adalah pulau Yat dan pasir timbul pulau Ayem. Dua tempat wisata ini sering dikunjungi masyarakat sekitar kampung Yenanas bahkan dari kota Sorong.

 

 

Pengalaman saya pertama kali mengenal Stube HEMAT yaitu ketika Pdt. Grace Nanuru mengadakan acara di Yenanas untuk memperkenalkan kegiatan Stube HEMAT. Saya, beberapa teman mahasiswa dan pemuda di Yenanas diundang oleh Pdt. Grace Nanuru S.Th untuk berdiskusi bersama dan mengenal apa itu Stube HEMAT. Kami menyambut baik komunikasi dan inisiatifnya dan kami sangat bersukacita menantikan acara tersebut. Akhirnya kegiatan itu dilaksanakan. Pdt. Grace  datang ke Yenanas dan menjelaskan tentang apa itu Stube HEMAT dan perhatian untuk anak muda dan mahasiswa. Ia juga berbagi pengalaman ketika studi di Yogyakarta dan apa yang dikerjakan di Raja Ampat. Mendengar hal itu saya dan teman-teman sangat termotivasi untuk semakin mengenal Stube HEMAT dan akhirnya kami pun bergabung karena menawarkan hal-hal baru dan pengalaman yang tidak ditemukan di kampus.

 

 

 

 

Bahkan baru-baru saya dan teman-teman mendapat tanggung jawab untuk mengelola kegiatan diskusi gender yang diadakan di kampus Unimuda. Selain saya mendapat materi dan pemahaman baru tentang gender dan kesetaraan laki-laki dan perempuan, saya juga belajar bagaimana mengelola kegiatan Stube HEMAT, bagaimana mengajak mahasiswa untuk datang diskusi dan ternyata memang tidak mudah untuk mengajak orang.

Di kegiatan eksposur ke Pam, saya belajar tentang perempuan, bahwa perempuan bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya kaum perempuan yang membuat VCO (Virgin Coconut Oil dan sabun mandi dari VCO dan produk lainnya. Mereka dilatih oleh pengelola wisata dengan menghadirkan pelatih dari Bali dan Jerman agar menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Sebelum pandemi penjualan VCO, sabun dan handbody cukup bagus karena para turis berdatangan di daerah pariwisata ini, tetapi saat pandemi tidak ada yang datang, jadi penjualan menurun meski masih ada pembeli dari penduduk setempat maupun tempat wisata. Semoga pandemi segera berakhir dan pariwisata di Pam dapat ramai kembali.

 


 

Bagi saya, kaum perempuan sebenarnya bisa membantu keluarga khususnya untuk peningkatan ekonomi dengan keterampilan mereka mengolah sesuatu asalkan ada pelatihan dan pendampingan seperti kaum perempuan di Pam. Saya bisa membagikan pengalaman ini untuk kaum perempuan di kampung saya, hasil kerajinan di kampung saya bisa semakin berkembang dan dikenal luas. Tinggal bagaimana sekarang para pemuda dan mahasiswa tidak menunggu sampai tua baru belajar keterampilan, tetapi sejak dari awal  harus mendalami keterampilan dan hasilnya bisa dijual sehingga pemuda dan mahasiswa bisa mandiri. Terima kasih Stube HEMAT.***


  Bagikan artikel ini

Menjumpai Kaum Perempuan Mandiri di Pulau Pam

pada hari Senin, 14 Maret 2022
oleh Yuliana Mambrasar

Eksposur mahasiswa ke Pulau Pam, Waigeo Barat

 

Oleh: Yuliana Mambrasar.          

 

 

 

 

Salam jumpa bersama saya, Yuliana Mambrasar dari Yenanas di Batanta Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Saya mengenal Stube HEMAT dari Pdt Grace Nanuru, multiplikator Stube HEMAT di Raja Ampat, saat mengadakan kegiatan Stube HEMAT di kampung Yenanas. Sebenarnya saat itu teman saya, Adel Mambrasar sudah mengajak bergabung kegiatan Stube HEMAT, namun saat itu saya masih fokus pada Persekutuan Anggota Muda (PAM) Jemaat Elim di Yenanas. Saya memiliki kekuatiran karena saya adalah anggota yang aktif di dalamnya jika saya juga aktif di Stube, bagaimana dengan persekutuan PAM nantinya, apakah terganggu atau tidak, berkembang atau tidak. Kekuatiran ini muncul dari pendapat teman-teman saya, jika saya tidak aktif lagi atau fokus dengan organisasi berbeda akan mengganggu kinerja organisasi dan mungkin mengalami kemunduran. Namun saya berusaha meyakinkan mereka kalau saya tetap berada di dalamnya dan terus membantu.

 

 

Beberapa kegiatan Stube HEMAT di Raja Ampat membantu anak muda dan mahasiswa berkembang dan kegiatannya kreatif yang membuat anak muda tertarik. Ada kegiatan kunjungan ke kampung yang berbeda, menggiatkan seni dan membantu masyarakat untuk kesehatan. Saya memilih kegiatan Stube HEMAT karena berkaitan dengan mahasiswa dan pemuda Kristen. Saya bersyukur kalau Stube HEMAT juga melibatkan mahasiswa dan pemuda dalam kegiatan dan membantu masyarakat misalnya saat penyuluhan kesehatan dan pelaksanaan vaksin kesehatan. Ini membuktikan jika mahasiswa dan pemuda mendapat kesempatan berkarya mereka bisa bertindak dengan baik dan positif untuk banyak orang.

 

 

 

Kegiatan eksposur di pulau Pam (11-13/3/2022) menjadi kegiatan yang menyenangkan dan saya bersyukur bisa mengunjungi saudara-saudara di Pam. Saya menemukan hal-hal baru yang tidak saya temukan di Yenanas, karena sebenarnya kampung Pam secara umum belum maju dan kondisi penduduk belum sepenuhnya membaik. Pulau PAM menyimpan banyak potensi yang bisa dimanfaatkan dan dikelola sebagai sumber penghasilan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

 

 

 

 

 

Selama kegiatan di pulau Pam, saya dan teman-teman bertemu langsung dengan kaum perempuan yang bekerja membuat sabun mandi alami, handbody lotion, Virgin Coconut Oil (VCO) dan minyak urut. Produk ini belum saya ketahui sebelumnya tetapi mereka dengan senang hati berbagi cerita dan menjelaskan cara membuatnya. Ternyata produk itu dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari pulau Pam sendiri, misalnya kelapa dan mereka memproduksinya. Di pulau PAM saya menemukan sesuatu yang bisa dipelajari dan saya lakukan, bisa berbagi cerita dan pendapat atau pengalaman. Kaum perempuan di PAM tidak hanya bisa mengurus dapur dan pekerjaan rumah tangga saja, tetapi kaum perempuan berperan penting dalam ekonomi keluarga dengan membuat kerajinan tangan dan produk lain yang bisa dijual.

 

Untuk teman-teman Stube HEMAT di Raja Ampat, khususnya perempuan, jangan melihat, dengar lalu diam saja, tetapi apa yang sudah didapatkan dan pelajari bersama, harus dilakukan dan sebarkan ke orang lain di Raja Ampat dan sekitarnya agar kaum perempuan bisa berkarya, mandiri dan berperan penting dalam menolong ekonomi keluarga. Kami kaum perempuan, kitorang bisa!***

 

  Bagikan artikel ini

Mengungkap Peran Perempuan di Raja Ampat

pada hari Senin, 28 Februari 2022
oleh Trustha Rembaka

Sosialisasi program Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat dan Diskusi Gender

 

Oleh Trustha Rembaka

 

 

Memasuki 2022 memberikan harapan baru dalam gerakan pemberdayaan anak muda yang dilakukan oleh Stube HEMAT melalui Multiplikasi Stube HEMAT di Raja Ampat. Anak muda dan mahasiswa aktivis Stube HEMAT di Raja Ampat mulai mengambil peran secara bertahap, tidak hanya sebagai peserta tetapi juga mengelola kegiatan. Kegiatan pertama di tahun 2022 adalah sosialisasi Stube HEMAT dan diskusi Gender (28/2/2022) dengan melibatkan mahasiswa dan aktivis Stube HEMAT di Raja Ampat bersama mahasiswa Raja Ampat yang kuliah di Kampus Universitas Pendidikan Muhammadiyah, kabupaten Sorong-Papua Barat.

 

 

Pemberdayaan perempuan di Raja Ampat, Papua Barat memiliki tujuan 1) mahasiswa belajar, berdiskusi untuk memahami arti gender sebenarnya. 2) mahasiswa dan anak muda dapat memperlakukan setara antara laki-laki dan perempuan, dan 3) mahasiswa belajar dari tokoh-tokoh perempuan yang menjadi inspirasi bagi mereka.

 

 

Berkaitan pemberdayaan perempuan, ada Indeks Ketidaksetaraan Gender sebagai ukuran komposisi yang mencerminkan ketidaksetaraan dalam pencapaian antara perempuan dan laki-laki yang ditunjukkan dalam beberapa indikator, antara lain kesehatan reproduksi, pemberdayaan dan pasar tenaga kerja, keterlibatan perempuan di parlemen dan kesempatan mendapatkan pendidikan. Indeks Ketimpangan Gender Indonesia (Gender Inequality Index) menurut data yang dirilis United Nation Development Programme (UNDP) dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan Singapura terendah dan Indonesia mendapat poin tertinggi, artinya ketimpangan gender di Indonesia paling tinggi se-ASEAN, padahal kesetaraan gender menjadi ukuran penting dalam pembangunan manusia secara global dan nasional. Dari sini perlu ada upaya sungguh-sungguh berbagai pihak untuk mengejar ketertinggalan tersebut.

 

 

Kegiatan pengenalan Stube HEMAT di Raja Ampat dan diskusi tentang Gender diikuti belasan anak muda dan mahasiswa. Jumlah ini memang sedikit dibanding jumlah mahasiswa di Raja Ampat dan sekitarnya namun tidak menyurutkan semangat dan kemauan mereka untuk belajar hal baru dan mengungkap realita tentang ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan di Papua Barat. Pdt. Eirene Grace Nanuru, S.Th, sebagai Multiplikator Stube HEMAT di Raja Ampat mengungkapkan “Kegiatan ini sebagai pembukaan di tahun 2022 dan kita mengawali dengan doa permohonan agar setiap program Stube HEMAT di Indonesia dan Raja Ampat khususnya bisa menjadi berkat dan kemajuan daerah Raja Ampat.” Selanjutnya ia memperkenalkan Stube HEMAT dan pelayanannya kepada para mahasiswa yang baru bergabung. Sesi berikutnya Pdt. Grace mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa tentang seberapa tahu tentang gender dan artinya. Ternyata hampir semua mahasiswa belum mengenal istilah gender, bahkan ada yang tidak pernah mendengarnya. Ini menjadi titik pijak Multiplikator untuk memaparkan istilah gender di kalangan mahasiswa. Selanjutnya, masing-masing peserta menceritakan bagaimana perempuan berperan di kampung masing-masing.

 

 

 

 

Salah satu pengalaman terungkap bahwa perempuan belum berperan secara penting misal sebagai pemimpin atau pengambil keputusan, seperti yang terungkap dari Adel, salah satu peserta, kaum perempuan di kampung selama ini tidak ada yang berperan sebagai kepala kampung, biasanya mereka sebagai sekretaris atau pelaksana saja, kaum perempuan yang menjadi pemimpin adalah mereka yang menjadi pendeta saja di kampung Tenanan, kalau aktivitas perempuan di kampung biasanya ibu-ibu aktif di PKK dengan membuat keterampilan atau kerajinan tangan berupa bunga, senat atau tikar dari daun gabah atau daun pandan.

 

 

Dalam diskusi ini Multiplikator juga mempromosikan kegiatan lanjutan untuk mendalami peran dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya perempuan di Raja Ampat melalui eksposur atau kunjungan belajar ke Raja Ampat.

Ini saat yang baik untuk memulai, generasi muda raja Ampat menjadi generasi yang berperan setara antara laki-laki dan perempuan untuk kemajuan Raja Ampat dan Indonesia. Pasti bisa!


  Bagikan artikel ini