Sadar Bencana Alam & Bencana Sosial

pada hari Kamis, 21 April 2022
oleh Kresensia Risna Efrieno
Oleh: Kresensia Risna Efrieno          

 

Selain untuk mendapatkan pengetahuan, belajar juga untuk mencari nilai-nilai kebaikan dari setiap ilmu yang digeluti. Hakekat belajar adalah proses mengubah pola pikir. Namun apakah proses itu hanya sampai disitu? Proses belajar dengan mengalami dan merasakan langsung akan memberi dampak lebih dalam, karena selain mempelajari teori secara kognitif, seseorang sekaligus merasakan apa yang menjadi bagian dari proses pembelajaran tersebut. Ibarat seorang pilottidak hanya mengetahui teori penerbangan, tetapi juga masuk ke dalam pesawat dan menerbangkannya.

 

 

Proses belajar seperti ini, saya temukan di Stube HEMAT Yogyakarta, sebuah lembaga pengembangan Sumber Daya Manusia, khususnya mahasiswa di Yogyakarta, bahkan tidak saya temukan di kampus atau di kuliah saya. Stube HEMAT menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk menemukan pengetahuan serta pengalaman baru, misalnya mahasiswa Teologi mendapatkan kesempatan belajar kesehatan atau mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan mendapatkan bekal tambahan tentang bagaimana mengelola lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia.

 

 

Saya mahasiswa Ilmu Komunikasi asal Manggarai, NTT mendapat kesempatan berharga untuk membagikan materi tentang mapping dan manajemen bencana bagi para mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu dalam pelatihan Stube HEMAT di Bengkulu tentang Perubahan Iklim dan Kelangsungan Hidup (Sabtu, 9/4/2022). Di satu sisi, saya membagikan apa yang telah saya pelajari di Stube HEMAT Yogyakarta, di sisi lain saya mempraktekkan ilmu komunikasi. Bagi mahasiswa Teologi, topik kebencanaan adalah hal baru, tetapi penting untuk mengenal dan memetakan potensi-potensi bencana yang bisa terjadi. Terlebih nantinya para mahasiswa ini akan menjadi pelayan umat. Sebagian besar mengatakan bahwa diri sendiri harus menjadi teladan bagi orang lain. Saya juga menyaksikan kedisiplinan mahasiswa STTAB menjaga kebersihan asrama mereka, bahkan mereka saling akrab dan harmonis menjalin kehidupan meskipun berasal dari daerah berbeda.

 

 

Saya juga belajar tentang Bengkulu, kota bersejarah yang dikenal sebagai kota pengasingan Bung Karno (presiden pertama Republik Indonesia) dan memiliki destinasi wisata benteng Marlborough dan pantai Panjang dengan hamparan pasir hitamnya. Meski cuaca panas dan kering, pantai ini memiliki sunset yang indah. Bengkulu tak lepas dari isu sosial yang marak terjadi. Hal ini terungkap dalam dialog bersama beberapa mahasiswa Universitas Negeri Bengkulu adanya nikah muda, hamil di luar nikah, bahkan korban selingkuh terjadi di desa mereka. Fenomena ini sering terjadi dan mulai dianggap biasa oleh masyarakat. Perbincangan ini menghasilkan gagasan bagaimana seharusnya masyarakat dan pemangku kepentingan bertindak dan apa yang bisa dilakukan oleh mahasiswa menyikapi realita tersebut, meskipun diakui bahwa tidak mudah menyadarkan masyarakat setempat.

 

 

Harapannya dengan hadirnya program Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu, anak muda dan mahasiswa di Bengkulu menemukan pencerahan dan terobosan untuk menyadari realita yang terjadi di sekitar mereka dan mampu merumuskan apa yang harus mereka lakukan untuk membawa perubahan baik.

Ya, perjalanan ini adalah bagian dari belajar, yang mana belajar adalah proses menemukan sesuatu yang baru dan menjadi pengalaman. Sama halnya perjalanan ke Bengkulu, ini menjadi proses saling belajar, saya membagikan apa yang telah dipelajari, sekaligus menemukan hal-hal baru tentang Bengkulu yang memperkaya wawasan dan mendewasakan.***


  Bagikan artikel ini

Waspada Bencana dan Bertahan Hidup

pada hari Senin, 18 April 2022
oleh Reginia
Oleh Reginia.          

 

Masih segar di ingatan kita tentang bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Bengkulu pada tahun 2019. Salah satu faktor pemicunya adalah perubahan iklim yang ekstrim.  Bencana alam memang merugikan banyak pihak. Dari data per 29/04/2019 yang diperoleh, korban bencana tercatat 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, 2 orang luka berat, dan 2 orang luka ringan terang Sutopo Purwo Nugroho yang saat itu menjabat kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Lebih rinci Sutopo mengatakan bahwa korban terbanyak terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah yaitu 22 orang meninggal. Korban meninggal akibat tanah longsor yang terjadi di kaki Gunung Bungkuk Kabupaten Bengkulu Tengah. Sementara korban meninggal lainnya terdapat di Kabupaten Kepahiang sebanyak 3 orang, Kabupaten Lebong 1 orang dan Kota Bengkulu 3 orang.

 

 

Bengkulu Tengah menjadi daerah yang paling terdampak bencana alam ini. Hal ini terjadi karena letak geografis dan struktur tanah yang rentan longsor serta banyaknya anak sungai yang dimiliki daerah ini. Melihat permasalahan tersebut Stube HEMAT di Bengkulu menghadirkan seorang pelatih selam dan perenang profesional yaitu, Huanius Jastino tresavaldo, alumni Universitas Bengkulu jurusan kelautan (17/04/2022).

 

 

Pelatihan ini penting sebagai usaha membekali mahasiswa peserta memberikan pertolongan korban tenggelam. Narasumber memberikan materi terlebih dahulu sebelum para peserta diajak praktek di salah satu kolam renang di daerah Bengkulu kota. Dalam pemaparannya narasumber memberikan penjelasan bahwa perairan terbagi atas tiga yaitu laut, sungai dan danau/kolam. Masing-masing perairan ini memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam proses penyelamatan korban tenggelam.

 

 

Saat dalam posisi menjadi korban hampir tenggelam maka yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan tidak panik,  karena kepanikan akan membuat tubuh semakin tenggelam. Jika tidak bisa berenang maka biarkan kaki menginjak dasar dan melompat kepermukaan dengan tumpuan kaki. Hal ini dilakukan terus menerus, namun jika itupun masih terasa sulit, narasumber menyarankan peserta untuk berusaha mengambang di air dan membuat pelampung dari celana atau baju yang dikenakan.

Hal yang harus digarisbawahi ketika menolong orang tenggelam adalah menyelamatkan nyawa, jadi jika tidak mahir berenang maka lebih baik mencari pertolongan, jangan membahayakan nyawa sendiri. Selanjutnya pastikan bahwa orang yang tenggelam tersebut tidak dalam keadaan panik, karena ketika panik korban secara reflek menendang yang akan menenggelamkan si penolong. Beritahu korban untuk tetap tenang dan percaya kepada si penolong. Bawa korban dengan posisi mengkalungkan tangan ke leher korban dari belakang. Hindari menarik korban dengan berhadapan muka karena korban bisa menyulitkan si penolong  berenang. Bawa korban ke tepi. Jika korban minum banyak air maka perlu diingat jangan menyuruh korban duduk atau memposisikan kaki lebih tinggi dari kepala, namun baringkan korban, letakkan satu tangan korban di dada dan miringkan tubuhnya, maka dengan sendirinya air akan keluar dari mulut.

Kegiatan ini berjalan sangat menyenangkan karena peserta mendapatkan banyak hal baru, dan pelatih mengajarkan berbagai gaya renang. Informasi dan pengetahuan ini sangat bermanfaat saat kondisi banjir atau tenggelam. Salam dan semangat bertahan hidup. (RGA) ***

 

 


  Bagikan artikel ini

Perilaku Kita dan Perubahan Iklim

pada hari Minggu, 10 April 2022
oleh Efrasya Brigita Tasilipet
Oleh: Efrasya Brigita Tasilipet

 

Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu.         

 

 

Apabila kita rasakan dan cermati, bumi ini semakin panas bukan? Hal ini dikarenakan iklim yang sudah berubah. Perubahan iklim ialah perubahan biologis dan fisik yang mengakibatkan suatu fenomena alam. Suhu bumi yang semakin meningkat diakibatkan faktor seperti efek rumah kaca, karena emisi yang dilepaskan dari bumi tertahan di atmosfer sehingga panas bumi naik. Hal ini mengakibatkan kemarau panjang, mencairnya gunung es di kutub, dan akan menimbulkan banyak permasalahan bagi manusia, khususnya di bidang pekerjaan petani berkaitan dengan penyediaan air untuk lahan pertanian, yang pada akhirnya mengancam sumber pangan manusia.

 

 

Pentingnya pemahaman akan permasalahan ini, Program Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu membuat forum diskusi dengan tema, Perubahan iklim dan kelangsungan hidup di Bengkulu”dengan sub tema “Perilaku kita dan perubahan iklim” (09/04/2022). Pada diskusi kali ini, Ariani Narwastujati, S.Pd., S.S., M.Pd, Direktur Eksekutif Stube-HEMAT di Indonesia berkesempatan datang dari Yogyakarta, sebagai narasumber. Ada 22 mahasiswa  Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB) mengikuti diskusi ini dengan antusias.

 

 

Perilaku manusia menjadi faktor yang berkontribusi besar atas perubahan iklim. Pemakaian alat transportasi yang masif, pendingin ruangan (AC), emisi dari industri, penebangan hutan tanpa diikuti penanaman pohon kembali secara memadai, memicu peningkatan suhu panas bumi. Pada intinya, karena pelepasan CO2 dan gas-gas lain secara besar-besaran ke atmosfer, membuat suhu bumi naik secara signifikan. Selanjutnya narasumber menjelaskan ozon sebagai lapisan pelindung bumi dari radiasi sinar Ultraviolet (UV) dari matahari, sehingga bumi tidak menerima panas berlebihan dari sinar UV matahari. Untuk itu perlu menjaga lapisan ozon, seperti dengan banyak menanam pepohonan yang membantu menyerap CO2 dan melepas O2, bersepeda untuk jarak-jarak yang terjangkau, rekonstruksi bangunan rumah sehingga tidak perlu pendingin ruangan. Disadari atau tidak, perilaku manusia akan mempengaruhi pemanasan bumi dan perubahan iklim.

 

 

Saya mendapatkan pengetahuan baru tentang perubahan iklim dalam diskusi ini. Sebagai mahasiswa teologi saya tergerak melakukan kegiatan untuk mencerahkan orang-orang di sekitar saya, supaya mereka juga bisa belajar untuk mencintai alam sekitar dan melindunginya dengan baik. Terimakasih Tim Stube HEMAT atas pencerahannya. Mahasiswa dicerahkan untuk mencerahkan. ***

 

 

 

 


  Bagikan artikel ini

Bercakap Bersama Stube HEMAT Yogyakarta

pada hari Sabtu, 9 April 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu
Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu          

 

Kesempatan  baik  bagi rekan-rekan di wilayah Bengkulu Tengah, karena dapat berjumpa dengan Tim dari stube Hemat Yogyakarta (Sabtu, 8/04/2022) yakni Ariani Narwastujati (direktur eksekutif)Pdt. Bambang Sumbodo (pengurus) dan Isna (mahasiswa-tim kerja).

 

 

Beberapa topik yang dibicarakan diantaranya berkaitan dengan tema-tema pertemuan Stube beberapa bulan terakhir, khususnya mengenai Kekerasan Seksual’ terhadap perempuan dan anak.  Pertemuan ini membuka wawasan karena terjadi diskusi mendalam dan saling berbagi pengalaman dan informasi mengenai kasus kekerasan dan pelecehan khususnya yang terjadi di wilayah BengkuluSangat memprihatinkan bahwa kasus kekerasan dan pelecehan masih marak terjadi. Dari diskusi ini terobosan-terobosan baru diperoleh baik itu metode, antisipasi, visi dan komitmen untuk meminimalisir kasus dan permasalahan.

 

 

Empat mahasiswa Bengkulu Tengah yang hadir memberikan pendapat atas pengalaman mereka mengikuti program Stube HEMAT. Tenti mengatakan, “Menurut saya, Stube HEMAT bagus dikembangkan di Bengkulu karena kegiatan ini bermanfaat untuk masyarakat, khususnya kalangan mudaSetelah saya mengikuti kegiatannya, banyak pengalaman yang saya dapatkan seperti materi tentang desa berkelanjutan atau pun kekerasan seksual. Semoga Stube HEMATt bisa lebih dikenal di Bengkulu agar banyak anak muda belajar isu-isu sosial yang terjadi di sekitar”.

 

 

Fenti, mahasiswa jurusan ekonomi menyampaikan, ”Bersama pengurus Stube dari Yogyakarta, banyak hal menarik yang dibicarakan seperti perbandingan kehidupan dan masalah-masalah yang menjadi perhatian dalam masyarakat. Percakapan ini mengajarkan kepada saya bahwa peduli terhadap masyarakat di lingkungan sendiri merupakan hal yang sangat penting. Kembali ke daerah asal adalah hal yang penting untuk bisa membagikan ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan. Semoga ada kesempatan lain lagi untuk bisa berdiskusi dengan tim dari Yogyakarta.”

Sintia, mahasiswa Universitas Negri Bengkulu berkomentar, “Pertemuan meskipun singkat dengan tim Stube hemat dari Yogyakarta memberi wawasan baru yang dapat diterapkan di Bengkulu, khususnya  Bengkulu Tengah. Daerah ini perlu perhatian dari segala aspek dan membutuhkan kehadiran orang-orang muda yang ingin bergerak memalui sebuah wadah dan Stube HEMAT merupakan wadah yang bagus untuk melakukan pergerakan.

Selain itu topik tentang anak dan perkembangannya menjadi topik yang sesuai kebutuhan di Bengkulu karena kenakalan remaja, kekerasan kepada anak dan perempuan tergolong sering terjadi, dan Stube HEMAT memiliki topik ini untuk memberi pemahaman dan wawasan yang benar. Rangga, mahasiswa jurusan kesehatan menyatakan, “Mengikuti diskusi kecil dengan Stube HEMAT memantik dan memotivasi saya untuk bergerak menyampaikan hal-hal baik kepada masyarakat.”

Dari Bengkulu Tengah ada harapan bahwa komunikasi yang sudah berjalan dan terjalin boleh terus terpelihara dan program Stube HEMAT terus memberikan kesempatan anak muda memperoleh ilmu dan wawasan yang selanjutnya bisa dikembalikan dan dikembangkan untuk masyarakat. (RGA).

 

 


  Bagikan artikel ini

Peduli Lingkungan, Waspada Global Warming

pada hari Senin, 4 April 2022
oleh Peemi Guswita Zaluchu

Oleh: Peemi Guswita Zaluchu    

 

Mahasiswa  Semester VI, Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu         

 

 

Kegiatan Stube HEMAT Bengkulu bertema “Iklim dan Lingkungan” dengan sub tema, “iklim dan dampaknya bagi lingkungan Bengkulu” dilaksanakan di Aula Akademik STTAB dengan narasumber Andreas Wahyu Permadi, S.Tr., MP (Sabtu 02/04/2022). Ada beberapa catatan dalam kegiatan ini, yaitu.

 

 

Peserta memahami tentang cuaca yang merupakan keadaan fisik atmosfer yang dapat berubah dalam jangka waktu pendek, sementara iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam suatu daerah dengan kurun waktu panjang. Sebagai contoh, hari ini Bengkulu sangat cerah sedangkan kemarin turun hujan (cuaca), contoh iklim “pada tahun ini kemarau cukup panjang”. Perubahan iklim merupakan perubahan kondisi fisik atmosfer antara lain perubahan suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas bagi kehidupan manusia seperti kemarau yang berkepanjangan, hujan yang tak henti-henti, longsor dan lain sebagainya. Suka atau tidak perubahan iklim pasti akan terjadi. Dampak dari perubahan iklim yaitu, para petani gagal panen, kebakaran hutan, curah hujan yang lebat mengakibatkan banjir, dan dampaknya pada kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan dsb. Hal ini juga terlihat di Bengkulu saat ini, seperti petani gagal panen, naiknya suhu udara di daerah Kepahiang yang terkenal paling sejuk di Bengkulu, atau fenomena hujan es di Bengkulu Utara.

 

 

Tindakan apa yang harus dilakukan sebagai upaya mengurangi dampak negatif ketika bencana datang? Kemampuan adaptasi diperlukan untuk mengurangi dampak negatif, juga pemanfaatan informasi iklim dan cuaca sebagai usaha-usaha optimalisasi pengurangan resiko bencana, meningkatkan ketahanan tubuh dengan olah raga, makan makanan sehat, membangun infrastruktur dengan menyesuaikan resiko dampak perubahan iklim, atau memperbaiki pengelolaaan air. Usaha mitigasi merupakan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari bencana dan hal ini dapat dikelola, sehingga apabila bencana terjadi maka sudah siap. Usaha mitigasi bisa berupa menanam pohon, hemat air, hemat energi, menggunakan sumber energi ramah lingkungan, mengelola sampah, dan penanaman di halaman rumah.

 

 

Setelah pemateri menyampaikan pembahasan, ada pertanyaan dari dosen pendamping,  Made Nopen yang menyoal mengapa Bengkulu kota kekurangan angin sedangkan di kampung tidak demikian. Narasumber menjawab bahwa kurangnya angin sejuk di kota Bengkulu karena beberapa faktor seperti sedikitnya jumlah pohon dibandingkan rumah, dekat pesisir pantai karena panas yang dihasilkan akan terpantul, hingga di permukaan laut, sehingga suhunya jauh lebih tingi atau panas. Hal penting yang harus dilakukan adalah mengurangi mobil pribadi, dan meminimalisir polusi, walau dipandang remeh namun membawa dampak baik bagi semuanya.

 

 

Pada akhir penyampaian materi, narasumber memberi penegasan bahwa perubahan iklim tidak dapat dihindari namun bisa diminimalisir dampak negatifnya. Sebenarnya dunia tidak kekurangan orang-orang pintar, tetapi kekurangan orang-orang yang peduli lingkungan. Jadi bagi yang telah mengetahui bahaya dampak perubahan iklim, mari jaga lingkungan dan alam agar tetap bersih dan seimbang dengan membuang sampah pada tempatnya, memanfaatkan kembali barang daur ulang, menanam pohon di pekarangan rumah dan tetap peduli lingkungan. ***

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2023 (11)
 2022 (20)
 2021 (21)
 2020 (19)
 2019 (8)
 2018 (9)
 2017 (17)

Total: 105