Perempuan dan Laki-laki, Setara?

pada hari Kamis, 7 Juni 2018
oleh adminstube
Perempuan dan Laki-laki, Setara?
 
Kasus berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan marak terjadi di Indonesia. Ini menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian serius bangsa ini. Ketidaksetaraan terhadap perempuan terjadi di berbagai aspek seperti kesempatan menyampaikan pendapat, partisipasi di organisasi kemasyarakatan dan layanan publik. Hal ini menjadi tanggung jawab berbagai pihak agar bergotong-royong berjuang melawan ketidaksetaraan gender.

Saat ini masyarakat Indonesia, khususnya perempuan, sedang gencar-gencarnya memperjuangkan hak perempuan agar setara dengan laki-laki. Ada pun hal yang dilakukan seperti aksi demonstrasi, pertunjukan seni serta menulis hal-hal yang berkaitan dengan perempuan. Hal ini biasa dikenal dengan kesetaraan gender yang berarti suatu keadaan di mana adanya posisi, perlakuan dan peran yang adil dan seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat. Kesetaraan gender di Indonesia belum sepenuhnya terwujud karena berbagai penyebab, seperti kurangnya pengetahuan tentang kesetaraan gender, asumsi masyarakat yang berkembang bahwa perempuan lemah, masih kuatnya patriarkhi dan rendahnya partisipasi perempuan dalam sektor-sektor publik.
 
Sebuah contoh konkret yang terjadi dalam bidang politik di mana kaum laki-laki masih dominan, dengan data dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) dalam Pilkada serentak 2017  terdapat sedikitnya 7,17%  keterlibatan perempuan dari total 614 calon kepala daerah dari seluruh Indonesia (perludem.org). Padahal tidak sedikit perempuan yang berpotensi besar dalam menyumbangkan pemikirannya untuk bangsa dan negara, ditandai dengan peran guru perempuan yang ‘melahirkan’ orang-orang hebat.

 
Di Sumba, salah satu pulau di propinsi Nusa Tenggara Timur juga terjadi ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki, seperti kesempatan untuk menempuh studi sampai perguruan tinggi di mana anak laki-laki mendapat kesempatan lebih besar daripada anak perempuan, dalam pertemuan untuk mengambil keputusan kaum laki-laki cenderung lebih dominan dalam berpendapat, dan di beberapa situasi lainnya. Ini artinya perjuangan mewujudkan kesetaraan gender masih harus menempuh perjalanan panjang dan membutuhkan partisipasi berbagai pihak sehingga tantangan ketidaksetaraan gender bisa diatasi.
 
Peran Gereja, gereja termasuk bagian yang penting untuk mewujudkan kesetaraan gender. Pemimpin gereja dalam pelayanan gereja harus memasukkan proses penyadaran kepada umat tentang pentingnya peran perempuan yang bisa diwujudkan dalam pengambilan keputusan, pelayanan dan aktivitas yang berguna bagi gereja dan masyarakat.
 
Peran Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, pemerintah perlu memberikan perhatian dan keberpihakan kepada perempuan, melalui diskusi pemberdayaan perempuan yang melibatkan masyarakat dan memunculkan pemahaman baru tentang patriarki yang menganggap bahwa lelaki adalah kaum superior. Selain itu, mengurangi stigma yang terlanjur berkembang di masyarakat bahwa perempuan sebagai makhluk tak berdaya serta ’penghuni dapur’.
 
Peran Keluarga, tak kalah penting karena keluarga sangat dibutuhkan dalam mendidik anak tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, karena perilaku yang muncul di tengah-tengah masyarakat adalah cerminan yangterjadi di dalam keluarga.
 
Akhirnya, jika engkau peduli pada dirimu, ibumu, perempuanmu dan perempuanku, mari bersama berjuang mewujudkan kesetaraan gender di Sumba dan di negeri tercinta ini. (Antonia Maria Oy).

 

 

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua