Menggagas Kuliner Babi di Sumba Timur

pada hari Senin, 8 Agustus 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan          

 

Daerah wisata tidak akan lepas dari kuliner khas daerah itu karena sajian kuliner menjadi bagian yang tak terpisahkan dan menjadi ‘pengingat’ bagi wisatawan yang pernah berkunjung ke tempat itu. Sumba Timur dan Waingapu khususnya, merupakan daerah dengan aneka ragam daya tarik wisatanyasehingga perlu membidik peluang wisata kuliner dengan bahan pangan khas Sumba Timur. Kuliner dengan bahan dasar daging babi, ikan laut, jagung maupun olahan khas lainnya bisa diangkat membidik peluang tersebut.

Pemikiran ini menjadi langkah lanjut program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba untuk peternakan babi menuju kemandirian peternak babi dan pemberdayaan masyarakat. Peternak babi tidak hanya membudidayakan ternak tetapi juga mengembangkan diri dan membangun jaringan untuk mengolah daging babi siap konsumsi atau kuliner berbasis daging babi. Selanjutnya, Apriyanto Hangga (Multiplikator Stube HEMAT di Sumba) bersama 24 persertayang terdiri dari mahasiswa Unkriswina, STT GKS, Pemuda Gereja dan peternak babi, mengadakan diskusi dan pemetaan peluang peternakan babi, manajemen pemasaran dan strategi usaha kuliner daging babi (Minggu, 7 Agustus 2022).

 

 

Narasumber diskusi saat ini adalah Yessi Tamu Ina, S.Pt., M.Si dan Apriyanto Hangga (Multiplikator Stube HEMAT di Sumba). Setiap usaha bisnis membutuhkan manajemen pemasaran, yang menjadi syarat penting perintisan usaha, supayausaha bisnis bisa berjalan baik dan mendatangkan keuntungan. Narasumber mengungkap beberapa hal penting untuk merintis usaha kuliner, antara lain: 1) Cermat membaca peluang saat ini maupun ke depannya, agar tepat memilih kegiatan usaha yang akan dijalankan dan berkesinambungan. 2) Mengenali pangsa pasar, untuk memetakan calon konsumen dan apa yang menjadi kebutuhan pasar, sehingga yang disediakan itu menjawab kebutuhan pasar. 3) Ketersediaan bahan dasar, menjadi modal dasar keberlanjutan dari usaha, apakah tersedia, mudah didapatkan, harga stabil untuk mengantisipasi kendala ketersediaan bahan ke depannya. 4) Promosi atau pemasaran, memanfaatkan beragam cara baik secara langsung maupun memanfaatkan media sehingga konsumen mengenal produk yang dihasilkan. 5) Ketepatan waktu, menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan konsumen ketika order dan menyelesaikan order, atau berkaitan dengan pengiriman produk ke konsumen. 6) Kemasan produk,memegang kunci kesan pertama di mata konsumen, jika kemasan menarik dan unik akan menjadi daya tarik tersendiri. 7) Ketepatan isi, antara label dalam kemasan produk sesuai dengan isi maupun konten yang ada, jangan sampai promosi berbeda dengan produknya. 8) Penentuan harga, perlu dipikirkan dengan cermat mengantisipasi perubahan harga yang berulang kali dan harga harus menyesuaikan pangsa pasar dan daya beli. 9) Nilai lebih atau keunikan produk, menjadi nilai tambah, ketika produk yang dihasilkan memiliki ciri khas atau nilai lebih yang membedakan dengan produk lainnya.

 

 

 

Merujuk pada kuliner berbahan dasar daging babi, ada beberapa alternatif makanan, seperti sei babi, sate babi, sop babi, tabu, kerupuk kulit babi, atau roti isi daging babi. Beberapa hal yang harus dicermati, yaitu, daging yang bersih dan sehat, jelas asal-usul daging babi, tempat dan alat masak yang higienis, paham cara pengolahannya, awali dengan jumlah yang kecil, pemasaran ke orang-orang terdekat, tentukan harga yang terjangkau dan memiliki cita rasa yang khas.

Dari titik ini para peserta menyepakati untuk praktek mengolah daging babi dan memasarkannya. Harapannya peternakan babi di Sumba Timur menjadi ekosistem baru dalam budidaya ternak, penyediaan bibit sampai pada pengolahan daging babi yang membawa manfaat untuk masyarakat.***

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua