Maju Bersama Rumah Tenun Tanatuku

pada hari Kamis, 20 Oktober 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Pemberdayaan Perempuan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba – Pemberdayaan Perempuan.          

 

Masyarakat di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur mengandalkan hidup dari kegiatan bertani atau beternak, selain itu menenun kain adalah mata pencaharian yang tak kalah penting. Di beberapa daerah di Sumba Timur, membuat kain tenun ikat sudah menyatu dengan kesibukan sehari-hari, khususnya kaum perempuan di sela-sela kesibukan mengurus rumah tangga dan membantu suami bekerja di ladang. Khususnya para pemuda dan kaum perempuan yang tergabung dalam kelompok tenun Kawara Panamung, dalam dua tahun terakhir ini tidak lagi hanya memiliki kegiatan di rumah mengurus rumah tangga dan berkebun, namun juga sibuk menekuni tenun ikat. Bermula dari Program Multipilkasi Stube HEMAT di Sumba dengan kegiatan pemberdayaan perempuan di desa Tanatuku, Kecamatan Nggaha Ori Angu. Jika dulu desa ini tidak ada penenun, melalui program ini, Tanatuku sudah memiliki dua puluhan perempuan yang menekuni tenun.

 

Pendeta Dr. Tumpal M.P.L Tobing, Mag. Theol, salah satu Pembina Lembaga Stube HEMAT Indonesia bersama Dema Mathias, seorang pengembang IT, berkesempatan mengunjungi kelompok tenun Kawara Panamung di Tanatuku (Rabu, 19 Oktober 2022). Ini menjadi kesempatan berharga dan bersejarah bagi para peserta kelompok tenun dan menyambut dengan memberikan selempang selendang tenun diiringi tarian anak-anak sekolah minggu dan kayaka-kakalak (salam selamat datang) oleh ibu-ibu sambil berjalan bersama menuju rumah tenun.

 

 

Setelah tiba di rumah tenun, Alfin Lestari pembawa acara menyapa para peserta yang hadir dan kegiatan dibuka dengan doa, dilanjutkan sambutan Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd, multiplikator Stube HEMAT di Sumba. Elisabeth menceritakan pengalaman dan dinamika berproses bersama peserta kelompok tenun. Dalam sambutannya, Pdt. Tumpal sangat bersyukur bisa hadir dan bertemu langsung dengan para perempuan penenun di tempat ini. Beliau mengapresiasi semangat ibu-ibu di Tanatuku untuk berada dalam satu kesatuan maju bersama dan tidak menyangka dampak dari program Stube HEMAT sangat besar. Pada kesempatan itu juga diceritakan bagaimana sejarah lembaga Stube HEMAT dibawa dari Jerman ke Indonesia dan betapa penyertaan Tuhan begitu nyata hingga saat ini. Salah seorang peserta bernama Katrina Pindi Njola ditanya mengapa mau belajar tenun. Ia tegas menjawab, “Saya penasaran dan mau tahu bagaimana proses pembuatan tenun.” Sementara seorang peserta lain Bernama Debi Hada Inda menambahkan, “Saya mau belajar dan mau mendapat penghasilan dari tenun.” Pdt. Tumpal kembali memotivasi peserta kelompok agar selalu bersemangat dan terus berdaya juga berkarya bersama.

 

 

Kepada peserta, Dema Mathias menyampaikan bagaimana pentingnya peran media dalam kehidupan  saat ini. “Saya melihat wajah ibu-ibu di sini seperti tidak asing lagi, karena saya sering melihat aktivitas ibu-ibu ketika Elisabeth upload ke media seperti Facebook dan YouTube. Sehingga terlihat jelas dampak dan manfaat media. Walaupun kami tinggal di Jakarta tetapi bisa memantau dan mengetahui aktifitas teman-teman di sini melalui media. Oleh sebab itu gunakan dan manfaatkan media sebaik mungkin untuk mempromosikan kegiatan agar diketahui oleh banyak pihak”, tambahnya. Karena sejak rumah tenun dibangun, baru saat ini digunakan, Elisabeth meminta Pendeta Tumpal mendoakan rumah tenun agar menjadi rumah yang memberikan keteduhan, kenyamanan bagi yang menggunakannya, juga sekaligus tempat perjuangan kaum perempuan untuk maju. Dari rumah tenun inilah kaum perempuan khususnya di Tanatuku belajar mencintai budayanya sekaligus mengenal dunia. Majulah kaum perempuan! (EUN) ***

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua