Produksi Sayuran dari Rumah

pada hari Sabtu, 30 Mei 2020
oleh Yohanes Dian Alpasa, S.Si.
 
Bulan Mei 2020 adalah bulan ke dua darurat wabah Covid-19 ditetapkan di Indonesia. Situasi ekonomi lesu, semua mata tertuju pada upaya penanganan dan pencegahan pandemik, sehingga anggaran dan sumbangan pun diarahkan ke usaha penanganan.
 
Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu pun merasakan keprihatinan atas situasi ini dan berdoa agar pandemi segera berlalu dan aktivitas boleh kembali normal secepatnya. Beberapa referensi berita baik dalam dan luar negeri, multiplikator menangkap tanda bahwa pandemi global mempengaruhi produksi pangan dunia dan hal ini perlu direspon secara cerdas.
 
 
Mayoritas produk pangan yang masuk dapur kita dipasok dari impor. Gula, beras, kedelai untuk tempe, tahu, kecap, semuanya diimpor. Produksi dalam negeri rupanya selama ini belum mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia, dan itu beresiko karena kondisi rentan yang mudah sekali dijatuhkan. Brazil misalnya, telah berhasil keluar dari impor minyak karena sebagian tebu diolah menjadi bahan baku ethanol. Jerman mengurangi ketergantungan akan gandum dengan mengajarkan warganya mengonsumsi dan menanam kentang. Indonesia juga mengkampanyekan sumber karbohidrat dari umbi-umbian selain beras padi.
 
Kemandirian pangan ditopang oleh kemandirian pupuk, benih, dan pasar. Kita tidak sedang berbicara hal-hal besar mencakup satu bangsa atau satu daerah. Kemandirian harus dimulai dari rumah kita tinggal. Persiapan program kemandirian pangan di rumah telah dipersiapkan sejak awal tahun 2020. Sekretariat Program Multiplikasi Bengkulu telah memproduksi benih mandiri dan dapat diminta secara gratis bila ingin menanam.
 
Benih-benih yang tersedia di sekretariat yakni sawi, cabai, terong, ubi sayur, kelapa, kemangi, lumai, kayu manis, salam, jahe, kopi, pokak, kencur, kacang gude, papaya, cipir, koro, dan pisang cebol. Bila tanaman mati atau gagal panen, polibek bisa dikembalikan ke sekretariat dan diganti dengan tanaman yang baru.

Adapun pemuda Bengkulu yang telah memulai menanam di rumah yang pertama adalah Bibit Hariadi. Awalnya dia sudah punya tanaman sendiri berupa ubi jalar, cabai, dan ubi sayur. Pada bulan Mei ini Multiplikator menyerahkan bibit sawi untuk ditanam sendiri. Bibit adalah ketua pemuda di Dusun VII dan beternak kambing sehingga tidak sulit memenuhi kebutuhan pupuk kompos. Yang kedua adalah Yohanes Suherman. Bibit cabai yang dibawa pada bulan Maret yang lalu tidak tumbuh sempurna, maka pada bulan Mei mulai menanam sawi dan dalam beberapa hari lagi akan panen. Yohanes Suherman telah aktif mendukung program multiplikasi sejak 2017. Yang ketiga, Marta Lita Viani menanam cabai dengan dikerudung sak semen. Pada tanaman yang lalu, ayam masuk lokasi dan menghancurkan bedengan cabai. Kali ini ia menanam ubi dan cabai dan dapat dipanen dalam dua bulan ke depan. Sementara multiplikator, Yohanes Dian Alpasa telah menanam cabai, ubi kayu, dan ubi sayur. Namun, selama program pangan rumahan ini berlangsung, multiplikator ingin menjaga agar pasokan benih tetap terjaga seperti cabai dan lumai. Saat ini benih terong minyak yang dikenal tahan hama sedang dikembangkan. Dengan cara tanam sendiri di rumah, multiplikator berharap separuh kebutuhan sayuran harian dapat terpenuhi. Program ini diharapkan dapat menjangkau lebih dari delapan pemuda Bengkulu sehingga dampaknya akan lebih terasa.
 
Program Multiplikasi Stube-HEMAT di Bengkulu berharap agar teman-teman pemuda tidak lesu, tetap semangat dalam berkreativitas, dan tidak kehilangan ketajaman intelektualitas. Mari menjadi garda tengah di masa pandemik. Terima kasih kepada teman-teman Stube-HEMAT di mana pun berada yang senantiasa memberi dukungan dan perhatian pada teman-teman Bengkulu. (YDA).
 

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2023 (11)
 2022 (20)
 2021 (21)
 2020 (19)
 2019 (8)
 2018 (9)
 2017 (17)

Total: 105