Perlu Kerja Keras Dan Kesadaran Mengelola Sumber Daya Alam di Bengkulu

pada hari Senin, 21 November 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu

Prog. Multiplikasi Stube HEMAT di Bengkulu          

 

Sebagaimana keprihatinan bersama atas pemanasan global yang terjadi dengan kenaikan suhu bumi sekitar 1,150 di tahun 2022, sangat tepatlah diskusi dan sharing kali ini bertopik Energi dan Lingkungan: Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (Minggu, 20/11/2022) dengan mahasiswa/i yang bergabung di Stube HEMAT di Bengkulu. Berpusat dengan permasalahan di Bengkulu maka sub-tema yang diangkat adalah ‘Pengelolaan Sumber Daya Alam yang efisien di kota Bengkulu’ dengan narasumber Iman Kristina Halawa, M.Th, salah seorang pengajar di Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB).

 

 

 

 

Dimulai dari mengumpulkan berbagai pertanyaan yang ada dalam benak peserta berkaitan dengan topik dan sub-tema di atas, narasumber menggali keingintahuan peserta atas topik diskusi. Pertanyaan-pertanyaan peserta mencakup: 1) Sejauh mana peran pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam yang efisien; 2) Apa faktor penyebab longsor dan banjir yang sering terjadi di Bengkulu; 3) Mengapa setiap ada kerugian karena bencana yang disalahkan pemerintah-apakah semuanya salah pemerintah; 4) Bagaimana mengatasi banjir yang sering terjadi di Bengkulu; 6) Meski hujan dalam intesitas rendah, sebagian jalan-jalan tergenang air, dan situasi ini merugikan masyarakat, termasuk salah pemerintah atau warga.

 

Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, narasumber mencoba mengurai permasalahan yang ada. Mengelola sumber daya alam dengan baik akan memberikan dampak yang baik bagi keberlangsungan kehidupan pertumbahan ekonomi masyarakat. Upaya yang bisa dilakukan adalah mengelola sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestarian hutan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara reboisasi hutan yang gundul akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Masalah lingkungan timbul sebagai akibat dari ulah manusia itu sendiri. Pemanfaatan sumber daya alam mau tidak mau akan menimbulkan perubahan ekosistem, dan itu akan mempengaruhi kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

 

 

Pemanfaatan sumber daya alam yang melebihi ambang batas daya dukung lahan dan tanpa memperhatikan aspek kelestarian lingkungan akan mendorong terjadinya erosi dan longsor, seperti yang banyak terjadi saat ini yang menyebabkan pendangkalan sungai dan terganggunya sistem hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Pembakaran hutan yang terjadi menyebabkan degradasi lahan, membumihanguskan habitat satwa, mengurangi keragaman hayati dan menghilangkan kesuburan tanah, rusaknya siklus hidrologi serta menimbulkan pemanasan global. Praktek ladang berpindah akan meningkatkan ancaman kerusakan hutan, karena umumnya masyarakat tidak memperhatikan aturan-aturan yang benar untuk menjaga kelestarian hutan dan melakukan aktivitas di ladang (Marison Guciano, 2009).

 

Pemaparan di atas berlanjut dalam diskusi peserta mengenai kondisi hutan yang mulai rusak, khususnya di Bengkulu. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena jelas mempengaruhi perubahan iklim. Salah satu akibat dari perubahan iklim saat ini adalah Bengkulu lebih sering diguyur hujan yang berakibat longsor, sementara banjir yang terjadi merusak fasilitas umum, rumah-rumah warga dan pasti mengganggu pertumbuhan ekonomi. Perlu kerja keras pemerintah dan tuntutan kesadaran setiap warga dalam pengelolaan sumber daya alam secara efisien untuk keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. ***

 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2023 (11)
 2022 (20)
 2021 (21)
 2020 (19)
 2019 (8)
 2018 (9)
 2017 (17)

Total: 105