Kekuatan Pangan Lokal dan Masalah Stunting di Alor

pada hari Selasa, 5 April 2022
oleh Petrus Maure, S.Kom.
Oleh: Petrus Maure, S.Kom.          

Intervensi gizi spesifik melalui pemanfaatan sumber pangan lokal menjadi solusi untuk menekan prevalensi angka anak bertumbuh pendek atau stunting. Salah satu pangan lokal Alor yang potensial untuk mencegah itu adalah umbi-umbian dan kacang-kacangan. Alor memiliki panenan melimpah dan baik secara kandungan gizinya. Upaya mencegah stunting selain asupan nutrisi untuk calon ibu juga ke anak yang sedang dikandungnya.

Kaum muda dan mahasiswa punya peran penting untuk menyelesaikan masalah stunting yang serius ini. Ada banyak terobosan yanbisa dilakukan, terutama lewat pengolahan hasil lokal yang ada di Alor. Kemajuan teknologi membuat tidak ada batasan sekat untuk berkarya dan berkreativitasyang penting bisa memaksimalkan sarana teknologi yang ada.

 

 

Dalam pelaksanaan kegiatan pertama di Kafe Hyuna, pemantik diskusi adalah area manager CD Bethesda Alor, Otto Nodi Adyanto (29/03/2022)Otto menyampaikan bahwa perlu diuraikan antara pangan lokal dan stunting, agar pemahamannya bisa utuh. Bila ditelisik lebih dalam, sebuah ironi karena di propinsi NTT, Alor menempati urutan ke-5 untuk masalah stunting meskipun hasil alam sebagai sumber pangan sangat melimpah. Dalam diskusi ini juga ditekankan bahwa stunting sebenarnya masalah kedaulatan masyarakat untuk dirinya atas sumber daya alam yang ada.

 

 

Dalam diskusi selanjutnya, Kaka In Allung pemilik Kafe Hyuna yang memiliki konsep sajian makanan khas Alor berbagi cerita yang sekaligus menjadi harapan bersama. “Anak-anak muda Alor harus bisa melihat peluang untuk bisa mengolah hasil lokal yang ada agar bisa bertahan hidup supaya bisa bersama-sama mengurangi masalah stunting. Pada dasarnya Alor kaya akan sumber daya alam yang berguna bagi masyarakatnya bertahan hidup, tetapi belum berdaulat  karena belum bisa mengolahnya untuk kebutuhan sendiri dan menjual dengan nilai lebih tinggi.”

Maria Maisal, seorang perempuan tangguh yang memilih bertahan hidup dan melakukan pemberdayaan di lingkungannya dengan mengolah kopi secara berkelanjutan dengan nama brandnya “Kupu Kopi”, memberikan sumbangan wawasannyaDengan bermodalkan niat dan ketekunan usaha ini bisa berjalan sampai sekarang, walaupun dengan peralatan seadanya ‘Kupu Kopi mampu memenuhi permintaan para penikmat kopi asli Alor.

 

 

 

 

Dalam kesempatan hari kedua tentang pengolahan hasil lokal dalam bentuk minuman fermentasi, dosen kimia Untrib, Farida Lamakoli memberi materi pengolahan minuman fermentasi menjadi wine dari buah pisang. Untuk minuman fermentasi Kaka In Alung juga berbagi tentang meramu minuman Liquor dengan bahan dasar dari minuman lokal Alor berupa “sopi” yang dicampur dengan buah-buahan dan beberapa jenis bunga yang ada. Adapun tujuan utama dari pembuatan minuman fermentasi ini agar bisa memanfaatkan semua buah lokal yang ada supaya tidak terbuang pada waktu musimnya, sekaligus meningkatkan nilai jual buah lokal yang ada. Pengolahan hasil lokal ini juga sejalan dengan kampanye dunia “Go green”.

 

 

Dari kegiatan ini diharapkan bahwa anak muda khususnya mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang lebih kreatif untuk meningkatkan harga jual produk lokal. Dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik, permasalahan stunting diharapkan bisa diatasi. ***

 


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2023 (3)
 2022 (10)
 2021 (10)
 2020 (4)

Total: 27