Satu Laptop Untuk Semua            

Pendidikan terus beradaptasi seiring dengan perubahan jaman dimana perkembangan teknologi melaju pesat merambah  bidang pendidikan. Hanya ada dua pilihan, mengikuti perkembangan yang ada untuk tetap eksis atau tertinggal! Dunia pendidikan secara bertahap berbasis teknologi, dari proses belajar mengajar sampai pada tahap ujian pun berbasis komputer. Namun realitanya di Indonesia terjadi kesenjangan teknologi dan fasilitas pendidikan, misalnya tidak setiap sekolah mampu menyediakan komputer untuk belajar siswa, tidak setiap anak memiliki komputer, dan jangkauan jaringan komunikasi belum merata di penjuru negeri, termasuk di Kei Besar Selatan tempat saya tinggal dan mengajar di sekolah.

Mau tidak mau, para siswa harus beradaptasi dengan teknologi khususnya bagaimana mengoperasikan komputer sehingga mereka siap untuk mengikuti ujian berbasis komputer. Mereka tidak hanya belajar mata pelajaran tetapi juga belajar mengoperasikan komputer. Ironisnya, tidak setiap anak memilikinya.

Saya berinisiatif mengumpulkan mereka di rumah saya dan mengatur waktu belajar komputer karena hanya tersedia satu laptop! Apakah ini menjadi alasan untuk berhenti belajar komputer? Tentu tidak! Sepulang sekolah saya menyediakan waktu untuk mendampingi belajar komputer. Dengan komitmen ‘Satu Laptop Untuk Semua’, maka dibentuk beberapa kelompok belajar yang terdiri dua sampai tiga siswa per kelompok dan berlangsung dua tiga kali dalam seminggu. Mereka belajar mengoperasikan komputer dan mengetik pengalaman harian mereka, meskipun harus mengetik bergantian. Namun mereka tetap bersemangat! Ketika ujian berlangsung (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) mereka cukup lancar mengoperasikan komputer untuk mengerjakan ujian.

Meskipun ini bisa dikatakan aksi kecil namun saya melihat perubahan siswa menjadi lebih baik, mereka semakin melek teknologi. Keterbatasan fasilitas belajar bukan penghalang untuk berkembang. Harapannya pengalaman ini memantik pemerhati pendidikan untuk mendukung ketersediaan fasilitas belajar kami. ***