Membangun Air Mancur Melalui Pariwisata Integratif

pada hari Selasa, 31 Agustus 2021
oleh Petrus Maure, S.Kom
 
 
 

 

Oleh:  Petrus Maure, S.Kom

 

Sesuai konsep pembangunan pemerintah pusat dan daerah yang gencar melakukan percepatan pembangunan dan pengelolaan sumber daya manusia melalui sektor pariwisata, Nusa Tenggara Timur diproyeksikan sebagai pintu gerbang wisata ekologis. Konsep ini mengharuskan semua elemen melakukan perencanaan dan aksi sesuai dengan porsi tugas tanggung jawabnya. Pariwisata adalah konsep pembangunan yang rumit karena melibatkan seluruh elemen yang ada di wilayah yang menjadi target pariwisata, sehingga butuh kerja kolaborasi dan kolektif dalam pembangunan pariwisata. Seiring dengan keadaan bumi yang makin kritis karena dampak pemanfaatan kebutuhan manusia secara serakah, juga pembangunan pabrik besar-besaran dan pola konsumsi manusia yang tidak bertanggung jawab, maka pembangunan melalui pariwisata yang bertanggung jawab dengan pola berkelanjutan menjadi pilihan yang harus dilakukan baik perencanaan dan pemanfaatannya.

 

 

Sesuai konsep wisata berkelanjutan, pihak universitas menjadi sangat penting berperan mengkaji perencanaan pembangunan pariwisata dan mengarahkan kebijakan pemerintah terkait pembangunan pariwisata yang baik dan benar. Agar mencapai tujuan pariwisata yang baik, tidak dipungkiri perlu waktu dan perencanaan yang matang supaya mendatangkan keuntungan. Universitas juga punya tugas dan tanggung jawab mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mumpuni dalam dunia pariwisata.

 

 

 

 

Bertepatan dengan pengabdian mahasiswa Universitas Tribuana (UNTRIB) Kalabahi, lewat program Kegiatan Belajar dan Pendampingan Masyarakat (KBPM) tahun 2021, maka program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor secara kolektif mensinergikan komponen-komponen yang ada melakukan pemetaan dan mengkaji semua potensi pariwisata dan permasalahannya di desa Air Mancur. Temuan-temuan menarik tersebut dipaparkan bersama Pemerintah Desa, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), Kelompok Air Mancur English Course, dan program Multiplikasi Stube-HEMAT di Alor dalam seminar sehari (30/08/2021).

 

 

Sesuai sasaran proram KBPM, UNTRIB tahun ajaran 2020-2021 “Bersama Untrib Kita Membangun Pariwisata Alor”, maka tema seminar yang dipilih yaitu “Membangun Air Mancur Melalui Wisata Integratif”. Narasumber  yang diundang berkaitan dengan masalah yang mencakup: 1) manajemen dan dasar perencanaan pariwisata, dihadirkan Dinas Pariwisata Alor, Abdullah Sawaka, SE (Kabid. Pengembangan SDP dan Ekonomi Kreatif); 2) sumber daya manusia dan kajian pembangunan lewat pariwisata, maka dihadirkan rektor UNTRIB, Alvonso F. Gorang, MM; 3) wilayah pariwisata yang bersinggungan dengan wilayah hutan konservasi, dihadirkan pakar hukum, Rudi K. Lema Killa, SH.M.Kn; dan 4) perencanaan dan pengalokasian konsep wisata secara sederhana dihadirkan praktisi pariwisata Alor, Jefrianus Imanuel Hingmo, S.Pd, M.Sc.

Dari Dinas Pariwisata, Abdullah memaparkan strategi dan arah kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata di Alor periode pemerintahan saat ini dalam mewujudkan program strategis Bupati Alor yakni, “Alor Kenyang, Alor Sehat dan Alor Pintar”.

Dari sisi akademisi, rektor UNTRIB menekankan pada program universitas yang siap mendukung pembangunan pariwisata lewat ruang-ruang kajian dan pengabdian dosen dan mahasiswa. Karena kaum muda khususnya mahasiswa mempunyai kekuatan besar menyelesaikan tantangan pembangunan di daerah, wilayah atau kampung masing-masing. Untuk menjawab temuan masalah hukum terkait Hak Ulayat dalam kawasan konservasi, nara sumber menekankan pada kekuatan masyarakat dan hukum adat di wilayah setiap kampung. Yang menjadi kendala selama ini ialah kekuatan lembaga adat sudah lemah dalam praktik manajemen kerja dan pengorganisasian, yang sebenarnya mempunyai sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, sosial dan hukum di wilayah kampung.

Praktisi pariwisata Jefrianus Imanuel Hingmo, sebagai pembicara penutup memberi pemahaman konsep sederhana membangun pariwisata “Pariwisata  dibangun akibat dari pencapaian untuk memaksimalkan semua potensi lokal yang ada”. “Pariwisata bukan cabe rawit tapi pohon kelapa, yang berarti pariwisata tidak bisa dinikmati hasilnya secara penuh dalam waktu yang cepat, tetapi butuh waktu dan proses panjang agar bisa dinikmati secara utuh antara pihak yang menjadi objek wisata dan yang menjadi subjek wisata, atau yang disebut wisata berkelanjutan”, tuturnya.

Akhir dari seminar ini, memberi rekomendasi pertemuan lanjutan di kampus, untuk membahas secara detail pemasalahan masyarakat adat, dan sistem pengelolaan sumber daya yang ada di desa Air Mancur. Mahasiswa KBPM mendapatkan semangat sebagai kaum muda dan kelompok pemberdayaan msyarakat terus melanjutkan kerja untuk mengelola potensi wisata yang sudah dibangun bersama selama satu bulan terakhir. ***


  Bagikan artikel ini

Ayo Lebih Gencar Lakukan Pemberdayaan Sumber Daya Desa

pada hari Senin, 30 Agustus 2021
oleh Petrus Maure, S.Kom
 
 

 

Oleh: Petrus Maure, S.Kom

 

Untuk mewujudkan rencana pembangunan suatu wilayah dengan baik maka sumber daya manusia menjadi penentu utama. Dalam pelaksanaanya maka diadakan manajemen pengelolaan melalui sistem pemerintahan. Setiap wilayah pedesaan mempunyai sumber daya yang sangat beragam dan potensial untuk mendukung kemakmuran setiap desa. Banyak hal yang menjadi hambatan dalam pemanfaatan dan pengelolaan setiap potensi alam yang ada untuk mencapai otonomi desa. Demi pemerataan pembangunan dari hulu ke hilir, maka pemerintah pusat mengadakan program dana desa sebesar 72 triliun, dengan berbagai skema pengguanaan anggaran sesuai potensi unggulan dari setiap desa.

Untuk sitem pembangunan desa, pada periode ini pemerintah pusat gencar menggunakan sistim SDGs Desa. Sistem ini digagas oleh PBB dengan tujuan seluruh masyarakat desa harus menjadi penerima manfaat, tidak ada yang terlewatkan. Kemajuan pembangunan tidak akan terhenti pada satu generasi tetapi berkelanjutan bagi generasi-generasi yang akan datang.

 

 

Poin utama dari SDGs Desa menurut A. Halim Iskandar ialah, “Mewujudkan desa tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, layak air bersih dan sanitasi, berenergi bersih dan terbarukan, infrastruktur dan inovasi sesuai kebutuhan, warganya sehat dan sejahtera, menerima pendidikan berkualitas, perempuan berpartisipasi, menumbuhkan ekonomi merata, konsumsi dan produksi sadar lingkungan, tinggal di pemukiman yang layak dan nyaman, tanggap perubahan iklim, peduli lingkungan laut dan darat, damai berkeadilan, dan bermitra membangun desa”.

 

 

Sesuai tema diskusi pada hari Minggu, 29 Agustus 2021 tentang sistem dan sumber daya di desa, yang bertepatan dengan Kegiatan Belajar dan Pengabdian Masyarakat (KBPM) mahasiswa semester 6 dan magang dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa semester 4 Fakultas Kimia dan Pertanian Universitas Tribuana (UNTRIB), kami membuka ruang untuk berdiskusi tentang tugas dan tanggung jawab sebagai kaum muda dalam membangun Indonesia melalui desa.

Sebagai bentuk kepedulian dan sinergitas, diskusi kali ini melibatkan organisasi daerah Alor Timur Laut – Kerukunan Mahasiswa Alor Timur Laut (KEMILAU) dan Pengamat Muda Ekonomi Desa, Samuel Atama, sebagai narasumber dan pemantik diskusi. Ada kelompok bimbingan belajar Yusuf Tande dan Pemuda Gereja, Alonso Tande, dan para mahasiswa mahasiswi KBPM, PKL yang sedang magang di Desa Air Mancur.

Marsel Maure selaku aktivis muda dan ketua KEMILAU dalam pembukaan diskusi lebih menekankan pada “tugas tanggung jawab pihak kampus dalam menjalankan fungsi penelitian dan pengembangan masyarakat”. Sebagai bentuk keseriusan dari diskusi, ia berharap ada poin rekomendasi agar bisa diteruskan ke UNTRIB dalam hal ini BEM dan BAPELITBANG.

 

 

Samuel Atama banyak mengulas “sistem pembangunan desa melalui prinsip desa membangun dengan membangun desa”. Bahasan ini menjadi menarik karena masih menjadi perdebatan dalam pelaksanaannya, karena warga desa melalui struktur yang ada memiliki wewenang penuh menjalankan pembangunan desanya. Modalnya tidak main-main, selain asset dan potensi yang ada di desa juga ditambah dana desa yang jumlahnya tidak main-main”.

Konsep Membangun desa adalah konsep lama, yang mana desa dianggap hanya sebagai obyek. Selama itu pembangunan desa ditentukan oleh struktur di atas desa yakni kecamatan, kabupaten dan provinsi. Desa, sebagai pemilik kedaulatan hanya berperan sebagai penonton. Akibatnya, pembangunan desa seringkali tidak sesuai kebutuhan dan sebagian besar meleset jauh dari target yang ingin dicapai.

Sebagai penjelasan tambahan, Samuel mempertanyakan peran kampus yang seharusnya ada dalam upaya pengembangan metode analisis yang kemudian dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil dalam produksi dan distribusi hasil produk kreatif UKM di desa.

Poin terakhir dari diskusi, dalam hal ini mahasiswa, kelompok kerja kreatif atau pun aktivis LSM yang menggerakan, mengerjakan, dan mengontrol pembangunan, harus lebih gencar membuat perubahan agar tujuan pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien. ***


  Bagikan artikel ini

Menggali Potensi Desa Delaki di Pulau Pantar

pada hari Kamis, 3 Juni 2021
oleh Petrus Maure, S.Kom

 

Kegiatan kali ini mengangkat semangat kedaulatan desa dengan tema “Penggalian Potensi Desa” yang diadakan di pulau Pantar tepatnya di kecamatan Pantar Tengah, desa Delaki, kampung Alimake (01/06/2021).

 

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan untuk merespon potensi desa yang cukup melimpah dalam hal ini produk-produk lokal seperti kemiri, kelapa, jambu mete, ubi, jagung, kenari dan beberapa potensi lokal lainnya yang selama ini belum dikelola secara serius. Fakta umum di pedesaan pulau Pantar selama ini, bahwa masyarakat desa belum mampu mengolah hasil-hasil komoditi yang ada menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi. Biasanya masyarakat menjual hasil pertanian dan perkebunan mereka dalam keadaan mentah kepada para pengepul dengan harga yang sangat rendah. Hal ini terjadi karena kurangnya keterampilan yang dimiliki untuk mengolah hasil-hasil lokal menjadi bernilai jual tinggi dan mampu bersaing di pasar lokal maupun nasional.

 

Menjawab tantangan tersebut, maka workshop penggalian potensi desa ini dilaksanakan dengan target pemuda-pemudi desa yang dipandang cakap mempunyai potensi dalam mengolah hasil-hasil lokal yang ada. Untuk membawa pemahaman tentang kegiatan penggalian potensi desa, maka praktek pertama adalah mengolah kemiri menjadi minyak kemiri asli. Sebagai bentuk komitmen kegiatan pengolahan kemiri ini akan didampingi secara berkelanjutan sampai tujuan akhir, masuk dalam pemasaran. Selanjutnya diharapkan muncul ide-ide kreatif lain untuk mengolah hasil lokal yang ada.

 

Kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat baik dari pemuda-pemudi dan pemerintah desa Delaki sebagai salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan. Dalam sambutan pembuka kegiatan kepala urusan pemerintahan, Jemes Boling menyampaikan, Kegiatan ini merupakan langkah baik dari kaum muda untuk mengangkat nama baik desa, karena dari berbagai bentuk kerja kreatif  ini mampu meningkatkan daya saing masyarakat, yang akan membawa dampak positif baik untuk desa, tingkat nasional hingga nanti internasional”.

 

Sebagai koordinator pelaksana kegiatan dan juga ketua karang taruna, Deriko Wabang, juga menyampaikan tujuan dari kegiatan ini untuk merespon perencanaan desa wisata oleh pemerintah daerah dan pusat. Sehingga ke depannya kaum muda dan semua masyarakat bisa menjadi tuan rumah yang baik dalam menyamput para wisatawan, juga menjadi tuan atas semua aset yang ada di desa.

Di akhir dari kegiatan ini sebagai bentuk dukungan Multiplikasi Stube-HEMAT di Alor, maka bersama dengan Bernad Liwang aktivis Stube HEMAT setempat, dibentuklah kelompok belajar Bahasa Inggris dan studi banding pengolahan hasil lokal ke desa tetangga, desa Alung karena di sini hampir semua hasil lokalnya sudah dikelola dengan baik berkat dampingan Pdt. Yumince Pinat, S. Th. Semoga segera disusul desa-desa lainnya.***


  Bagikan artikel ini

Journey to Munaseli, Pencerahan Anak Muda untuk Kampung Halaman

pada hari Selasa, 25 Mei 2021
oleh Salsabila Sogo
 

 

Nona Salsa itu panggilan akrab untuk saya yang berasal dari desa Batu, kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Setelah ayah meninggal pada tahun 2014, mama menemukan ayah sambung bagi kami. Kami kemudian pindah ke kota Kalabahi, tepatnya di desa Lendola. Saya telah menyelesaikan studi di program Matematika pada tahun 2019 di Universitas Tribuana Kalabahi. Sebagai anak muda asli Alor saya tidak malu kuliah di daerah sendiri, bahkan saya memiliki motivasi tersendiri dalam hidup saya. Bagi saya kesuksesan seseorang bukan ditentukan di universitas mana ia belajar, tapi kesuksesan itu ditentukan dari diri sendiri dan bagaimana berjuang untuk mewujudkannya. Ketika mahasiswa, saya aktif di berbagai organisasi, sehingga selesai kuliah saya tetap punya kegiatan positif dan magang di kantor, juga sebagai pemerhati perempuan dan anak, dan aktif dalam penanganan kasus kekerasan seksual di kabupaten Alor.

 

 

Sebagai orang muda yang suka berpetualang dan selalu ingin tahu hal yang baru, saya berinteraksi aktif dengan banyak orang, lembaga dan komunitas. Suatu hari saya diperkenalkan oleh seorang teman untuk mengikuti Journey to Munaseli pada bulan November 2020. Journey to Munaseli ini diprakarsai oleh Program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor yang dikoordinir oleh Petrus Maure, S.Kom untuk mengenali potensi desa, sumber daya alam dan budaya di desa tersebut dan bagaimana mengembangkan dan mendapat manfaatnya.

 

Melalui kegiatan Journey to Munaseli, saya dan peserta lainnya sangat menikmati perjalanan, selain mempelajari warisan sejarah kerajaan Munaseli, kami juga melihat langsung keberadaan alat-alat tradisional yang masih digunakan oleh masyarakat, seperti alat pengupas dan parut kelapa, alat penggiling jagung atau beras tradisional. Bahkan, kami juga mendapat kesempatan untuk mempraktekkan secara langsung membuat VCO (minyak kelapa murni). Betapa hal yang sederhana pun mampu menghadirkan wawasan baru bagi siapa pun jika dikemas dan dikelola dengan tepat seperti yang ada di Munaseli. Ini yang dilakukan pemerintah desa setempat melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dengan nama Manu Siri Koko, yang mengelola potensi desa dengan baik dan lengkap dengan promosi paket ekowisata.

 

Apa itu ekowisata? Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (the ecotourism society, 1990). Sehingga dengan paket ekowisata yang disiapkan oleh pemerintah Desa Munaseli, selain sebagai wadah untuk untuk mempromosikan nilai-nilai budaya agar keasliannya tetap terjaga, juga menambah pendapatan desa terlebih di tengah pandemi. Dalam hal ini saya teringat pesan founding father bangsa ini, Bung Karno, yaitu bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai budayanya sendiri, dan dengan Trisakti, yaitu  berdaulat secara politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang sosial budaya.

 

Dalam kegiatan ini saya mendapatkan wawasan dan pencerahan baru sehingga semakin bersemangat untuk mengembangkan kampung halaman. Harapan dari kegiatan ini adalah untuk membuka pikiran orang-orang muda untuk tidak takut kembali ke kampung halaman dan membuat perubahan. Semenjak itu saya mulai lebih mengenal Stube HEMAT dengan berbagai kegiatan positif, termasuk  kegiatan Eksposur Stube HEMAT Yogyakarta ke pulau Alor, yang melakukan kegiatan-kegiatan di desa untuk mengasah keterampilan orang-orang muda untuk terus berkarya membangun kampung halaman, baik di bidang pariwisata, pertanian, dan bagi manusianya tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya setempat. Sungguh, saya belajar bahwa seorang sarjana yang luar biasa adalah sarjana yang kembali ke kampung halaman dan membuat perubahan positif di tengah masyarakat.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Satu Tahun ‘AMEC’: Berjuang Dari Desa

pada hari Jumat, 30 April 2021
oleh Yusuf Tande

(Komunitas Belajar Air Mancur English Course, Alor)

 

 

Di penghujung April tahun 2021 ini, tepatnya Jumat, 30 April 2021, tidak terasa sudah 1 tahun perjalanan Air Mancur English Course (AMEC) yang berada di desa Air Mancur, kecamatan Alor Timur Laut, kabupaten Alor, sekitar 40 km dari kota Kalabahi ke arah timur. AMEC mendampingi anak-anak dalam komunitas belajar bahasa Inggris. Satu tahun memberi pengalaman suka dan duka dalam menumbuhkan semangat belajar dan mencerdaskan anak bangsa di desa yang jauh dari kemajuan pendidikan dan akses teknologi serta hiruk-pikuk kota.

 

 

Komunitas Belajar Bahasa Inggris Air Mancur (KB-AMEC) lahir dan tumbuh karena memiliki keterpanggilan sebagai warga aktif dalam menjangkau anak-anak di pedesaan dan memperkenalkan pentingnya pendidikan di desa khususnya pendidikan Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Di samping itu juga, mengembangkan budaya kebahasaan, yaitu bahasa daerah atau bahasa ibu sebagai bahasa pertama dalam mempertahankan punahnya budaya bahasa daerah atau bahasa ibu.

 

Komunitas ini telah memasuki 1 tahun lebih dengan jumlah anak 30 orang dari tingkat SD, SMP dan SMA. Mereka berasal dari di desa Air Mancur dan desa sebelah, yaitu desa Kamot sekitar 2 kilometer dari desa Air Mancur yang mereka tempuh dengan berjalan kaki pulang pergi melewati perbukitan. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dari keluarga petani yang menggantungkan kehidupan dari hasil kebun dan ladang mereka, namun tidak menghalangi semangat mereka untuk belajar bahasa Inggris seminggu dua kali Jumat dan Minggu sore menggunakan salah satu ruangan SD di kampung Tipiting.

 

 

Gagasan Yusuf Tande, S.Pd bersama Alon A. Tande, S.Pd merintis gerakan komunitas ini berawal dari komitmen menjadi ‘Warga Aktif’ melakukan sesuatu yang positif untuk kampung halaman, meskipun sebagian anak muda lain lebih memilih tetap tinggal dan bekerja di kota. Komunitas ini telah melewati suka dan duka dalam mendidik dan mencerdaskan anak-anak di desa dengan metode-metode belajar yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak.

 

Memperjuangkan pendidikan anak-anak di desa bukanlah hal mudah, dan ini dilakukan bukan untuk mendapat pujian. Anak-anak harus belajar demi diri mereka, mengembangkan talenta yang tersembunyi, dan menggantungkan mimpi setinggi mungkin untuk kemajuan. AMEC ada di desa Salem, Pasi dan bersama komunitas kecil ini, kerjasama dengan semua pihak yang disebut 3 batu tungku yang mencakup Pemerintah, Gereja dan Masyarakat (orang tua) terus dilakukan.

 

Di penghujung bulan ini, AMEC terus berbenah, berbenah dengan tempat belajar kami, dengan fasilitas-fasilitas penunjang belajar, juga metode-metode pengajaran yang sesuai kebutuhan anak agar bisa mengasah ilmu dan mengejar mimpi-mimpinya sehingga tidak kalah dengan anak-anak di kota. Program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor menjadi mitra dan penyemangat, menginspirasi dan membuat AMEC terus bergerak. Meski terpinggir di desa, kami tetap bagian dari negara ini dan pendidikan adalah nadi kami. Kami akan terus berjuang dari desa untuk Indonesia. ***

 


  Bagikan artikel ini

Menggerakkan Anak Muda Memproduksi Minyak Kemiri

pada hari Rabu, 14 April 2021
oleh Yusuf Tande, S.Pd.

Multiplikasi Stube HEMAT di Alor bersama Pemuda GMIT Salem Pasi

 

 

Kabupaten Alor sebagai bagian dari propinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan alam berupa daratan yang sebagian besar pegunungan, pantai dan laut. Dari daratan mudah ditemui hasil kebun berupa kemiri, kelapa, kopi, kakao, kenari, jambu mente, asam dan beberapa jenis lainnya. Bagi masyarakat Alor, tanaman-tanaman tersebut mudah dijumpai baik di halaman rumah maupun di kebun sehingga wajar jika menjadi sumber pendapatan yang menopang perekonomian masyarakatnya. Hasil panen tersebut biasanya hanya dipasarkan secara langsung baik ke pasar maupun pengepul, tanpa mengolahnya terlebih dahulu sehinga harga rendah atau terkadang fluktuatif. Barang komoditi yang banyak ditemui di pasaran adalah buah kemiri (Alleurites Moluccana), karena populasi pohon kemiri sangat banyak, sehingga hasil panennya mencapai 3.600 ton tahun 2019 (Kabupaten Alor dalam Angka, 2021). Kemiri sebagai bumbu masakan biasa dijual langsung belum dikupas maupun kupasan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

 

 

Bagaimana meningkatkan nilai barang, khususnya hasil bumi yang ada di Alor menjadi hal yang menggelisahkan Petrus Maure, S.Kom, Multiplikator Stube HEMAT di Alor, sehinga ia terus mencari terobosan untuk mengolah hasil bumi tersebut. Ia juga berpikir perlunya “peningkatan skill dan knowledge melalui pengembangan potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia menjadi salah satu bentuk melatih kapasitas diri dan mengurangi dosa ekologi,” tegasnya.

 

Kegiatan lanjutan untuk membekali anak muda membuat Minyak Kemiri dilakukan pada hari Selasa, 13/04/2021 di halaman GMIT Jemaat Salem, Pasi dihadiri 20 peserta yang terdiri atas pemuda, pelajar dan mahasiswa. Mereka secara bersama-sama saling belajar untuk mempraktekkan tahapan demi tahapan untuk mengolah kemiri menjadi minyak kemiri. Beberapa alat yang digunakan pun masih sederhana, seperti nyiru (alat tapis), lesung dan alu (alat penghancur), blender (alat penghalus), tacu dan kongfor (alat pemanas) serta wadah bokor untuk menampung air dan minyak kemiri.

Di workshop ini mereka mengolah 3 kg biji kemiri yang sudah terkupas bersih dari cangkangnya. Langkah yang dilakukan adalah, pertama, menghaluskan kemiri menggunakan lesung dan blender, kedua, memeras adonan kemiri dengan menambah sedikit air. Ketiga, menyimpan air perasan biji kemiri dalam wadah tertutup semalaman, keempat, memanaskan air perasan biji kemiri hingga air menguap dan tersisa minyak kemiri. Kelima, menyaring minyak kemiri dan selanjutnya dimasukkan dalam botol kemasan siap jual. Memang diakui proses ini membutuhkan waktu lama dan minyak kemiri sedikit tetapi minyak kemiri dengan kualitas cukup baik dan berwarna kuning bening. Minyak kemiri murni mengandung vitamin B1 dan bermanfaat untuk merawat rambut agar tetap kuat, merangsang pertumbuhana dan menghilangkan ketombe.

Kegiatan workshop anak muda ini mendapat dukungan dari pendeta gereja setempat, Pdt. Sanci Oan, S.Th., selaku Ketua Majelis Jemaat GMIT Salem Pasi, “Saya mendukung ide-ide kreatif yang datang dari jemaat maupun pemuda-pemudi, dan kegiatan ini juga merupakan bentuk pengembangan ekonomi kreatif jemaat dan masyarakat dalam mengolah potensi alam yang ada di sekitar kita. Ini tidak saja mendatangkan keuntungan secara ekonomis, tetapi juga melatih kemampuan dan pengetahuan kita bagaimana mengolah sumber daya lokal yang ada di kampung kita ini, terlebih usaha-usaha pengembangkan potensi sumber daya alam dan manusia sejalan dengan program Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dalam mengolah dan mengembangkan ekonomi kreatif jemaat,” jelasnya.

 

Workshop ini mendapat apresiasi dari Trustha Rembaka, S.Th., koordinator Stube HEMAT Yogyakarta, yang saat itu berada di Alor dalam program Eksposur Lokal ke Alor bersama dua anggota tim Stube lainnya. Bahkan dalam kegiatan ini para peserta workshop dipandu untuk memetakan potensi hasil alam lainnya dan menemukan produk turunan dari bahan-bahan tersebut, sehingga menaikkan nilai ekonomisnya. Beberapa hasil selain kelapa dan kemiri adalah asam, kenari, pinang dan jambu mente.

Harapannya ke depan semangat belajar dan kebersamaan pemuda akan terus terjaga dan mampu mengolah hasil alam lainnya secara kreatif demi menunjang kemandirian mereka melalui wirausaha, yang pada akhirnya akan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Tetap melangkah maju, anak muda.***


  Bagikan artikel ini

Minyak Kemiri, Potensi Alor Untuk Berbenah Diri

pada hari Rabu, 24 Maret 2021
oleh Yusuf Tande, S.Pd

 

Program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor, bersama mahasiswa dan pemuda-pemudi gereja Salem Pasi mengadakan workshop pengolahan hasil lokal kemiri menjadi minyak kemiri. Ketua Pemuda setempat, Alonso Tande, S.Pd, berkesempatan membuka acara yang diikuti 25 peserta tersebut di Tutta, Air Mancur, Alor (23/03/2021). Alonso mendukung kegiatan ini, terutama karena kegiatan ini memperkenalkan produk-produk lokal dan menjadi ajang mahasiswa dan pemuda mengasah soft-skill yang dimiliki. Workshop pengolahan hasil lokal ini melatih peserta mengamati potensi, keadaan pasar, dan peluang pasar buah kemiri. Bagi masyarakat Kabupaten Alor, buah kemiri merupakan salah satu komoditi lokal yang memiliki potensi ekonomi untuk meningkatkan taraf ekonomi khususnya masyarakat di pedesaan.

Pendeta Sanci Oan, S.Th selaku Ketua Majelis Jemaat GMIT Salem Pasi, juga mendukung kegiatan yang digagas oleh Petrus Maure, S.Kom selaku Multiplikator Stube HEMAT. Kegiatan ini sinkron dengan program Sinode GMIT dalam usaha peningkatan ekonomi jemaat, seperti pelatihan pembuatan minyak kelapa murni (VCO) beberapa waktu lalu. Pendeta Sanci juga menyampaikan bahwa kegiatan ini direspon positif di tingkat Klasis Alor Timur Laut dan akan dibangun sebuah rumah produksi di Jemaat Salem Pasi sekaligus tempat untuk mengolah produk lokal lainnya seperti buah jambu mete, marungga/kelor, dan lain-lain. Sementara perwakilan pemerintah Desa Air Mancur, Ketua RT 06, Roni I. Tande, menyampaikan harapan dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk mengembangkan produk-produk lokal. “Kalau rumah produksi ini sudah jadi, berarti kita bisa kerjasama dengan pemerintah, baik di tingkat desa, kecamatan, kabupaten bahkan tidak mustahil sampai ke mancanegara,” katanya.

Sementara Yunus P. Tande, SE, koordinator rayon-II Jemaat Salem Pasi menyampaikan bahwa ke depan bisa dibentuk panitia lokal atau semacam komunitas yang bertanggung jawab atas pengolahan produk-produk lokal di desa. Piterson Takalapeta, S.Pi, mewakili pemuda lainnya mengatakan,Kegiatan seperti ini harus terus dilakukan, tidak saja melatih kreativitas, tapi bagaimana produk lokal bisa menguasai siklus ekonomi desa.Piterson menambahkan bahwa madu juga merupakan potensi lokal yang ke depan harus dikembangkan.

 

Akan terus berproses, tidak hanya mendatangkan keuntungan namun melatih kemampuan mengolah produk-produk lokal menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sebuah tugas mulia bagi kaum muda untuk bisa menerapkan kemampuan dan ilmu pengetahuan agar bisa berdaulat atas kekayaan alam yang ada. ***

 




  Bagikan artikel ini

Pengolahan Minyak Kelapa Menjadi Produk Kesehatan (Youth Entrepreneurship)

pada hari Kamis, 18 Februari 2021
oleh Petrus Maure
 

 

 

 

Dalam kegiatan workshop kali ini, hadir dosen Fakultas Kimia dari Universitas Tribuana Kalabahi, Farida Veronika Lamma Koli, S.pd., M.Sc. untuk memberikan materi tentang “Pengolahan Minyak Kelapa Menjadi Produk Kesehatan”. Secara prinsip, dalam ilmu kimia ada unsur kimia alami dan unsur kimia buatan, juga dijelaskan bagaimana menggunakan zat kimia alami dan buatan agar tidak merusak alam.

 

Dalam pemaparan dijelaskan bahwa hampir semua bahan alam di sekitar kita bisa digunakan untuk prodak kesehatan kulit misalnya dari ekstrak buah-buahan untuk vitamin kulit, ada jeruk, papaya, nenas, lerak bisa juga ekstrak dari bunga-bungaan seperti bunga matahari, tanaman lidah buaya, bunga matahari. Sedangkan untuk ekstrak minyak selain buah kelapa, bisa juga dari minyak kacang kenari, kacang tanah, biji kelor, juga biji jarak. Bahan alam (lokal) yang ada tersebut sebaiknya dieksplor semaksimal mungkin sesuai perkembangkan pengetahuan dan teknologi.

 

Poin penting lain yang disampaikan yakni, Kebanyakan produk kesehatan kulit yang saat ini beredar di pasaran itu terbuat dari bahan kimia sintetik. Memang ada juga bahan alami tetapi jumlahnya relatif lebih sedikit. Produk yang terbuat dari bahan kimia sintetik tidak ramah lingkungan bila berakhir di lingkungan, karena sulit diurai oleh tanah”.

 

 

“Bila dibandingkan dengan produk kesehatan kulit dari bahan kimia alami, misalnya sabun mandi yang terbuat dari minyak nabati dan soda api, maka akan menghasilkan sabun yang lebih ramah lingkungan karena tidak merusak tanah. Dengan membeli dan menggunakan produk ramah lingkungan itu sama halnya dengan mengurangi dosa ekologi kita”, jelasnya.

 

Pada akhir penyampaian materi Farida juga membawa pesan dari kampus, khususnya dari Ketua Jurusan Kimia; “Untuk saat ini memang masih sangat minim jumlah mahasiswa yang tertarik untuk belajar Kimia di Universitas Tribuana. Kegiatan ini untuk memperkenalkan dunia kimia, sekaligus memudahkan pemahaman masyarakat untuk penerapannya yang sangat penting dalam hidup manusia dan alam”.

 

Harapannya ke depan makin banyak anak-anak muda yang tertarik untuk belajar ilmu kimia demi pemanfaatan sumber daya alam daerah yang ada. Sangat mungkin bermanfaat dan bernilai bila dunia pendidikan dengan keilmuan tertentu bisa menerapkan ilmunya di masyarakat untuk menyelesaikan semua persoalan hidup yang ada. Memang butuh kerja sama dan niat baik dari semua elemen yang ada sehingga semua persoalan pelik kehidupan yang ada bisa terselesaikan dari hulu hingga ke hilir.

 

Sebagai pemateri, saya menjelaskan tujuan dari kegiatan ini dan bagaimana kegiatan ini bisa hadir dari Stube HEMAT Yogyakarta. Materi yang saya bawakan yaitu “Pemanfaatan Bahan Lokal Menggunakan Teknologi Sederhana”. Dalam pemaparan saya membawa pemahaman kepada semua peserta bahwa semua hasil alam (lokal) yang ada punya nilai yang baik bila kita bisa memanfaatkan dengan baik. Nilai baik untuk pemakain dalam pemenuhan hidup sehari-hari dan juga bernilai jual tinggi bila diolah secara professional dengan teknologi sederhana atau teknologi terapan.

 

Dalam kegiatan ini berkesempatan hadir dan mendampingi selama kegiatan workshop, ketua Jemaat Gereja Salem Pasi, Ibu Pdt. Sanci Oan, S.Th. Harapannya, jemaat khususnya kaum muda bisa lebih semangat dan punya pengaruh baik bagi kehidupan jemaat. Pergumulan berat kehidupan jemaat saat ini adalah ekonomi yang melemah. Karena gereja yang ada sekarang adalah gereja mandiri, maka butuh keaktifan dan kerja sama semua pihak dan warga jemaat untuk bisa menghidupkan suasana gereja yang lebih baik.

 

Pada akhir kegiatan, hadir tim pemberdayaan ekonomi tingkat Klasis Alor Timur Laut (ATL) Vikaris Sepriato Snae yang sedang melakukan pendataan potensi hasil hutan di wilayah gereja. Beliau  menyampaikan, Peluang pasar terbuka untuk semua hasil alam yang ada dalam bentuk produk jadi, siap pakai”.

 

 

Untuk mengetahui peluang pasar kami diberi tantangan untuk bisa memproduksi minyak kelapa murni (VCO) sebanyak 100 botol ukuran 100 ml. Kami juga diberi kesempatan untuk bisa mengikuti event gerejawi, dan bisa memasarkan semua bentuk produk kreativitas kami. Kegiatan workshop ini sangat memuaskan dan langsung mendapat respon serius dari pihak gereja, karena sesuai dengan program gereja tingkat Sinode GMIT-NTT untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sebagai bentuk keseriusan peserta dan dukungan gereja maka dibentuk kelompok usaha pengolahan minyak kelapa murni sekaligus memenuhi tantangan tim pemasaran gereja.***


  Bagikan artikel ini

Semangat Lokal untuk Hidup Berkelanjutan

pada hari Sabtu, 16 Januari 2021
oleh adminstube

  Bagikan artikel ini

Semangat Lokal untuk Hidup Berkelanjutan

pada hari Sabtu, 16 Januari 2021
oleh adminstube

Pernahkah mendengar atau menemukan ‘Alor Creative 100%’ di media? Ada dua kemungkinan jawaban, yaitu ‘pernah’ dan ‘belum’. Ya, Alor Creative 100% adalah inisiatif beberapa anak Muda Alor untuk meningkatkan nilai kehidupan melalui produk lokal yang dihasilkan dari sumber daya alam dari pulau Alor. Produk lokal ini diolah menjadi barang siap pakai yang bernilai jual tinggi, diantaranya kelapa, kemiri, kacang mete, kelor dan bambu.

 

 

Perlahan namun pasti, dimulai dari lokal dan aktif mengikuti festival demi festival, serta berkolaborasi dengan komunitas lain, juga berpromosi di media sosial, membuat mereka semakin dikenal dan jaringan tidak hanya di Alor tetapi merambah di luar kawasan NTT. Petrus Maure, S.Kom motor penggerak Alor Creative 100% yang juga Multiplikator Stube HEMAT di Alor terus belajar dan membuka peluang-peluang lain untuk mempromosikan Alor Creative 100% sekaligus memberdayakan anak muda dan mahasiswa di Alor melalui program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor yang diwujudkan dalam pelatihan, diskusi, kunjungan belajar dan pendampingan lainnya.

 

Dari beragam aktivitas kreatif ini membuat Petrus ‘dicari-cari’ sebagai narasumber untuk berbicara dan membagikan semangat yang berkaitan erat dengan hidup berkelanjutan, meskipun harus memulai dan membangun sesuatu yang kecil yang ada di sekitarnya. Petrus terus mencoba mengembangkan potensi lokal melalui pemanfaatan hasil alam, termasuk salah satunya adalah dengan mengembangkan kreativitas dengan membangun usaha dan bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Inilah semangat yang mesti dimiliki dan dimulai dari anak-anak bangsa sebagai bentuk rasa cinta tanah air Indonesia.

 

 

Ini terungkap dalam Diskusi daring “Membangun Semangat Lokal untuk Kelestarian Alam dan Hidup Berkelanjutan” yang digagas Komunitas Krealogi dengan Petrus Maure, S.Kom inisiator Alor Creative 100% (15/1/2021) melalui Instagram Krealogi dan “Alor Creative 100%. Diskusi yang dipandu oleh Yolanda Icha dari Komunitas Krealogi mengungkap pengalaman mengenai keterampilan dan kreativitas yang dirintis Alor Creative 100%. Petrus menceritakan awal pengalamannya di Yogyakarta saat kuliah dan aktif di Stube HEMAT Yogyakarta, lembaga pelayanan mahasiswa, untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan keterampilan. Ia terus merawat, memperjuangkan dan mewujudkan mimpi. Meski wabah pandemi membuat UMKM menghadapi masa berat tetapi tidak menghambat munculnya ide-ide kreatif, demikian dengan Alor Creative 100% yang terus memunculkan ide-ide, desain dan nilai baru dengan tetap mengangkat potensi lokal. Alor Creative 100% ini juga membantu peningkatan ekonomi mahasiswa atau masyarakat dengan menjual hasil produksi mereka. Petrus berharap anak muda khususnya mahasiswa terus mengembangkan diri dari ide-ide mereka memanfaatkan bahan lokal sehingga kompetitif dengan produk lainnya.

 

Komunitas Krealogi sendiri adalah komunitas yang mengumpulkan pelaku UMKM dan anak muda Indonesia untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan, dari softskills hingga kemampuan operasional untuk meningkatkan bisnis UMKM. Sedangkan Krealogi adalah inisiatif Du Anyam sebagai sebuah ekosistem untuk memberdayakan UMKM dengan menawarkan solusi usaha dan bisnis dengan berdiskusi dengan UMKM lain dengan melibatkan narasumber dari berbagai UMKM dan komunitas.

Mari anak muda, lihatlah sekelilingmu, kembangkan potensi lokal untuk menghasilkan sesuatu demi peningkatan kualitas hidup dengan tetap berpihak pada kelestarian alam dan hidup berkelanjutan. (ISNA)


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2023 (3)
 2022 (10)
 2021 (10)
 2020 (4)

Total: 27