Alor Creative di Lapas Kelas IIB Kalabahi (Sebuah Pendampingan Life Skill)

pada hari Sabtu, 16 Desember 2023
oleh Petrus Maure

 

 

   

Alor Creative membuat sebuah terobosan menjangkau saudara-saudara yang sedang tersandung masalah hukum dengan melakukan kegiatan pendampingan kerajinan batok kelapa, bagi warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (7-14/12/2023) bertempat di gedung BINKER LAPAS. Kegiatan ini penting dilakukan untuk membekali ketrampilan selepas dari tahanan sehingga mereka bisa bertahan dan melanjutkan hidup dengan bijak. Ada empat orang yang mempunyai hobi membuat kerajinan.

 

 

Selain meningkatkan tenaga terampil kerajinan, kedepannya bisa menopang usaha kreatif dan Alor Creative siap menampung tenaga terampil untuk  membantu produksi kerajian dalam jumlah banyak. Usaha kerajinan di Alor memiliki  peluang pasar yang besar karena mempunyai wilayah pariwisata yang sangat luas, mulai dari wisata alam, budaya, agama, dan juga bawah laut.

Selama kegiatan pendampingan, teman-teman yang didampingi sangat senang, karena bisa menyalurkan hobinya sekaligus menghilangkan penat dan rasa jenuh selama masa tahanan. Bentuk kerajinan yang dipilih adalah batok kelapa yang sengaja dipilih karena mudah didapat dengan membuat asbak rokok dan tempat permen. Pada dasarnya agar teman-teman terbiasa dengan prinsip pembuatan kerajinan.

Selama kegiatan berlangsung kami mendapat kunjungan dari Kepala LAPAS dan beberapa pegawai sebagai bentuk dukungan dan apresiasi. Banyak saran yang diberikan agar lebih banyak lagi bentuk kerajinan yang bisa dikerjakan bersama teman-teman warga binaan. “Harapan mereka agar ketika bebas masa tahanan mereka bisa merubah stikma buruk yang melekat, bahwa mereka selalu berbuat kejahatan”, kata kepala LAPAS.

 

 

Proses adaptasi yang baik didalam masyarakat akan merubah stigma negatif yang ada. Memiliki kehidupan yang harmonis dan memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat adalah harapan setiap orang terutama mantan narapidana. Hal tersebut didambakan karena sejatinya sebagai makhluk sosial, mantan narapidana juga membutuhkan pengakuan atas keberadaannya di tengah masyarakat. 

Alor Creative sangat berharap teman-teman warga LAPAS bisa menjadi tenaga handal untuk membantu memenuhi permintaan pasar, selain mendapat income sebagai uang tambahan walaupun dalam LAPAS. ***


  Bagikan artikel ini

Perempuan Perspektif Kristen Dan Masalah Di Alor

pada hari Minggu, 30 April 2023
oleh Petrus Maure, S.Kom.
        

 

Pemahaman tentang perempuan dan anak masih sangat minim untuk masyarakat awam, dan secara teologis penyampaiannya juga masih terbatas. Hal ini menjadi sangat problematik karena banyak persoalan yang terjadi wilayah basis Kristen, seperti beberapa waktu di tahun ini kasus kekerasan seksual perempuan dan anak di wilayah kerja gereja makin marak. Hal ini harus menjadi perhatian serius dari lembaga gereja dan semua eleman di masyarakat agar bisa mencegah peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (KTPA) di kabupaten Alor.

 

Sebagai bentuk perhatian akan masalah ini, Multiplikasi Stube HEMAT di Alor bermitra dengan kampus Universitas Tribuana, Program Studi Teologi bersama membangun pemahaman yang mendalam bagi teman-teman mahasiswa tentang KTPA. Kegiatan diselenggarakan dalam bentuk diskusi inklusif dengan tema “Perempuan dan Perspektif Kristen” (29/04/2023), bertempat di Kevinda Kafe -Mali.

 

 

 

Hadir sebagai narasumber, Eunike Molebila, M.Th, dosen Teologi sekaligus ketua Lembaga Penjamin Mutu (LPM) UNTRIB. Dalam pembukaan, kegiatan perkenalan teman-teman mahasiswa diarahkan untuk bisa mengenal potensi dalam diri masing-masing lewat arti nama yang diberikan orang tua.

 

 

Dalam pemaparan lebih lanjut Eunike memberikan pemahaman tentang perempuan dan gender. Diskusi menjadi hangat saat  teman-teman mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengartikan perempuan dan gender sesuai pemahaman mereka.  Menurut Eben seorang peserta, “Perempuan adalah penyabar dan penasihat yang baik.” Sementara menurut Semu, “Perempuan dan laki-laki sama saja, hanya jenis kelamin yang membedakan.” Lebih lanjut untuk pemahaman dasar KTPA Eunike menjelaskan 4 hal, yaitu: seks, gender, pembakuan gender dan ketidakadilan gender.

 

 

 

Sesuai tema (Perempuan dan Perspektif Kristen), maka pemaparan lebih lanjut membahas peran perempuan dalam Alkitab. Dalam Alkitab ada dua hal yang berbeda, ada tokoh perempuan yang disebutkan dan tidak disebutkan. Di dalam silsilah Yesus Kristus ada perempuan yang disebutkan, yaitu perempuan pelacur, yang kemudian lahirlah Daud dan Yesus. Bisa dilihat di sini, ada peran yang positif dan juga ada tokoh-tokoh perempuan yang tidak disebutkan. Berbicara perempuan dalam Kristen, dulu perempuan mengambil peran di belakang mimbar, tetapi bersyukur bahwa di Sinode GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor) sudah berubah, perempuan sudah diberikan kesempatan yang sama. Perempuan dalam tradisi Kristen sebenarnya sudah maju, tetapi mengapa beberapa gereja tertentu belum memberikan kesempatan kepada perempuan? Mereka beralasan bahwa perempuan-perempuan harus diam. Selanjutnya narasumber memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan harapan sebagai seorang perempuan dan laki-laki Kristen, ditulis di sebuah kertas kemudian ditempelkan di pohon harapan.

 

 

 

Materi lebih detail mengenai KTPA, disampaikan Therlince Loisa Mau, S.Pd, aktifis perempuan dan fasilitator gereja tanguh bencana. Pemateri melanjutkan bahwa ada beberapa hal yang harus dijaga yaitu pikiran, perkatan dan perbuatan. Apabila ketiga hal tersebut tidak dijaga dengan baik maka akan menjadi bentuk kekerasan. Peserta yang sudah dibagi dalam 5 kelompok menjelaskan makna kata yang telah dibagikan.

 

 

 

Kelompok pertama mendapat kata fisik. Menurut kelompok pertama kata ini berkaitan dengan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki, kuat dan lemah. Kuat misalkan seorang Bapak melakukan kekerasan fisik kepada anak atau isterinya. Lemah misalnya, perempuan tertipu buaian, mendapat janji manis langsung lemah dan tergoda. Berkaitan dengan fisik, tendang, pukul, jambak, cubit, menolak, mendorong. Kelompok kedua dengan kata Psikis, dan kelompok-kelompok selanjutnya dengan kata Human Trafficking, Kekerasan Ekonomi, dan Kekerasan seksual.

 

Kata-kata tersebut erat dengan masalah-masalah yang terjadi di Alor. Di akhir diskusi, narasumber berharap peserta yang hadir dalam kegiatan ini menjadi surat hidup untuk saling mengingatkan terkait dengan kekerasan, kemudian ketika menemukan kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat atau yang mengalami bisa segera melaporkan langsung ke pihak berwajib. ***

 


  Bagikan artikel ini

Perempuan dan Demokrasi

pada hari Sabtu, 25 Februari 2023
oleh Petrus Maure, S.Kom.
          

Perempuan dan demokrasi menjadi topik hangat, terlebih di masa menjelang PEMILU 2024. Peristiwa politik yang dinyatakan sebagai pesta demokrasi ini jelas-jelas membutuhkan partisipasi perempuan. Topik ini menjadi materi diskusi yang bertempat di aula kantor Kecamatan Alor Tengah Utara dengan pemateri Setia Budi Laupada SH., M.Hum, dengan judul ‘Mendorong Partisipasi Perempuan Dalam Demokrasi Menjelang Pemilihan Umum Tahun 2024’ (24/2/2023).

 

 

Diskusi diawali nara sumber dengan menyampaikan materi Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Hukum, yang menjadi topik utama dengan mengupas unsur-unsur penting dalam demokrasi yakni kekuasaan berasal dari rakyat dan setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin. Demokrasi juga berarti berbicara tentang kedaulatan rakyat yang memiliki kedaulatan penuh dengan nilai-nilai kesetaraan tanpa ada prioritas untuk orang tertentu, juga nilai kebebasan dengan memberikan hak penuh kepada setiap orang untuk berdemokrasi, ada nilai perlindungan, nilai keberagaman, keadilan, dan toleransi.

 

Bagaimana hubungan demokrasi dan perempuan? Pijakan teologis. Diambil dari Kejadian 1 : 26-28, pemateri menamakannya sebagai “Politik Penciptaan Manusia“, baik laki-laki maupun perempuan direncanakan untuk sama-sama menguasai isi bumi. Pijakan filosofis. Manusia laki-laki dan perempuan diciptakan setara untuk saling melengkapi dan tidak ada diskriminasi. Pijakan sosiologis. Budaya patriarki mengagungkan laki-laki dan perempuan hanya terlibat dalam urusan domestik rumah tangga, sementara urusan publik dan politik hanya bisa dilakukan laki-laki. Di masyarakat Alor saat anak lahir, bapaknya akan bertanya pada dukun bayi apakah yang lahir busur anak panah (laki-laki) atau pikul bakul (perempuan)karena yang diharapkan adalah busur anak panah. Di dalam organisasi juga tanpa sadar ada diskriminasi hak perempuan dengan tidak memberikan kesempatan menjadi pemimpin. Realitas sosiologis. Dalam kehidupan sehari-hari di rumah, saudara perempuanlah yang mencuci pakaian dan budaya itu telah terbentuk sejak lama. Budaya patriarki yang mendiskriminasi perempuan tidak bisa dipertahankan.

 

 

Dasar-dasar hukum seperti Konvensi Internasional tentang posisi perempuan, konstruksi hukum nasional, UUD 1945, UU HAM, UU Perlindungan Terhadap Perempuan dan Anak, serta UU partai politik bahwa kuota perempuan 30%, menjadi pijakan perempuan mengambil kesempatan itu. Bagaimana dengan konteks Alor? Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa menyatakan bahwa perempuan dalam kedudukannya di partai politik hanya untuk memenuhi tuntutan formal kuota 30 %, bukan sebagai alat perjuangan.

 

 

Ketika kader perempuan tidak banyak diberi kesempatan menduduki posisi strategis, ini artinya politik masih menjadikan perempuan sebagai objek. Contoh perjuangan perempuan seperti Kartini, Megawati, Khofifah (Gubernur Jawa Timur), menjadi pemicu perempuan Stube HEMAT dan SEMATA (Serikat Mahasiswa Tatakata) masuk ke ruang-ruang publik tersebut, khususnya politik. ***


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2023 (3)
 2022 (10)
 2021 (10)
 2020 (4)

Total: 27