Potensi Sumber Daya Berbasis Pedesaan

pada hari Selasa, 10 November 2020
oleh Petrus Maure, S.Kom

 

Kegiatan penggalian potensi kali ini, kami sama-sama akan belajar dengan melihat dan mengamati secara langsung semua potensi sumber daya yang ada di desa.  Alasan utama memilih pedesaan  karena bagi kami semua titik peradaban hidup manusia pada dasarnya bermula dari area terkecil ini, yang disebut kampung yang dalam perkembangannya lebih sering dipakai ialah desa. Sebuah peradaban hidup akan berkembang baik dan terawat apabila sumber daya manusia dan alamnya mencukupi dan memadai.

 

Seiring perkembangan zaman yang makin moderen, tingkat masalah sosial dan lingkungan pun akan makin kompleks. Dalam sektor pariwisata, saat ini sangat dibutuhkan cara menikmati hidup yang bijak yaitu dengan ekowisata. Ekowisata saat ini menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan lingkungan alam yang khas dan masih terjaga keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata.

 

Salah satu bentuk ekowisata yang dapat melestarikan lingkungan yakni dengan ekowisata berbasis pedesaan. Ekowisata Pedesaan adalah sebuah konsep wisata yang berbasis pada potensi lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal. Prinsip ekowisata pedesaan diharapkan para pengunjung tidak hanya berekreasi, tetapi juga menikmati sekaligus mengetahui kehidupan di pedesaan dengan berbaur dan berintegrasi langsung.

 

Ekowisata merupakan alih kata dari ecotourism (ecological tourism) yaitu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan (https://id.wikipedia.org/wiki/Ekowisata).

 

Tujuan utama ekowisata ialah membangun pariwisata berkelanjutan dengan memberikan manfaat secara ekologis dan ekonomi, serta memberikan manfaat secara sosial terhadap kehidupan masyarakat. Kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi dengan tetap memperhatikan kelestarian hidup sosial-budaya dan memberikan peluang bagi generasi muda sekarang dan yang akan datang untuk memanfaatkan dan mengembangkannya “Subadra, 2008”.

 

 

Kami memilih belajar  tentang potensi berbasis pedesaan di desa Munaseli, karena tempat ini mempunyai banyak sekali potensi yang menarik. Kekuatan daya tarik desa ini terletak pada kisah sejarah kerajaannya yang masih berkaitan erat dengan kerajaan “Majapahit“ dan tradisi adat istiadatnya yang masih terpelihara hingga sekarang dan diperkuat dengan benda pusaka dan beberapa tempat sejarah yang dikeramatkan.

 

Munaseli termasuk kawasan perairan dalam bagian SAP (Suaka Alam Perairan ) Selat Pantar dan laut sekitarnya. Desa ini terdapat BUMDes Manusirikoko yang mengelola kegiatan bisnis dan ekowisata desa, serta Pokmaswas Tanjung Muna sebagai komunitas pengawasan pesisir dan laut. Mereka secara aktif mengawasi dan melaporkan tingginya kegiatan destructive fishing (cara penangkapan ikan yang merusak habitat dan ekosistem  laut) yang terjadi di perairan desanya. Di sisi lain, masyarakat memiliki sajian kuliner yang autentik dan sejarah budaya yang menarik untuk ditelusuri.

 

 

Harapan besar dari kegiatan ekowisata pedesaan ini, mampu membuka pikiran para intelektual muda, terutama mahasiswa untuk bertindak lebih kreatif lagi untuk mengimbangi pemikiran kritis dan idealisme tujuan hidup dengan melihat semua potensi yang ada, khususnya di desa. Banyak  potensi (SDA dan SDM), Indonesia Timur khususnya Alor yang belum dimanfaatkan secara baik dan bijak. Sejauh ini kaum muda umumnya lebih memilih jadi penonton dan pekerja dari perkembangan kehidupan yang ada di daerahnya sendiri, dan jarang yang punya niat dan kemauan sebagai inisiator untuk mengelola dan mengembangakan potensi sumber daya yang ada.***

 

 


  Bagikan artikel ini

Sapaan Pagi 1: Para Aktivis Muda Pulau Alor

pada hari Selasa, 20 Oktober 2020
oleh adminstube

 

Perjalanan mengunjungi para multiplikator di dua pulau yakni pulau Alor dan Sumba memberikan kesan bagi pengurus yang berkesempatan bertemu dengan mereka. Berikut adalah catatan dan kesan dari Pdt. (Emiritus) Bambang Sumbodo, S.Th., M.Min setelah melihat lapangan dan bertemu langsung.

Sosok anak muda ini wajahnya angker, tetapi memiliki hati lembut bak salju. Anak muda itu bernama Petrus Maure. Petrus adalah seorang sarjana komputer dari perguruan tinggi di Yogyakarta. Pergumulan hidup dan batin menjadi multiplikator dan menjadi dirinya sendiri tidaklah mudah karena orang tua Petrus yang tinggal di Kupang menghendaki anaknya menjadi pegawai negeri. Orang tua sudah membiayai studi dengan susah payah agar anaknya menjadi pegawai negeri, tetapi Petrus merasa tidak terpanggil untuk menjadi pegawai, ia ingin berbuat sesuatu untuk anak-anak juga kaum muda agar tidak tertinggal menghadapi masa depan dengan membuat kelompok belajar bahasa Inggris bersama anak-anak muda lainnya di dua pedesaan. Yang pertama di Naila dan yang kedua di Pasi. Kelompok belajar bahasa Inggris di Naila dinamakan Lakatul yang berarti tidak ada yang tersembunyi, dipimpin nona Marlis Mutiara Maure, seorang sarjana perikanan.  Kelompok belajar di Pasi dipimpin oleh Yusuf Tande, seorang sarjana Bahasa Inggris. Kelompok belajar ini diberi nama Air Mancur. 

Petrus sosok figur pekerja keras seperti tidak mengenal lelah kalau orang Jawa menyebut wong sing ora duwe udel (orang yang tidak punya pusar) seperti kuda tidak punya puser yang menjadi tolak ukur kekuatan (PK). Selain merintis kursus Bahasa Inggris bersama teman-teman aktivis di Alor, Petrus juga mengumpulkan para pemuda dan mahasiswa untuk dilatih membuat sablon kreatif dan produk kerajinan berbahan lokal, serta ada galeri utuk memasarkan sehingga pemuda yang belum mempunyai pekerjaan bisa ada kegiatan yang menghasilkan. Di samping itu juga ada kelompok diskusi untuk mendiskusikan apa yang berkembang dan sedang terjadi di tengah masyarakat seperti Pilkada, lingkungan hidup, dunia pertanian, tanah berbatu juga sosial politik dan ekonomi sehingga para anak muda tahu dan nantinya tidak menjadi korban ketidak-tahuan dengan menghadirkan orang-orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing tanpa lupa untuk melestarikan peninggalan budaya. 

Kiranya dengan rintisan awal yang baru dimulai Juli 2020 ini ini bisa berlanjut untuk menjadikan generasi muda khususnya pemuda gereja menjadi perintis perubahan yang lebih maju khususnya dalam pewartaan kasih Allah kepada manusia.


  Bagikan artikel ini

Alor Memanggil Inspirator-Inspirator Muda ‘Katong Babagi’

pada hari Kamis, 8 Oktober 2020
oleh adminstube

Berikan anak muda kesempatan untuk mengungkapkan ide-ide dan ruang untuk mengerjakannya, maka terobosan akan terjadi, karena mereka memiliki semangat dan idealisme yang ingin diwujudkan untuk mengembangkan daerah asal. ‘Keterpanggilan’ untuk memperhatikan daerah asal  tidak muncul begitu saja dalam benak anak muda, namun buah dari pemahaman diri dan proses refleksi yang berkelanjutan.

 

 

Inilah bagian dari pelayanan Stube HEMAT dengan program-programnya yang menggugah keterpanggilan anak muda untuk daerah asalnya, sekaligus memberi dukungan dan ruang untuk mengekspresikan ide-idenya ketika kembali ke kampung halaman usai menyelesaikan studi di Yogyakarta. Beragam kreasi dan terobosan dilakukan oleh aktivis Stube HEMAT ketika kembali ke daerahnya melalui program Multiplikasi Stube HEMAT, salah satunya Petrus Maure di Alor, Nusa Tenggara Timur dengan usahanya memanfaatkan potensi lokal kelapa dan bambu menjadi beragam produk kerajinan dengan label Alor Creative 100%. Petrus juga membangun jejaring dengan para aktivis dari komunitas lain yang tersebar di wilayah NTT seperti bergabung dalam Local Leader NTT, sebuah wadah para penggiat komunitas atau dengan istilah Active Citizen, yang melakukan aksi sesuai keahlian, potensi diri, dan hobby masing-masing di NTT, ditambah beberapa jejaring dari luar yang peduli NTT.  Harapan bersama yang ingin dicapai adalah menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan yang ada secara berkelanjutan di wilayah komunitas masing-masing sehingga tercapai keadaan NTT yang lebih baik.

 

 

Karena pandemik Covid-19, interaksi dan hampir semua agenda kegiatan di komunitas berkurang, tidak hanya di level lokal tetapi juga distribusi dan dukungan dana dari sponsor dan pembatasan aktivitas relawan sebagai dampak Bekerja dari Rumah (WfH). Namun kegiatan harus terus berjalan dengan terobosan baru secara virtual berupa Diskusi Online seri kelima ‘Katong Babagi’ (dialek lokal Kupang – NTT), yang artinya Kita Berbagi (Rabu, 7/10/2020) yang diinisiasi oleh Aryz Lauwing Bara, S.Th (Komunitas Rumah Mentari Maulafa, Kupang) dan Randy V. Neonbeni dari Komunitas Buku Bagi NTT, regional kabupaten Timor Tengah Utara, Kefamenanu), sedangkan Petrus Maure dari Komunitas Alor Creative 100% sebagai narasumber yang membagikan pengalamannya di Alor.

 

 

Dalam diskusi tersebut Petrus memaparkan kerja kreatif di komunitas Alor Creative 100% dengan semangat agar ada perubahan keadaan sosial dan lingkungan lewat pemanfaatan hasil-hasil lokal dan mengolahnya agar memiliki harga jual lebih tinggi demi peningkatan ekonomi masyarakat melalui sistim usaha sosial. Beberapa produk dari Alor Creative 100% antara lain Vico (minyak kelapa murni), asesoris kalung, anting, gelang dan lainnya dengan beragam motif dan bentuk khas Alor. Sungguh percakapan diskusi yang hidup dengan diikuti oleh para aktivis dan penggerak sosial seperti Trifosa, Dany DW, Abdul MK Djou, Seprianus Adonis, Diana Tumimomor, Antonio Laka, Riky Lazarus, Deri Neonbeni, Usu Tande, Jakobus Mooy, Ariani Narwastujati dan Trustha Rembaka. Hasil dari diskusi tersebut antara lain: 1) Saling mendukung kerja kreatif yang bersifat sosial dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. 2) Bagi mereka yang bekerja dalam pengolahan hasil lokal dan kerajinan tangan, mendapat dukungan jaringan untuk promosi dan pemasaran, serta memungkinkan diikutsertakan dalam event pameran yang diikuti komunitas lain. 3) Kolaborasi sesama komunitas, berupa ide dan event kegiatan secara virtual.

Sebagai dukungan kepada Petrus Maure sebagai Multiplikator Stube HEMAT di Alor, Stube HEMAT Yogyakarta mempersiapkan program Eksposur Lokal di Alor pada tahun 2021, dengan mengirim mahasiswa untuk membagikan pengalaman dan keterampilan yang mereka miliki untuk anak muda dan masyarakat Alor. Harapannya dengan interaksi dan kolaborasi bersama, jejaring yang digerakkan oleh para aktivis muda dan komunitas ini mampu berkontribusi dalam membangun masyarakat khususnya NTT menjadi lebih baik. (TRU)


  Bagikan artikel ini

Kualitas Hidup Bermula Dari Pengenalan Diri

pada hari Minggu, 9 Agustus 2020
oleh Petrus Maure, S.Kom.

Kegiatan ini terlaksana dengan konsep kolaborasi beberapa Komunitas, yang mempunyai visi-misi yang sama untuk pemberdayaan masalah kehidupan sosial dan masalah lingkungan hidup di pulau Alor. Kegiatan ini juga tidak menutup kemungkinan untuk bisa berkolaborasi dengan Lsm dan lembaga pemerintah maupun swasta.

 

Penggunaan konsep kolaborasi para penggiat komunitas sosial ini juga bertujuan untuk menciptakan iklim untuk kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup yang baik. Kalau dilihat secara pesimis dari berbagai faktor dalam segi kehidupan (sosial, ekonomi, lingkungan, politik, budaya dan HAM), khususnya di daerah kami (Indonesia Timur) hampir kesemuanya itu tidak mendukung untuk mengembangkan talenta dan potensi kita sebagai kaum muda.

Untuk kegiatan pertama tim Multiplikator Stube HEMAT di Alor, masih berfokus pada penguatan kapasitas para mahasiswa, dengan mengutamakan prinsip 'Why' (Mengapa), sehingga gerakan kegiatan ini tidak menjadi sebuah seremoni belaka. Harapan utama dari prinsip ini ialah “timbul rasa kegelisaan dalam diri dan lingkungan mereka”.

 

Dari rasa kegelisahan ini kiranya bisa menggugah rasa ingin tahu dan daya berpikir mereka akan masalah sosial dan lingkungannya. Untuk itu kami juga mengajak mereka untuk bisa membangun kekuatan dalam berpikir dan bertindak dalam komunitas kecil maupun besar, dengan menggunakan prinsip “Think Global, Act Local - Patrick Geddes”. Bagi kami banyak kaum muda dan intelektual menjadi apatis dengan keadaan diri dan lingkungan mereka karena lingkungan dan iklim kehidupan yang kurang mendukung.

Seperti awal kutipan di atas, tentang berbagai faktor yang belum mendukung untuk mengembangkan potensi kaum muda yang punya potensi atau talenta, untuk kegiatan awal ini kami mengalami banyak kendala. Terutama dukungan dari pihak-pihak yang bagi kami itu punya kekuatan bagi kami untuk membuat gerakan baik ini. Kesemua kendala dan faktor yang ada bagi kami itu adalah peluang besar bagi kami untuk menjadi pembawa perubahan.

Awal pelaksanaan kegiatan kami pada tanggal 8 Agustus 2020 berkolaborasi dengan pihak Universitas Tribuana Kalabahi, agar bisa saling bersinergi dalam pembangunan sumber daya manusia dan alam yang ada di pulau Alor ini. Karena sejauh ini banyak kekuatan baik dari berbagai elemen belum saling terhubung dengan baik, dan itu membuat iklim positif kehidupan ini menjadi lemah.

 

Kekuatan terbesar kami untuk menghadapi semua kendala dalam membuat gerakan baik ini ialah kekuatan jaringan komunitas sosial. Bisa membuat gerakan baik ini berjalan, bagi kami kekuatan sosial sangatlah punya kekuatan besar, karena sangat mengandalkan prinsip kebaikan. Walaupun masing-masing individu, kelompok, atau lembaga bergerak dengan cara masing-masing tetapi punya satu tujuan untuk “kehidupan manusia dan lingkungan lebih baik”.




  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2023 (3)
 2022 (10)
 2021 (10)
 2020 (4)

Total: 27