Anak Muda NTT: Baku Dukung!

pada hari Minggu, 19 Mei 2024
oleh Antonia Maria Oy, S.P.

          

 

 

 

Ungkapan di atas merupakan refleksi yang saya temukan dalam Jambore GRUF di Sumba Timur, yang mana GRUF merupakan singkatan Gotong Royong untuk Flobamoratas, sebuah event berharga yang mempertemukan ratusan anak muda dan komunitas di Nusa Tenggara Timur (NTT). Acara ini bertujuan mempererat jaringan, bertukar pengetahuan, belajar bersama, dan merayakan praktik-praktik baik dalam upaya mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim di provinsi NTT. Jambore GRUF telah diadakan di beberapa tempat sebelumnya, dan saya mengikuti Jambore GRUF 4 di Sumba Timur. Gerakan ini sendiri diinisiasi oleh Koalisi Kelompok Orang Muda untuk Perubahan Iklim (KOPI) di bawah naungan Hutan Itu Indonesia dan Teras Mitra, serta didukung oleh Yayasan Humanis (HIVOS) melalui program Voices of Climate Action (VCA).

 

 

Saya bergabung dengan Koalisi KOPI pascalulus kuliah dan saya merasa beruntung bisa memberikan dampak positif bagi orang lain. Saat ini saya mendapat mandat sebagai koordinator Koalisi KOPI wilayah Waingapu. Di Jambore GRUF ini saya bertanggungjawab untuk mengelola bersama panitia lokal untuk wilayah Sumba, memastikan bagaimana pelaksanaan acara, akomodasi peserta, keamanan dan perijinan acara. Kami berupaya dengan segala sumber daya yang ada untuk menyukseskan kegiatan besar dan luar biasa ini. Pengalaman saya di organisasi semasa kuliah, salah satunya STUBE HEMAT Yogyakarta, sangat membantu dalam mengelola acara ini.

 

 

Jambore GRUF kali ini mengusung konsep yang berbeda, yaitu camping selama 6 hari di pinggir Pantai Londa Lima. Bayangkan, selama 6 hari berteman riuhnya angin dan suara ombak yang menenangkan, ratusan anak muda menikmati proses belajar dan bertukar pengalaman. Ini adalah kesempatan luar biasa untuk memperluas wawasan dan jaringan. Ada satu topik tentangn ‘ARTIVISM’ dimana seni sebagai media kampanye perubahan iklim. Para seniman menampilkan kreativitas mereka dengan menceritakan kisah-kisah inspiratif, aksi iklim dan ramah lingkungan yang diekspresikan melalu karya-karya mereka.

 

 

 

Saya sangat bersyukur karena di kegiatan ini saya bisa bertemu para seniman dari NTT, antara lain Petrus Maure dari Alor Creative 100%, yang bernaung di organisasi yang sama, yaitu Stube-HEMAT. Saya menemukan pencerahan ketika mendengarkan pengalamannya dalam mengembangkan usaha kerajinan berbahan lokal dengan tetap menguntungkan secara ekonomi, sarat nilai kearifan lokal dan ramah lingkungan. Selain itu, saya berjumpa dengan Francis Lehot, penyanyi dari Labuanbajo. Kecintaan sekaligus keresahannya pada bumi NTT dituangkan pada lagu ciptaannya sendiri. Baginya, lagu-lagu bisa menjadi media untuk mengungkap permasalahan dan menyuarakan kebenaran. Lagu yang ia ciptakan mampu menghipnotis orang-orang yang mendengar ikut merasakan apa yang ia alami.

 

 

 

Bagi saya, Jambore GRUF 2024 adalah momen terbaik dalam hidup saya karena bisa bertemu dengan ratusan kepala dengan beragam ide yang mempunyai mimpi besar untuk Nusa Tenggara Timur. Saya menyadari bahwa NTT tidak kekurangan orang-orang pintar, namun kurang diberi ruang untuk menampilkan kreativitas. Anak muda adalah generasi unik yang memiliki kreativitas dan imajinasi tanpa batas. Dengan potensi tersebut, kami dapat memberikan dampak positif dengan berbagai cara. Walau tidak banyak ruang yang ada, imajinasi dan kreativitas anak muda NTT tidak terbatas bahkan dapat menembus batas untuk mewujudkan mimpi bersama bahwa anak muda NTT bisa maju dengan selalu ‘baku jaga’ dan ‘baku dukung’ untuk aksi perubahan iklim. ***

 


  Bagikan artikel ini