Mengkampanyekan Perlindungan Bagi Yang Terancam

pada hari Minggu, 12 Mei 2024
oleh Alor Creative 100%.

 

       

 

Sebagai tindakan nyata dan bentuk kepedulian atas perubahan iklim dan permasalahan yang melingkupinya, Alor Creative 100% ikut serta dalam aksi pemuda ke-1 se NTT untuk isu iklim dengan wadah KOPI (Koalisi Orang Muda Atas Iklim) di bawah naungan Yayasan Hutan Itu Indonesia dan Terasmitra. Kerjasama untuk aksi ini sudah berlangsung sejak akhir tahun 2021. Jambore yang diadakan tahun ini merupakan yang ke-4 kalinya dengan mengusung tema: Gotong Royong Untuk Flobamoratas (GRUF). Flobamoratas sendiri merupakan singkatan dari nama-nama pulau Flores, Sumba, Timor, Rote, Alor, Lembata, dan Sabu. Kegiatan dilaksanakan selama 6 hari (1-6 Maret 2024) dengan mengambil lokasi di Pantai Londalima – Sumba Timur. Tiga kali kegiatan jambore sebelumnya dilaksanakan di Ende, Larantuka, dan Kupang

 

 

Peserta  jambore berasal dari 12 daerah di NTT dengan total peserta sebanyak 152 orang dengan aneka latar belakang isu kegiatan komunitas dan individu, yang tidak hanya lingkungan tetapi juga seni budaya, pendidikan, pertanian dan peternakan (pangan lokal), isu anak dan perempuan (kesetaraan gender).

 

 

Kegiatan jambore GRUF 4 kali ini sedikit berbeda karena memberikan kesempatan khusus bagi 20 orang seniman terpilih di NTT untuk menampilkan karya. Konsepnya dengan istilsh “ARTIVISM” atau berkampanye tentang iklim dan lingkungan lewat karya seni, dengan konsep pengkaryaan yang berkelanjutan.

 

 

 

 

Mewakili seniman kriya Alor, saya hadir dengan brand “Alor Creative 100%” dengan membawa karya aksesoris bentuk Dugong dan Hiu Tikus (Threshershark) untuk mengkampanyekan perlindungan hewan laut yang terancam punah. Ada juga berupa moko dan rumah adat budaya alor. Agar karya seni aksesoris ini berkelanjutan dalam proses pembuatannya, maka hanya menggunakan bahan alam dan proses pengerjaannya rendah emisi atau tidak banyak menyerap energi listrik.

 

 

Pada hari ke-2, saya berkesempatan berbagi cerita dan berdiskusi dengan teman-teman peserta tentang karya yang dibuat, mulai dari prinsip dan konsep pengerjaan karya seni kriya berkelanjutan ini. Dalam sesi tanya-jawab banyak peserta yang memberikan pertanyaan serius yang harus saya jawab dengan serius juga sesuai dengan pengalaman selama berkarya. Pertanyaan-pertanyaan itu berkisar tentang “Mengapa memilih bertahan hidup dengan seni kriya, apa alasan memilih seni kriya aksesoris berkelanjutan, bagaiman peluang dan tantangan pemasaran produk saat ini, bagaimana manajemen kerjanya selama ini sehingga bisa berjalan kurang lebih 5 tahun”.

 

 

 

Di akhir diskusi ada pesan dan  harapan, semoga anak muda di NTT makin kreatif dalam mengembangakan semua potensinya, baik potensi diri maupun potensi alam,  sehingga bisa meberikan dampak baik bagi banyak orang dan lingkungannya.***


  Bagikan artikel ini