Selamat Pagi dari Ufuk Timur Indonesia #2, Raja Ampat, Papua Barat
Hari pertama kaki kami menginjakkan Raja Ampat adalah di Kampung Kapatlap, Pulau Salawati bagian utara. Di kampung ini Pdt. Grace Nanuru melayani jemaat Gereja Kristen Injili Solideo. Anak-anak sekolah minggu di gereja ini sangat senang bertemu dengan kami. Kami ingin mereka semua menjadi anak-anak Tuhan yang menjadi berkat untuk mensejahterakan pulaunya, negara dan gereja. Mereka hidup serba kekurangan fasilitas sekolah dan ekonomi karena orang tuanya nelayan tradisional. Tetapi mereka sangat gembira dengan suasana keluarga, masyarakat, gereja, alam pantai dan laut. Kami sangat senang mereka menyanyi tentang Tuhan Yesus yang akan datang. Bagi saya pemahaman teologis yang dalam karena di sana tidak ada perbedaan sosial. Dari kampung Kapatlap, kami menyeberang laut menuju Yenanas, pulau Batanta.
Kami merasakan keramah-tamahan masyarakat Kami merasakan keramahtamahan masyarakat yang luar biasa, juga budaya gotong royongnya, tidak ada rasa curiga, bahkan kami selalu disambut dengan makan bersama. Saat kami pulang pun mereka mengantar sampai dermaga pantai meski panas atau hujan. Lambaian tangan perpisahan menjadi romantisme ikatan persaudaraan erat yang kami rasakan, meskipun kami baru kenal. Hal semacam ini sulit kita dapat, mungkin hampir punah di masyarakat perkotaan atau di daerah lain.
Kami diingatkan dengan Firman Tuhan dalam Roma 15:9-13,’....dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya, ....’. Jadi apabila tujuannya untuk memuliaan Tuhan Allah, tentu terjadi ada rasa persaudaraan, solidaritas, sehati, dan sejiwa. Apa yang dialami masyarakat Papua juga kita alami, apa yang dirasakan masyarakat Papua juga kita rasakan, itulah yang kami temui dari pulau ke pulau.***