Ada ungkapan sederhana mengatakan bahwa “orang hidup harus punya tujuan, jika tidak punya tujuan bukan hidup”, ungkapan ini sebenarnya sebuah motivasi untuk menyemangati seseorang supaya memiliki gairah hidup melalui sebuah tujuan hidup yang akan dicapai. Dengan ditetapkannya atau dirancangnya sebuah tujuan, maka orang akan senang menjalani kehidupannya sehingga ia tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan atau tantangan hidup yang ia jalani. Demikian halnya dengan sebuat komunitas, kelompok kegiatan dan kelompok kerja sangat perlu punya tujuan dan impian yang akan dicapai dalam beberapa waktu, tahun, dan jangka waktu yang tidak terbatas.
Mengingat pentingnya sebuah rencana strategis, program Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung membuat diskusi penyusunan rencana strategis bagi sebuah komunitas, agar memiliki semangat terus bergerak mencapai impian, bertempat di gedung gereja GKSBS Batanghari wilayah Banarjoyo (30/09/23). Diskusi ini menghadirkan pembicara Pdt. A.T Hariyanto, S.Pd. M.Div, seorang pendeta tugas khusus bidang Pendidikan dari GKSBS Batanghari di Universitas Negeri Lampung, yang biasa mendampingi gereja, lembaga sosial dan komunitas untuk menyusun rencana setrategis guna mencapai impian yang diharapkan. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 20 orang yang berasal dari gereja, kelompok masyarakat, dan kelompok mandiri (sala-satunya kelompok kerja HASTANI yang dirintis oleh kegiatan Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung).
Pdt A.T Hariyanto menyampaikan bahwa Perencanaan dapat dikategorikan sebagai Rencana Jangka Panjang [RJP], atau biasa dikenal dengan Rencana Induk Pengembangan [RIP], perencanaan strategis [RENSTRA] dan perencanaan taktis atau rencana operasional [RENOP]. Rencana Induk Pengembangan biasanya disusun untuk waktu lebih dari 20 tahun, rencana strategis untuk jangka waktu 5-10 tahun, sedangkan rencana operasional untuk waktu satu tahun.
Diskusi ini berbentuk pelatihan dimana para peserta diskusi diajak terlibat langsung menyusun sebuah rencana setragis untuk kelompok atau komunitas mereka masing-masing. Menariknya kegiatan ini adalah bersamaan saat para peserta sedang memikirkan bagaimana agar kelompok mereka tetap eksis dan berkelanjutan dimasa-masa yang akan datang, dengan dinamikan perkembangan dan perubahan kondisi masing-masing. Oleh karena itu sebuah tujuan yang menarik, menyenangkan, terjangkau, dan nyata sesuai keadaan dan kebutuhan kelompok menjadi sebuah kekuatan atau daya dorong agar program-program kerja yang diturunkan akan mudah dikerjakan. Pdt A.T Hariyanto, sebagai fasilitator menemai belajar dengan penuh kesabaran karena para peserta yang mayoritas sudah lama meninggalkan bangku sekolah, harus bergelut dengan perencanaan yang tersistematis. Tidak sia-sia rupayanya kegiatan ini, terbukti dengan adanya rencana strategis sederhana yang bisa dihasilkan dengan proses yang sebenarnya juga tidak mudah bagi para peserta diskusi.
Walaupun perlu belajar lebih dalam dan rinci untuk menghasilkan rencana strategis bagi kelompok atau komunitas, paling tidak hari itu para peserta mampu melihat gambaran penyusunan renstra bagi komunitasnya. Mengenal kekuatan diri, mengenal kelemahan diri, melihat peluang di luar diri, dan melihat ancaman dari luar dirinya adalah langkah awal untuk menemukan visi dan misi, yang pada akhirnya bisa diformulasikan sebagai isu-isu besar dari masing-masing komunitas. Tahapan penyusunan program tahunan menjadi bagian akhir untuk menemukan aktivitas-aktivitas harian yang akan dilaksanakan komunitas atau kelompok sebagai gerakan untuk memutar roda perjalanan komunitasnya. Seru, berat, susah, namun menarik, begitulah kira-kira aktivitas diskusi menyusun renstra bagi komunitas. ***