Sikap Gereja Terhadap “Piil Pasenggiri“ dalam Konteks Pluralitas Budaya di Lampung

pada hari Senin, 9 November 2020
oleh adminstube

Seminar kecil ini merupakan tindak lanjut beberapa diskusi tentang kearifan lokal Lampung “Piil Pasenggiri”, sebuah filosofi kehidupan yang menggambarkan sikap hidup orang Lampung yang menjunjung tinggi harga diri dalam hidupnya. Sebagai warga gereja sekaligus warga masyarakat yang tinggal di propinsi Lampung, mahasiswa dan pelajar juga memiliki peran penting untuk berkontribusi dalam pembangunan Lampung dimulai dari konsep-konsep sederhana. Dorongan melakukan hal-hal baik sesuai nilai-nilai ajaran Injil dapat dipadukan dengan kearifan lokal bersama para pihak untuk membangun Lampung. Stube HEMAT hadir sebagai jembatan agar permahaman berita baik dari Injil dapat berjumpa dengan nilai-nilai budaya sebagai kearifan lokal.

Diawali renungan singkat yang dibawakan oleh saudara Yosi Nanda Pratama, mahasiswa Teknik Komputer di Bandar Lampung, seminar ini didampingi oleh narasumber Retno Ambarsasi, S.Th, seorang guru agama Kristen di sekolah yayasan milik gereja, komisi pemberdayaan perempuan Klasis di Pugungraharjo (Minggu, 08/11/2020). Retno menyampaikan bahwa budaya adalah cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur di dalamnya seperti agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, atau juga karya seni. Kebudayaan yang dinyatakan dalam Alkitab, pada mulanya dan seharusnya bertujuan untuk memuliakan Allah (vertikal).

 

Dalam Kejadian 1:28 dikatakan, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka, “beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu”. Kata “taklukkan” dalam bahasa Ibrani “kabash”. Istilah ini dipakai sekitar lima belas kali dalam Perjanjian Lama yang berarti menundukkan lawan atau menaklukkan musuh. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, kebudayaan menjadi bagian integral keberdosaan manusia. Manusia yang mengelola kebudayaan adalah manusia yang berdosa, maka kebudayaan pun ikut jatuh ke dalam dosa. Contoh: dulu kalau manusia ingin bekerja di sawah hanya mengandalkan cangkul tetapi di zaman modern ini manusia dipermudah dengan kehadiran alat-alat pertanian yang serba modern. Kemajuan teknologi semakin mendorong banyak orang untuk melakukan tindakan yang ambisius yang cenderung merusak dan menghancurkan.

Pemaparan dilanjutkan diskusi pendalaman materi dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:

Apa tanggapan saudara tentang budaya berdasar teks Alkitab yang dibaca dari Kisah Para Rasul 16:21, Markus 7:9, Matius 15:6, 2 Raja-Raja 17:33, 2 Raja-Raja 17:34, 1 Petrus 1:18? Bagaimana sikap remaja dan pemuda gereja Kristen menyikapi budaya yang berkembang saat ini. Apa contohnya?

Diskusi kelompok yang diikuti oleh 25 peserta (15 mahasiswa, 5 pelajar dan 5 aktivis gereja) tersebut membuahkan beberapa poin sebagai berikut:

  1. Yesus mengkritisi budaya dan tradisi yang umum dilakukan manusia apakah yang dilakukan itu sesuai dengan kehendak Bapa-Nya.
  2. Beberapa bacaan Alkitab mengajarkan agar orang-orang mengutamakan Tuhan dalam menjalani kehidupan bersamaan dengan budaya yang ia jalani.
  3. Mendorong para pembaca Alkitab dan orang percaya memiliki sikap kritis terhadap budaya apakah mendatangkan sikap hidup yang baik dan selaras dengan kebenaran firman Tuhan. Budaya yang memiliki nilai-nilai kebaikan dan kebenaran firman Tuhan dipakai oleh umat Tuhan (mahasiswa dan pelajar) untuk berkontribusi untuk membangun daerahnya.

Kegiatan ini mendorong mahasiswa dan pelajar Kristen Lampung untuk melestarikan budaya dan merawat bumi Lampung sebagai warisan leluhur. ***


  Bagikan artikel ini

Berita Web

 2023 (7)
 2022 (9)
 2021 (15)
 2020 (7)

Total: 38