Kegiatan pagelaran seni dan budaya Lampung merupakan kegiatan kreasi para mahasiswa dan pelajar untuk mengenal budaya dan nilai-nilainya. Dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 November 2020, pagelaran seni dan budaya ini diharapkan memberi dorongan mahasiswa dan pelajar agar semakin mencintai budaya daerahnya. Pagelaran seni dan budaya disajikan dalam bentuk pementasan tari, puisi, nyanyian, dan drama. Aktivitas ini diisi oleh 30 mahasiswa dan pelajar yang terlibat aktif dalam kegiatan Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung dan dihadiri 113 warga gereja dan masyarakat di sekitar GKSBS Batanghari.
Kegiatan ini diawali dengan renungan singkat yang dibawakan oleh Pdt. Theofilus Agus Rohadi, S.Th untuk memotivasi mahasiswa pelajar, dan peserta yang hadir menjadi generasi yang memiliki kepedulian dalam pembangunan daerah dengan langkah sederhana yang bisa dilakukan. Renungan diambil dari Kejadian 1:1-2, dalam renungan ini Pdt. Theofilus Agus Rohadi menegaskan bahwa Allah sudah memberikan yang terbaik bagi manusia, dan apa yang baik ini perlu dikelola manusia untuk menopang kehidupannya. Nilai-nilai budaya Lampung adalah anugerah Allah yang diberikan kepada mahasiswa, pelajar dan warga yang hadir, salah satunya adalah sikap harga diri untuk melakukan hal-hal yang baik.
Pagelaran seni dan budaya ini dipandu oleh 2 mahasiwa dan 1 orang budayawan Lampung sebagai narator, yakni Abraham Maulana Sanjaya, S.E. Seni dan budaya yang dipertunjukkan adalah:
1. Tari Sembah. Tarian yang dibawakan oleh 5 mahasiswa dari kota Metro ini, memiliki makna memberikan penyambutan hangat kepada tamu yang hadir dengan keramahan dan kelembutan orang Lampung yang digambarkan dengan kelembutan para penari. Tarian ini menempatkan orang lain sebagai raja sehingga perlu disambut dengan baik. Sirih dan kapur menjadi hadiah terindah yang diberikan para penari kepada seluruh tamu untuk mengikatkan diri dalam kehalusan budi dan merasakan persaudaraan yang mendalam yang digambarkan dalam warna merah sirih dan kapur yang dikunyah menjadi satu.
2. Lagu “Tanoh Lado”. Narator menjelaskan bahwa lagu yang dibawakan oleh 3 pelajar ini menggambarkan kekaguman penulis lagu terhadap keindahan alam bumi Lampung yang berupa laut dan pegunungan. Lagu ini mengajak insan Lampung untuk memeliharanya sehingga keindahan bumi Lampung tetap terjaga. Dalam pesan, narator mengajak hadirin memiliki rasa malu apabila tidak bisa menjaga dan merawat bumi Lampung dengan baik, apalagi merusaknya. Inilah Piil Pasenggiri yang harus tetap hidup untuk merawat keindahan Lampung.
3. Puisi “Sang Bumi Ruah Jurai“. Puisi ini dibawakan oleh salah satu juara tingkat Kabupaten di Lampung Timur. Narator menjelaskan bahwa puisi hasil karya sendiri ini merupakan puisi yang indah dan patut untuk diapresiasi. Puisi yang sederhana ini bermakna bahwa bumi Lampung di pulau Sumatera ini menjadi tempat bagi semua orang dan insan yang ada di dalamnya. Semangat hidup rukun dan saling menghargai diangkat kuat oleh sang pembaca puisi. Pesan moral yang disampaikan adalah kita hidup bersama di bumi Lampung ini dengan orang lain, untuk itu harus saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya.
4. Drama “Piil Pasenggiri”, dengan judul Malu kalau tidak berhasil. Drama ini diperankan 15 mahasiswa dan pelajar yang mengisahkan 2 kelompok pemuda yang bersaing untuk mencapai keberhasilan di sekolah melalui perlombaan. Kelompok pertama mempersiapkan diri dengan berlatih keras dan banyak belajar bersama, sementara kelompok kedua memilih bersantai dan melakukan berbagai cara yang tidak baik dan curang untuk meraih keberhasilan. Pada akhirnya perlombaan dimenangkan team pertama. Pesan moral dalam drama ini adalah keberhasilan diraih oleh mereka yang melakukan perjuangan yang gigih dan bersungguh-sungguh walaupun membutuhkan pengorbanan.
Rangkaian pagelaran seni dan budaya ini diakhiri dengan menyanyikan lagu “Bumi Lampung”, sebuah nyanyian yang mengambarkan Lampung itu indah oleh seluruh peserta pengisi acara. Lampung terkenal dengan kekayaan tanaman Lada, yang menarik banyak orang datang untuk berbisnis pertanian. Lampung yang potensial menarik banyak wisatawan dan pendatang untuk sekedar melancong atau bahkan pada akhirnya menetap di Lampung. Sungguh sebuah pagelaran seni dan budaya yang mengesankan dan edukatif.***