Kegiatan Anak Muda Pondok Diakonia
Oleh: Lusiana Sih Ayuning Tiyas.
Pondok Diakonia mengadakan kegiatan dalam Program Multipikasi Stube-HEMAT di Lampung membahas tentang koperasi, dan jurnalistik di balai latihan kerja Pondok Diakonia, Batanghari, Lampung Timur (21/8/2021). Ini merupakan program pengayaan bagi anak muda di Pondok Diakonia supaya lebih mengenal koperasi serta bagaimana bekerja mencapai kesejahteraan bersama, dan mendalami penulisan yang membantu peserta merangkai kalimat dan mengungkapkan gagasan secara sistematis.
Pada sesi pertama tentang koperasi, perwakilan KSP Koperasi Kredit (Kopdit) Sehati, yaitu Candra Istiono sebagai pengawas dan Sugeng Asmoro sebagai manager, menjelaskan bahwa KSP Kopdit Sehati didirikan atas dasar keprihatinan atau kepedulian terhadap sesama yang sedang mengalami kesulitan. Kemudian secara bersama mengumpulkan dana untuk saling membantu anggota memenuhi kebutuhan melalui usaha produktif. Awalnya di tahun 1990 hanya ada 52 anggota dengan modal awal kurang dari 2 juta, dan di tahun 2021 anggota KSP Kopdit Sehati telah berkembang menjadi empat ribu anggota dengan jumlah aset lebih dari 29 milyar.
Proses berkembangnya koperasi nampak mudah, tetapi sebenarnya ada berbagai tantangan dan usaha keras yanhg dilakukan. Tantangan yang ada dihadapi dengan sikap optimis dan keputusan yang bijak, serta kesadaran bahwa mewujudkan impian yang besar harus dimulai dari hal-hal kecil dan perlu waktu. Dari paparan narasumber, peserta memahami konsep koperasi, bahwa koperasi adalah usaha bersama dan pemilik dari koperasi adalah para anggota yang bergabung dalam koperasi tersebut dan memiliki tujuan terwujudnya kesejahteraan anggota. Selanjutnya peserta mengenal KSP Kopdit Sehati dan layanannya, dari keanggotaan dan cara menjadi anggota, jenis simpanan dan pinjaman, jangka waktu pinjaman dan bunga pinjaman, jaminan pinjaman dan dana perlindungan bersama. Dari sisi manfaat, anggota memiliki alternatif tempat penyimpanan uang yang aman, kemudahan meminjam uang, mendapatkan laba simpanan dan bunga pinjaman yang terjangkau.
Di sesi kedua, peserta mendalami teknik menulis bersama Dwi Setyo Harjanto, staff kantor dan tenaga ahli Teknologi Informasi Sinode GKSBS. Ia menyampaikan bahwa ‘tanpa ide seseorang tidak mungkin bisa menulis’, jadi, ketika seseorang ingin menulis, ia harus mempunyai ide atau tema yang akan ditulis. Kemudian ketika mulai menulis, ia harus menentukan sudut pandang penulisan supaya tulisan tidak melebar ke mana-mana. Selanjutnya, penulis menentukan ‘lead’ yang akan dipilih, apakah lead ringkasan, bercerita, deskriptif atau kutipan. ‘Lead’ adalah tulisan pembuka yang akan menentukan apakah pembaca akan melanjutkan untuk membaca atau melewatkannya. Ini berarti ‘lead’ adalah kunci untuk memancing rasa penasaran seseorang mau membaca berita atau tulisan. Berkaitan judul, Dwi mengingatkan ada kalanya judul berubah. Jangan sampai judul di awal menghambat gagasan dalam mengembangkan tulisan. Jadi, tidak masalah jika ada perubahan judul ketika tulisan selesai ditulis. Dalam penulisan perlu mengingat dua aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu bahasa dan relevansi.
Dari kegiatan tersebut peserta belajar menerapkan pengalaman baru, seperti yang diungkap oleh Angel Prawesti, salah satu anak muda di asrama, “Saya belajar bagaimana cara menulis secara baik dan benar dengan 5W dan 1H dan untuk materi koperasi mendorong kami untuk rajin menabung dan mengelola uang dengan baik untuk masa depan.” Mereka juga menggagas koperasi Pelajar Pondok Diakonia dan membuat tulisan bertema mulai yang sederhana, dengan keyakinan bahwa keberhasilan dimulai dari ketekunan melakukan hal-hal yang kecil, dan nantinya berkembang menjadi besar dan bermanfaat.***