Mayoritas masyarakat Kabupaten Lampung Timur adalah masyarakat agraris, namun demikian tidak ingin tertinggal dengan berbagai macam perubahan global, khususnya bidang teknologi dan informasi. Atas dasar itulah pada tanggal 15 Desember 2021, di Wisma Centrum, multiplikator Stube HEMAT di Lampung mengadakan pelatihan yang bertema: ‘Efektif Mengelola Website’. Pelatihan ini ditujukan untuk anak-anak muda gereja, pelajar, dan mahasiswa agar mereka mengenal apa itu website, mengetahui koridor penggunaan media sosial secara hukum perundang-undangan, dan pada akhirnya setiap peserta diharapkan mampu mengelola media sosial dengan bijaksana.
‘Jarimu adalah harimaumu’ merupakan ungkapan bijaksana yang disampaikan Basuki, S.Pd, M.Pd., wakil ketua 1 DPRD Kota Metro, yang menjadi salah satu fasilitator dalam pelatihan ini. Basuki menggambarkan bahwa zaman sekarang ini, hanya dengan jari saja seseorang bisa melakukan perbuatan baik dan buruk. Basuki yang juga seorang praktisi pendidikan mengajak peserta bijaksana dalam menggunakan media sosial. Hal ini dilakukan karena aktivitas komunikasi dan sosialisasi masyarakat Indonesia sekarang ini lebih banyak menggunakan media sosial. Jika dipresentasekan, kurang lebih ada 59% jumlah penduduk Indonesia menggunakan media sosial. Youtube menjadi platform yang paling gemar diakses yaitu sebanyak 88%, WhatsApp 84%, Facebook 82%, Instagram 72%, Twitter 56%, dan Line 50%. Berdasarkan data tersebut dapat diibaratkan bahwa media sosial sudah seperti nasi yang menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Namun di sisi lain, media sosial adalah dunia maya yang penuh jebakan, karena tidak semua yang ada di media sosial merupakan informasi yang berupa fakta, data, dan berita yang valid. Guna menanggulangi hal itu, pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektonik (UU ITE) yang dapat menjerat pengguna media sosial yang menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian, provokasi, dan modus tipu daya yang bisa merugikan pihak lain.
Berangkat dari hal di atas, menghadapi dunia teknologi dan informasi modern ini diperlukan sikap analisis dan kritis, untuk mengantisipasi sisi buruk yang diakibatkannya. Dwi Setyo Harjanto, seorang pemikir dan kritikus teknologi yang mengembangkan wacana kritis terhadap perkembangan Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) dan Yabima Indonesia melalui website, menjadi fasilitator selanjutnya dalam pelatihan ini. Website menjadi bagian penting dalam perkembangan media berita dan komunikasi untuk kehidupan manusia dalam konteks spiritualitas dan keagamaan. Dari website inilah Sinode GKSBS dan Yabima dapat menawarkan berbagai fasilitas kenyamanan, kemudahan, dan kelancaran dalam interaksi dan informasi sebagai spiritualitas baru yang dapat menjadi alat komunikasi dari berbagai aspek kehidupan di tengah keberagaman.
Berangkat dari hal di atas, menghadapi dunia teknologi dan informasi modern ini diperlukan sikap analisis dan kritis, untuk mengantisipasi sisi buruk yang diakibatkannya. Dwi Setyo Harjanto, seorang pemikir dan kritikus teknologi yang mengembangkan wacana kritis terhadap perkembangan Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) dan Yabima Indonesia melalui website, menjadi fasilitator selanjutnya dalam pelatihan ini. Website menjadi bagian penting dalam perkembangan media berita dan komunikasi untuk kehidupan manusia dalam konteks spiritualitas dan keagamaan. Dari website inilah Sinode GKSBS dan Yabima dapat menawarkan berbagai fasilitas kenyamanan, kemudahan, dan kelancaran dalam interaksi dan informasi sebagai spiritualitas baru yang dapat menjadi alat komunikasi dari berbagai aspek kehidupan di tengah keberagaman.
Melalui pelatihan ini beberapa hal dipelajari diantaranya adalah menggunakan media sosial untuk membangun filosofi, konsep, visi, dan skenario masa depan yang lebih revolusioner dan diharapkan dapat menjadi penyeimbang antara dunia material/spiritual, tubuh/jiwa, dan realitas/fantasi. Sebuah tugas yang menantang, tetapi melalui gerbang dunia media sosial bisa mengantarkan manusia menemui berjuta-juta orang, bahkan dapat mengantarkan manusia berkelana dan tamasya menyaksikan representasi teks, gambar, tempat suci, rumah ibadah, dan karya seni yang pada tingkat tertentu dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran, spiritualitas, dan keagamaan. Semoga kebaikan Tuhan dapat diwujudnyatakan dalam kehidupan media sosial yang dilakukan. (YYD)***