Generasi muda di desa cenderung kurang proaktif untuk terlibat dalam pembangunan di daerahnya, karena mereka lebih suka pergi merantau ke daerah lain dengan alasan mencari kehidupan yang lebih baik, meskipun sesungguhnya desa memiliki potensi besar berupa sumber daya alam yang bisa dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berkaitan dengan permasalahan ini, program Multiplikasi Stube HEMAT di Lampung menggelar sarasehan di Pondok Diakonia GKSBS Batanghari dengan mengundang Sugianto (kepala urusan keuangan desa) dan Dendy Setyo Harjo (ketua Karang Taruna desa Banarjoyo) (Minggu, 12/03/2023). Sarasehan ini bertujuan agar: (1) Peserta tahu arah pembangunan desa; (2) Peserta tahu bagaimana generasi muda bersumbangsih dalam pembangunan desa; (3) Peserta memiliki gambaran peran dan fungsinya dalam pembangunan di desanya.
Sarasehan dipandu oleh Yesaya dan Griya dari pondok Diakonia yang mengawali acara dengan menggambarkan keunikan desa dan hal-hal yang menarik, serta melihat perkembangan desa di zaman yang semakin modern. Pertanyaan pertama yang diajukan kepada Sugianto adalah bagaimana perkembangan desa di zaman yang sudah semakin maju ini. “Kita patut bersyukur bahwa sekarang ini desa sudah cukup maju, baik sarana dan prasarana dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu. Dulu ke pasar saja harus ke kota Metro, sekarang sudah dekat karena ada di desa kita. Dulu harus nunggu angkot berjam-jam, sekarang sudah banyak masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi. Dulu masih banyak jalan yang gelap, sekarang hampir semua sudut desa diterangi listrik”, jawabnya.
“Selanjutnya untuk masalah ekonomi, saat ini banyak orang kreatif, dulu orang hanya berfikir bagaimana menanam padi, tetapi sekarang semakin inovatif dengan menanam beraneka ragam tanaman, sehingga berpeluang besar mendapatkan keuntungan, apalagi ditunjang akses jalan yang baik. Di era digital ini, saya pribadi merasa ketinggalan dengan anak-anak muda, komunikasi dan informasi cepat dan tersedia banyak, namun dampak buruknya orang jadi enggan berkumpul, maka anak muda yang aktif di Karang Taruna desa Banarjoyo sedikit,” Sugianto menambah penjelasannya.
Berkaitan peran anak muda di desa, Dendy Setyo Harjo menyampaikan, “Anak muda merupakan potensi besar sebuah desa, apabila desa mau maju maka harus melibatkan anak-anak muda dalam pembangunan. Kebanyakan orang menilai anak muda itu belum tahu apa-apa, atau dibilang tidak bisa apa-apa. Kalau ada pernyataan demikian, sebagai anak muda apakah mau menerimanya?” Beberapa peserta menyatakan bahwa mereka tidak mau dianggap tidak bisa apa-apa karena mereka bisa membuat kelompok olah raga, mengembangkan kelompok belajar, kelompok wirausaha tani dan ternak, meskipun diakui di desa Banarjoyo baru 7 orang yang aktif dari 160 anggota yang terdaftar. Kegiatan yang paling umum dilakukan adalah rapat, mengisi 17-an, dan ikut mengamankan ibadah-ibadah saat hari besar keagamaan. Diakui Dendy bahwa anak muda belum banyak terlibat pembangunan desa karena belum tahu arahnya mau kemana. Aparat desa beberapa kali mengajak rembuk bersama, namun sebatas melaksanakan arahan pemerintah desa untuk mengadakan kegiatan-kegiatan perayaan saja. Ia juga mengeluhkan tidak adanya dana khusus yang bisa dikelola oleh Karang Taruna. Selama ini kalau ada kegiatan bikin ajuan proposal atau menggali sendiri.
Menanggapi hal ini Sugianto menjelaskan bahwa ada dana desa yang bisa dianggarkan dari pemerintah desa, hanya selama ini tidak dialokasikan khusus karena tidak ada program yang diajukan untuk menjadi pembahasan saat penyusunan anggaran. Selama ini kegiatan pemuda di Karang Taruna dimasukkan dalam dana kegiatan besar desa.
Sebagai penutup sarasehan, Dendy menekankan, “Anak muda tidak harus merantau jauh supaya menjadi orang yang berhasil. Terkadang tuntutan zaman memaksa anak-anak yang pintar dan memiliki kemampuan cukup, pergi dari desanya. Menurut saya, perlu adanya kerjasama dan keterbukaan melibatkan anak-anak muda dalam pembangunan desa. Anak muda perlu ditanya maunya apa, agar terlibat aktif di desa tempat lahir dan dibesarkan.” Sementara Sugianto menambahkan, “Bagi saya pribadi, anak muda adalah potensi desa yang harus dikelola dan diberdayakan untuk pembangunan desa. Pemuda sangat diperlukan di desa, kalau anak mudanya tidak aktif maka desa tidak maju. Anak muda punya masa depan yang lebih baik, juga memiliki tenaga cukup untuk melakukan perubahan di desa. Pemerintah desa perlu lebih membuka diri dan proaktif melibatkan anak-anak muda desa agar tahu arah pembangunan desa dan mau terlibat dalam pembangunan tersebut.” ***