Delapan belas November merupakan hari bersejarah bagi masyarakat Bengkulu, karena tiga puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya 18 November 1981 Bengkulu menjadi salah satu provinsi baru di Indonesia, hasil pemekaran provinsi Sumatera bagian selatan (Sumbagsel). Sebagai bagian masyarakat Bengkulu, Stube-HEMAT memanggil beberapa mahasiswa untuk menganalisis dinamika Bengkulu dalam bidang ekonomi.
Masih sedikit kajian mengenai resesi ekonomi dunia tahun 2020 bahkan untuk tingkat nasional, padahal dikuatirkan Indonesia akan ikut mengalaminya. Di Bengkulu juga sama, tidak banyak komunitas maupun organisasi yang berbicara mengenai topik ekonomi tersebut. Hal itulah yang mendorong Stube-HEMAT membuat diskusi bertepatan dengan momentum dies natalis Bengkulu bertema “51 Tahun sudah Provinsi Bengkulu Perkembangan dan Kemajuannya dalam Bidang Ekonomi” pada tanggal 28 November 2019 di Kenrich kafe, Bengkulu.
Difasilitatori oleh Esti Pasaribu, salah seorang Akademisi Fakultas Ekonomi di Universitas Bengkulu (UNIB), diskusi ini diawali dengan pengenalan Stube-HEMAT oleh Koordinator Multiplikasi Stube HEMAT Bengkulu, Yohanes Dian Alpasa, S.Si. Perkenalan lembaga ini penting karena peserta merupakan peserta yang baru pertama kali hadir mengikuti kegiatan Stube-HEMAT.
Esti selaku pemantik diskusi memulai dengan menjelaskan bahwa Provinsi Bengkulu merupakan daerah termiskin kedua di Pulau Sumatera. Lebih lanjut dijelaskan alasan mengapa Bengkulu masih dalam kemiskinan, yakni karena ketidakmampuan Bengkulu memproduksi barang serta masyarakat Bengkulu masih berperilaku komsumtif bukan produktif. Hal ini sesuai dengan 10 prinsip Ekonomi yang sudah dipakai menjadi ilmu dalam bidang Ekonomi dari Prof. Manque, dimana nomor 8 menyebutkan bahwa standar hidup suatu negara bergantung dari jasa dan produk yang dihasilkan.
Terjadi fenomena menarik di Bengkulu, dimana Upah Minimum Rendah (UMR) masih kecil, namun kebutuhan hidup tergolong tinggi. Normalnya UMR tinggi kebutuhan hidup juga tinggi seperti di daerah Batam atau UMR rendah dan kebutuhan rendah seperti daerah Yogyakarta. Data LIPI menyebutkan dalam beberapa bulan terakhir Bengkulu mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,06% dari 4%, namun masih banyak terjadi kesenjangan dan kemiskinan di dalam masyarakat, hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi terjadi akibat Investasi yang masuk melalui para investor yang membuat pertumbuhan ekonomi meningkat namun keuntungan hanya sedikit yang masuk ke Bengkulu dan lebih banyak masuk ke investor. Hal ini akan sekedar menaikkan data statistik pertumbuah ekonomi saja. Jika hal ini terus terjadi maka kesenjangan masih akan terus ada.
Walaupun diskusi berlangsung cukup panjang, namun para peserta tetap antusias karena selain menghadirkan akademisi juga praktisi, yakni Madison, mahasiswa semester 5 Fakultas Ekonomi yang melakukan usaha minyak kelapa. Esti menjelaskan bahwa salah satu contoh nyata untuk mengubah tingkat kemiskinan di Bengkulu adalah dengan mengubah pola masyarakat Bengkulu yang semula konsumtif menjadi pelaku produksi, yaitu menghasilkan barang dengan contoh nyata adalah Madison.
Selanjutnya Madison menjelaskan usaha yang dia lakukan, yakni produksi minyak kelapa yang diberi nama VCO (Virgin Coconut Oil) yang sudah dimulai sejak semester 4 dengan menggunakan dana pribadi. Hal ini didasari karena Bengkulu menghasilkan kelapa yang melimpah dan belum banyak diproduksi untuk kebutuhan lain. Kelapa sebagai bahan utama VCO sengaja dibeli dari warga sekitar pantai untuk membantu pertumbuhan ekonomi warga disana. VCO yang awalnya hanya minyak kelapa murni dapat dijadikan berbagai produk seperti minuman, minyak rambut dan keripik kelapa. Sebagai bentuk pengembangannya, Madison dan rekan dibantu salah satu dosen UNIB akan membangun kerjasama dengan salah satu desa di Bengkulu untuk menjadikan VCO sebagai salah satu usaha rumahan dari warga yang ada di desa tersebut. Kerjasama ini akan diselesaikan pada bulan Desember 2019 hingga Januari 2020.
Diskusi berakhir dengan sebuah kesimpulan dan tekad bahwa setiap peserta diskusi akan menjadi salah satu bagian dari pelaku produksi dan tidak lagi hanya konsumtif. (YM)