Perkebunan Strawberry Bersiap Menghadapi Perubahan Iklim

pada hari Senin, 6 Juni 2022
oleh adminstube

Perubahan Iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Pergeseran ini bersifat alami tetapi sudah berlangsung sejak periode 1800-an. Aktivitas menusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim terjadi, terutama dengan pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas, yang menghasilkan gas yang memerangkap panas.

 

 

Mendengar perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrim di suatu daerah, membuat kami dari Stube-HEMAT di Bengkulu Tengah tertarik mempelajari dampak perubahan iklim bagi daerah pertanian. Pada Minggu, 5 Juni 2022, kami melakukan perjalanan ke perkebunan strawberry di Family Garden Strawberry yang berada di Kelurahan Simpang Nangka Karang Jaya, Kec. Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Perjalanan ditempuh selama 4 jam dari titik keberangkatan, Arga Indah 2 kecamatan Merigi Sakti, Bengkulu Tengah. Selama perjalanan bisa pemandangan perbukitan, hutan lindung dan rumah penduduk asli Bengkulu yang khas yakni rumah panggung.

Tiba di tempat, wawancara dengan petani lokal dan pemilik usaha perkebunan tersebut menjadi kegiatan yang menarik. Salah seorang pengelola perkebunan bernama Meli, menuturkan beberapa informasi penting, seperti tanaman strawberry membutuhkan cuaca sejuk, suhu udara berkisar 22-250 C. Perkebunan strawberry memerlukan kelembapan untuk proses pembuahannya.

Sesuai topik perubahan iklim, kami bertanya jika perubahan iklim terjadi, apa yang harus  dilakukan petani untuk menjaga perkembangan strawberry mereka? Pada dasarnya tanaman strawberry memang memerlukan kelembaban dari suhu udara sekitar tetapi jika terjadi perubahan iklim dengan suhu yang panas maka tanaman strawberry harus terus dilakukan penyiraman. Namun, dengan catatan media tanah tidak boleh telalu basah (becek), karena jika terlalu basah maka akan memperlambat proses pertumbuhan dan juga menyebabkan buahnya membusuk. Setelah disiram letakkan di tempat yang teduh agar tidak terpapar sinar matahari secara langsung ketika cuaca panas.

 

 

Dampak merugi pernah dialami oleh pemilik perkebunan ketika cuaca panas, yakni daun  tumbuhan strawberi mengering dan tidak menghasilkan buah secara maksimal. Namun dengan penyiraman yang baik, maka tanaman ini dapat terselamatkan. Artinya, pada musim panas sekalipun tanaman ini dapat menghasilkan asalkan cara penyiraman dan kelembaban tanah dijaga dengan benar. Bahkan di musim panas buah dari strawberry ini dapat menghasilkan buah yang lebih besar dan manis dari pada ketika musim hujan yang biasanya menyebabkan buah membusuk dan berukuran kecil.

Dari eksposur ini, beberapa pemahaman bisa diperoleh yakni; perubahan iklim bisa terjadi dimanapun dan dapat menimbulkan kerugian bagi manusia, namun, dengan edukasi yang benar serta belajar dari pengalaman, manusia dapat mengantisipasi perubahan tersebut. Manusia bisa mengurangi resiko kerugian dari usaha yang dikerjakan. Hal ini juga berguna untuk mendorong kreatifitas para petani dalam beradaptasi seperti di atas.

 

 

 

Perubahan iklim tidak bisa dihindari dan kita semua harus siap atas perubahan tersebut. Kesiapan dapat diperoleh dengan memperbanyak informasi mengenai usaha-usaha mencegah dampak negatif dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi emisi karbon dioksida dengan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, tidak melakukan pembakaran, melakukan penghijauan, menghemat energi listrik, memakai barang dengan bahan yang bisa didaur ulang, dsb. Mari kita bersama berusaha meminimalisir dampak negatif dari perubahan iklim. (RD) ***

 

 


 


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2023 (11)
 2022 (20)
 2021 (21)
 2020 (19)
 2019 (8)
 2018 (9)
 2017 (17)

Total: 105