Semua Terlibat: Saling Memberi dan Menerima

pada hari Senin, 20 Maret 2017
oleh adminstube
 
 
Diskusi terjadi jika ada interaksi dan suasana saling memberi dan menerima. Setiap anggota  berproses dan mengasah kemampuan diri sehingga masing-masing mendapat manfaat dari setiap pertemuan dan diskusi.
 
Thomas Grome, seorang pengajar di Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul Shared Christian Praxis atau biasa disingkat dengan SCP menuliskan suatu metode pemahaman kitab suci yang sederhana dan melibatkan pendengar dalam setiap prosesnya. Anggota diskusi dapat menjadi pendengar dan pencerita. Diskusi dengan metode SCP ini dimulai dengan berbagi cerita suatu topik yang sudah ditentukan oleh pemimpin diskusi. Setelah peserta berdiskusi maka pembicara akan menutup dengan satu topik dalam kitab suci yang sudah dipilih dan dipersiapkan sebelumnya. Buku ini cukup populer di kalangan pendidik kristiani.

Metode SCP telah berlaku di sekolah-sekolah sebagai salah satu metode pendidikan kristiani. Namun, pola seperti ini juga telah berlaku pada sebagian diskusi yang digelar oleh Stube-HEMAT. Masing-masing peserta juga mengutarakan ceritanya dulu tentang suatu topik. Bedanya terletak pada topik dan penutupnya. Topik yang dibicarakan oleh Stube-HEMAT biasanya menyoal potensi dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat, utamanya di daerah asal. Diskusi itu ditutup dengan landasan teori dari literatur dan referensi yang disajikan oleh narasumber.
 
Metode SCP ini juga diterapkan dalam diskusi di lingkungan pemuda gereja Margasakti, GKSBS Kurotidur. Peserta yang hadir dalam diskusi ini mengutarakan pendapatnya mengenai gambaran ideal kehidupan pemuda gereja. Diskusi dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 mulai pukul 20.00 WIB, di ruang konsistori GKSBS Kurotidur wilayah pelayanan MT.
 
Marta Lita Viani memimpin nyanyian dan mencoba menghangatkan suasana. Pujian dilanjutkan dengan doa dan dilakukan dengan khidmat.
 
Yohanes Dian Alpasa mengawali diskusi dengan memapar soal waktu. Sudah banyak orang di lingkungan Margasakti ini memanfaatkan waktu dengan maksimal. Mereka tentu punya perencanaan dan gagasan sehingga mampu menjalani hari dengan giat dan semangat. Demikian pula seharusnya pemuda gereja berkembang. Bukan hanya menjadi pemuda yang bermalas-malasan tetapi harus mampu menciptakan sesuatu yang produktif, diantaranya dengan bekerja dan mengolah apapun yang bisa dijadikan sumber pemasukan. Namun, untuk itu semua kita memerlukan mimpi bersama. Kita tidak mungkin produktif dan bersemangat di waktu sekarang bila tidak punya gagasan bersama yang menuntun kita kepada masa depan.

 
Sidiq membagikan harapannya bahwa PA Pemuda lebih baik dan spesial. Lagunya semakin dihidupi dan dihayati. Mas Suyat, Supir, dan Dwi punya gagasan serupa. Mereka sepakat akan gambaran pemuda yang guyub rukun nantinya, tidak seperti sekarang ini  pemuda tidak pernah melakukan PA lagi.
 
Marta dan Tamara punya gagasan bersama soal aset gereja. Marta bermimpi gereja punya lahan yang ditanami obat-obatan dan pemuda bisa memproduksi obat-obatan tradisional secara massal. Tamara menyatakan impiannya bahwa pemuda bisa punya gedung sendiri agar bisa berbagi dengan sekolah minggu.
 
Diskusi ini ditutup dengan penjelasan Yohanes soal waktu. Perikop diambil dari Pengkhotbah 3:1-11. Kita memang punya waktu, mimpi dan gagasan. Tetapi waktu dan gagasan itu belum tentu sama dengan waktunya Tuhan. Kekompakan dan kemauan untuk belajar dan terus maju adalah modal kita menuju kehidupan pemuda yang penuh harapan. Mari bertumbuh bersama dengan kompak. (YDA).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2023 (11)
 2022 (20)
 2021 (21)
 2020 (19)
 2019 (8)
 2018 (9)
 2017 (17)

Total: 105