Indonesia dirasakan sedang mengalami darurat kekerasan seksual karena menurut data KOMNAS Perempuan, angka kekerasan seksual yang menimpa perempuan masih tinggi. Pada tahun 2014 tercatat 4.475 kasus, di tahun 2015 tercatat 6.499 kasus, dan tahun 2016 telah menjadi 5.785 kasus.
Stube-HEMAT Bengkulu merasa sangat perlu meningkatkan kapasitas anggotanya, khususnya aktifis perempuan. Oleh karena itu, pada 25 November 2018, Stube-HEMAT Bengkulu mengutus Hosani Ramos Hutapea untuk menghadiri Diskusi tentang penguatan kapasitas perempuan yang diselenggarakan oleh GMKI Cabang Bengkulu. Kegiatan itu berlangsung di gedung Jaringan Pendampingan Kebijakan Pembangunan (JPKP) Kota Bengkulu dan dimulai pada pukul 14.00 WIB.
Pihak Kepolisian Daerah (POLDA) Bengkulu berbicara tentang upaya pihaknya untuk memfokuskan perhatian kepada perlindungan perempuan dan anak. Seseorang masih dikatakan anak, menurut hukum, adalah orang yang masih berusia 18 tahun dan di bawahnya. Jika pada usia tersebut si anak mendapatkan perlakuan kekerasan seksual baik itu secara paksa atau suka sama suka maka pelaku juga dikenakan sanksi. Pihak kepolisian berupaya memberikan pendampingan dan pelayanan khusus kepada korban.
Yayasan Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Untuk Perempuan dan Anak (PUPA) memaparkan budaya patriaki yang mengakar dalam masyarakat Indonesia. Akibatnya, perempuan Indonesia menjadi tersubordinasi. Mereka kerap kali menjadi objek kekerasan seksual karena adanya relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dijadikan hak milik laki-laki ketika telah menikah sehingga ia harus tunduk pada suami. Perempuan terabaikan. Mereka yang terlibat konflik demikian dapat berujung pada kekerasan dalam rumah tangga.
Berbagai kekerasan kita dengar. Banyak terjadi kasus-kasus bahwasannya orangtua memperkosa anak, paman mencabuli keponakannya, dll. Oleh karenanya, pihak Yayasan PUPA mengajak peserta seminar untuk mulai membuka arah pikiran bahwa perempuan bukan hak milik atau objek. PUPA mengajak mendukung penuh pengesahan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual yang telah berjalan mulai tahun 2011 hingga pada saat ini tengah diperjuangkan demi keadilan korban kekerasan seksual.
Stube-HEMAT Bengkulu memiliki program untuk memperkuat aktivisnya dengan pengetahuan gender. Hari-hari ini, kesetaraan gender tidak hanya menyoal perempuan saja tetapi juga menyangkut perlindungan terhadap orang-orang lemah dan terpinggirkan.
Perlindungan terhadap perempuan memang mendesak untuk dilakukan. Pada beberapa tahun yang lalu, ada kasus Yuyun yang harus meregang nyawa akibat diperkosa secara brutal oleh sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab.
Hari ini, aktivis dibekali dengan pengetahuan bukan hanya untuk memperkuat dirinya sendiri tetapi juga dapat membela orang lain. Hosani berterimakasih karena mendapat kesempatan mengikuti seminar ini dan diperbolehkan pula untuk berbagi kepada teman-teman lain tentang apa yang didapat. Semoga dapat berguna untuk kita semua. (SAN).
Penulis: Hosani Ramos Hutapea (Stube-HEMAT Bengkulu)