Memikirkan Kembali Bertani Organik di Sumba

pada hari Senin, 11 Juni 2018
oleh adminstube
 
 
 
Pertanian organik merupakan pertanian yang selaras dengan alam, seimbang dalam hubungan antara manusia dengan alam, di mana manusia mempertahankan kebiasaan alam dan menggunakan cara alami dalam mengolah lahan pertanian sehingga lingkungan tetap lestari dan keseimbangan ekosistem terus terjaga keberlangsungannya.
 
Seperti di bagian selatan bumi Indonesia yang terbentang berupa hamparan sabana tropis dengan luas wilayah 7.000,5 km2, itulah pulau Sumba. Luasan wilayah daratan pulau Sumba ini menjadi tempat hidup masyarakat Sumba dan berbagai suku lainnya dengan latar belakang budaya dan agama yang beragam serta lahan pertanian dan peternakan sebagai penunjang ekonomi wilayah ini. Pulau Sumba terdiri dari empat kabupaten, yaitu Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya yang memiliki keunikan masing-masing, misalnya Sumba Timur memiliki kawasan pertanian luas yang bisa dibudidayakan oleh penduduknya untuk menghasilkan bahan pangan dengan cara alami tanpa menggunakan bahan kimia. Pada dasarnya pertanian di Sumba masih alami karena terbantu dengan musim, yang mana kemarau lebih panjang daripada penghujan, sehingga pengolahan pertanian hanya dilakukan ketika menjelang musim penghujan. Ketika kemarau lahan pertanian menjadi ladang penggembalaan ternak, secara tidak langsung lahan pertanian beristirahat dan bahkan mendapat pupuk dari kotoran hewan yang meningkatkan unsur hara tanah.
 
Bagaimana peluang pertanian organik di Sumba?
Luas lahan pertanian di Sumba Timur sekitar 8.358,00 Ha, menurut BPS 2014. Ini menunjukkan bahwa peluang pertanian organik di Sumba Timur bisa menjadi modal untuk berkompetisi di pasar lokal maupun nasional. Komoditi untuk pasar lokal seperti sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan. Sedangkan komoditi untuk pasar nasional seperti kacang mete, kapas, pinang, kopi dan coklat. Hasil panen dari lahan pertanian langsung dijual sebagai bahan mentah, belum diolah menjadi produk turunan. Ini berdampak pada rendahnya pendapatan dan minimnya kemampuan inovasi petani. Keberadaan petani tradisional yang bertani secara alami ini mesti dijaga dan bahkan dibantu pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan bahan lokal sebagai pupuk dan pestisida organik untuk meningkatkan kualitas tanaman dan hasil panen. Ini tugas setiap pihak yang berkompeten di pertanian melakukan tugas-tugas ini, meskipun secara umum adalah tugas seluruh masyarakat Sumba.
 
Bagaimana minat anak muda Sumba di bidang pertanian?
Pengaruh modernisasi telah mencapai Sumba termasuk anak mudanya. Sebagian besar dari mereka tidak lagi berminat menjadi petani. Mereka lebih memilih bekerja menjadi pegawai negeri sipil atau karyawan perusahaan karena dianggap lebih elit, ada anggapan sebagai petani dapat menurunkan wibawa dan keinginan mendapat uang tanpa menunggu atau berproses seperti bertani dari mengolah lahan, merawat tanaman sampai panen. Ini tidak sepenuhnya salah karena pertanian dianggap belum prospektif. Perlu ada upaya penyadaran dan pengayaan pandang anak muda tentang pertanian yang menunjukkan secara langsung prospek pertanian, seperti yang dialami oleh Frans Fredi dan Aloysius, dua anak muda Sumba yang berani memulai pertanian organik di kawasan Lambanapu, Sumba Timur. Harapannya kiprah dua anak muda ini bisa membangkitkan gerakan anak muda cinta pertanian organik di Sumba.
 
Memang harus diakui, penerapan pertanian organik membutuhkan sinergi pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan, dinas pertanian sebagai kepanjangan tangan pemerintah yang mendampingi petani, organisasi masyarakat sebagai pengimbang dan para petani yang mengolah lahan pertanian. Ke depannya, sikap optimis, mau belajar dan kesamaan tujuan perlu dimiliki maka pertanian organik di Sumba Timur akan bekembang dan bersaing di pasar nasional. Semoga. (Yanto Umbu Muri).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua