Desain Dan Bisnis Kreatif

pada hari Kamis, 29 April 2021
oleh Elizabeth Uru Ndaya

 

 

Kelompok tenun Stube HEMAT telah berhasil melewati proses tenun dari awal hingga akhir. Sekarang ini peserta sudah mengetahui banyak hal mengenai dunia tenun karena tahapan demi tahapan sudah dipraktekkan hingga bisa. Secara keseluruhan peserta sudah cukup paham tugas dan tanggung jawab sebagai seorang penenun. Peserta siap memproduksi lebih banyak lagi kain tenun baik untuk dipasarkan maupun untuk kebutuhan mereka. Namun sebagai pemula, peserta belum begitu paham bagaimana mengembangkan usaha tenun. Oleh karena itu, Program multiplikasi Stube HEMAT di Sumba kembali mengundang pakar tenun ikat, Kornelis Ndapakamang untuk membagikan tips dan trik dalam mempromosikan usaha kain tenun ikat (Rabu, 28/04/2021).

Menurut Kornelis, tenun ikat merupakan bagian dari warisan budaya leluhur yang tidak ada habis-habisnya. Potensi untuk mempromosikan  ke luar daerah sangat besar. Sudah puluhan tahun menggeluti tenun, dalam berbagai kesempatan Kornelis selalu menggunakan busana tenun yang bisa dimodifikasi dengan kain biasa. Hal ini dilakukan karna ia suka motif daerah yang merupakan tenunan hasil karyanya sendiri sekaligus upaya mempromosikannya. Beliau pun menceritakan pengalamannya ketika diberi kesempatan oleh Bapak Gubernur Provinsi NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat untuk mewakili NTT mempromosikan kain hasil tenunannya di ajang pertemuan wisata dunia, London tahun 2019 lalu. Kornelis juga memiliki rumah tenun sendiri yang dijadikan pusat belajar tenun bagi dampingannya dan sekaligus menjadi pusat pembelanjaan kain tenun berkualitas. Tempatnya tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat lokal tetapi juga dari luar pulau bahkan manca negara.

Rini Loyang, salah satu peserta bertanya bagaimana mempromosikan kain tenun hasil karya sendiri yang bukan pakar pembuat kain tenun, sedangkan di luar sana ada begitu banyak kain tenun yang lebih bagus kualitasnya. “Saya mempromosikan lewat media sosial dan juga dari mulut ke mulut pelanggan. Kuncinya adalah menghasilkan produk yang berkualitas sehingga produk kita dicari, apalagi kalau sudah membuka rumah tenun sendiri lebih mudah untuk dipajang dan simpan koleksinya di satu tempat,jelas Kornelis. Di jaman sekarang ini, menjual produk tenun tidak hanya berbentuk kain atau selendang, tetapi bisa dimodifikasi dalam bentuk aksesoris, souvenir yang terbuat dari kain tenun, tambahnya. Mendengar penjelasan tersebut, peserta pun mulai memikirkan dan membayangkan modifikasi produk tenun mereka.

Setelah berdiskusi, Kornelis melatih para peserta mendesain motif langsung pada benang liran yang akan dijadikan selendang. Motif yang digambar adalah motif penyu, bunga dan buaya. Sambil menjalankan penggaris dan pensil di atas benang liran, ia menjelaskan bahwa mendesain motif ada rumusnya sendiri yakni harus mengetahui terlebih dahulu jumlah helai benang per liran, sehingga bisa memposisikan gambar motif yang dikehendaki. Dengan pengalamannya yang luar biasa, Kornelis mampu melahirkan gerakan kreativitas, inovasi, wirausaha tenun ikat dan hal itu perlu terus digalakkan. Pengrajin-pengrajin muda tenun ikat perlu memperoleh pendampingan intensif agar siap merintis dan melanjutkan usaha-usaha tenun baik untuk pasar lokal, nasional dan internasional. Hadirnya program Multiplikasi Stube-HEMAT di Sumba menjadi penggerak untuk membangkitkan harapan, mengubah sudut pandang dan menyerukan kepada seluruh masyarakat Sumba Timur untuk terus menghidupi nilai budaya dan melestarikan alam.***


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua