Mahasiswa Berkontribusi untuk Desa Program Vi&Mi (Village and Me) 2019 – bagian 1

pada hari Minggu, 30 Juni 2019
oleh adminstube
 

 

 

 

 

 

 

Pergantian tahun berarti juga membuka program baru di Stube-HEMAT Sumba, salah satu program yang dinanti oleh mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Sumba adalah Village and Me, sebuah program yang memberi kesempatan kepada mahasiswa yang belajar di Waingapu, ibu kota Sumba Timur untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi desa mereka yang tersebar di pulau Sumba. Kegiatan ini dilakukan saat liburan kampus maupun jeda menanti wisuda. Program ini menumbuhkan keterhubungan antara mahasiswa dengan desa di mana ia tinggal, sehingga ia terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat berdasar apa yang ia pelajari di kampus dan keterampilan yang ia miliki. Selain itu, melalui program ini para peserta belajar bagaimana menyiapkan diri dan materi dengan baik sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Dalam periode ini ada tiga mahasiswa terpilih menjadi peserta, siapa saja mereka:

 


 

Yendri Kati Amah, mahasiswa Teologia Kependetaan di STT GKS, asal desa Kondamara, kecamatan Lewa, Sumba Timur. Desanya terletak 60 kilometer dari Waingapu ke arah barat sehingga letak yang jauh dari perkotaan menyebabkan terbatasnya ketersediaan buku-buku bacaan, khususnya untuk anak-anak dan remaja setempat. Ia berpikir bahwa membaca adalah penting bagi manusia agar pengetahuan dan wawasan bertambah, juga adanyaa minat tinggi dari anak-anak dan remaja di desa untuk membaca, sehingga ia memunculkan ide taman baca bekerja sama dengan GKS Kondamara cabang Winu Hakareting untuk merintis kelompok baca seiring dukungan Stube-HEMAT Sumba.

 



 

Ia melakukan pendekatan kepada anak-anak di desanya, kemudian mengundang mereka untuk membaca dan bercerita tentang buku yang mereka baca. Ternyata anak-anak tidak hanya membaca tetapi juga bermain dan belajar di rumahnya. Tak kurang 40 anak dan remaja usia PAUD sampai SMP datang silih berganti untuk membaca buku. Kendala yang dihadapi yaitu orang tua tidak memiliki waktu mengantar jemput anak-anak mereka karena mengurus ladang.

 


 

 

Yulius Wulang Kamataramu, asal dari Rakawatu, Lewa, Sumba Timur dan saat ini kuliah di Universitas Kristen Wira Wacana, di Waingapu, memiliki kedekatan pada pelayanan gereja sehingga memudahkannya untuk menentukan kegiatan yang bermanfaat di desanya, Tana Pingi, yang terletak 70 kilometer dari Waingapu ke arah barat. Bertempat di gedung gereja GKS Jemaat Rakawatu, cabang Tana Pingi, ia memulai kegiatan di akhir April untuk mendampingi anak-anak dan membangkitkan semangat mereka bersekolah Minggu dengan berbagai kegiatan untuk meningkatkan semangat bergereja, rasa percaya diri dan menumbuhkan kebersamaan di antara mereka, antara lain lomba Cerdas Cermat Alkitab, makan kerupuk dan membaca puisi.

 



 

Yohanes D. Nd adalah mahasiswa Pendidikan Agama Kristen di STT Terpadu, Waingapu. Sebagai mahasiswa pendidikan ia memiliki pengetahuan bagaimana pendampingan terhadap anak didik, dan berdasar minatnya dalam pembinaan anak maka ia merintis pembentukan kelompok bimbingan belajar bagi anak-anak usia SD dan PAUD di desa Kambata Tana, kecamatan Pandawai, yang terletak 18 km tenggara Waingapu. Kegiatan Yohanes ini melengkapi pembinaan yang anak-anak dapatkan dari sekolah mereka masing-masing, meskipun hanya selama dua bulan dari April – Mei 2019. Dari antusiasme anak-anak dan tanggapan orang tua mereka, Yohanes berencana untuk melanjutkan kelompok belajar ini sebagai kegiatan rutin di desanya.

 

 

 

Ketika mahasiswa dengan energi yang mereka miliki mendapat dukungan dan pendampingan yang tepat, mereka terbukti mampu mengabdikan diri dan melakukan kegiatan yang berdampak untuk masyarakat di desa  dimana mereka berasal. Anak muda, mahasiswa, siapkan diri dan ambillah kesempatan untuk membawa kemajuan di desa, kampung halaman. (TRU)

 


  Bagikan artikel ini

Peran Agama Dalam Pembentukan Karakter Seorang Pemimpin Aprialdo Altrians Hermanus, Teologi, STT GKS Lewa

pada hari Kamis, 27 Juni 2019
oleh adminstube
 
 
 
Pemerintahan Indonesia memahami “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” sehingga kedaulatan ada di tangan rakyat. Pemilihan umum serentak untuk memilih pemimpin telah dilaksakan pada 17 April 2019. Rakyat menaruh harapan besar pada pemimpin yang telah dipilih, oleh karena itu para pemimpin harus bertanggung jawab atas janji yang diucapkan saat kampanye dengan melakukan tugas sebaik dan seadil mungkin. Masyarakat bertanggung jawab mengontrol bahkan menuntut janji atau program kerja yang dilakukan. Sayangnya sering kali janji-janji politik saat kampanye hilang ketika pemimpin sudah mendapat kursi empuk dan kekuasan yang tinggi. Bahkan parahnya lagi para pemimpin tersebut terkena kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, melakukan prostitusi, KDRT, dan lain sebagainya.

Pentingnya Peran Agama
Langkah apa yang harus dilakukan untuk mengurangi hal buruk di atas? Kita tahu bahwa kesuksesan negara berhubungan erat dengan etika dan moral para pemimpinnya. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai Ke-Tuhanan terbukti dari sila pertama Pancasila, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Artinya, agama mempunyai pengaruh kuat dalam kehidupan bangsa ini. Setiap agama mengajarkan etika dan moral yang baik bertujuan terciptanya hubungan yang baik antar sesama manusia.
 
Agama apa pun mempunyai peran dan tanggung jawab mempersiapkan pemimpin yang berkualitas dan mematuhi norma-norma yang ada dalam kehidupan. Agama menjadi salah satu penggerak dalam menciptakan pemimpin bangsa yang mempunyai nilai-nilai yang berintegritas tinggi. Agama juga harus berani mengkritisi dan menyuarakan tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dilakukan oleh pemimpin.
 
Pembangunan tempat ibadah yang tinggi dan megah harus sebanding dengan pembangunan manusia berkualitas. Penguatan-penguatan lembaga pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, bahkan tempat kerja tentang etika dan moral harus terus dilakukan. Penulis yakin bahwa agama mampu berperan menciptakan kader pemimpin yang jujur dan berintegritas didukung oleh keluarga di level dasar. Mari kita buktikan bahwa nilai-nilai keagamaan yang ada di Indonesia mampu mencipkan pemimpin dan anak muda Indonesia yang bersikap jujur, adil dan bijaksana, demi tercapainya cita-cita Indonesia adil, makmur dan sejahtera.


  Bagikan artikel ini

Memberdayakan Koperasi Tani Nina Ndoda, Theologi, STT Lewa-Sumba

pada hari Selasa, 25 Juni 2019
oleh adminstube
 
 
Lewa adalah salah satukecamatan yang ada di Kabupaten Sumba Timur dengan mayoritas pendudukpetani yang menggantungkan harapan hidupnya dari persawahan. Jika Anda pergi ke kecamatan Lewa maka mata anda akan dimanjakan dengan hamparan persawaan yang sangat memukau. Tidak heran jika Lewa menjadi salah satu lumbung beras masyarakat Sumba Timur. Beras di pasar Sumbadidominasi oleh beras Lewa.



Namun sangat disayangkan,kehidupan petani Lewa masih sangat jauh dari sejahtera, padahal kalau dihitungtentu banyak keuntungannya, karena dalam setahun petani di Lewa bisa panen 3-4 kali dengan memperoleh uang paling sedikit lima puluh juta rupiah. Namun, masih banyak petani di Lewa yang susah mencari makan, banyak anak yang putus sekolah, rumah tidak layak huni dan lain sebagainya. Tentu sangat ironis, tempat yang kaya akan lahan persawahan tetapi banyakpenduduknya masih hidup jauh dari sejahtera.
 
Banyaknya petani yang terlilit utang dengan rentinir merupakan salah satu penyebab tidak meningkatnya taraf hidup petani. Padi yang baru selesai dipanen langsung diberikan rentenir untukmembayar hutang. Jika akanmenanam padi lagi, para petani meminjam uang kepada rentinir untuk membeli kebutuhan pupuk dan akomodasi lainnya, tidak peduli bunga tinggi, yang penting punya modal untuk memulai menanam padi. Mungkin inilah istilah yang sering kita dengar, tutup lubang gali lubang.
 
Memberdayakan koperasi tani merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi permasalah yang ada. Prinsip dari koperasi adalah kekeluargaan dan gotong royong, dengan bunga kecil,tentu akan membantu petani memenuhi kebutuhan ekonominya. Koperasi tani yang dibangun berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong tidak mudah terpecah belah karena sudah memiliki dasar yang kuat. Selain bertujuan meningkatkan taraf ekonomi, koperasi tani berfungsi mewadahi petani bisa saling berbagi kiat-kiat sukses bertani. Sehingga koperasi tani bisa menjadi ajang saling berbagi informasi dan pengalaman.
 
Sangat diharapkan perhatian dari pemerintah untukmenghilangkan praktek rentenir yang merugikan warga, danmembantu masyarakat mengelola koperasi tani seperti pelatihan pengelolaan koperasi yang baik dan lainsebagainya. Mari memberdayakan masyarakat lewat koperasi karena sifat dasarnya masyarakat Indonesia adalah gotong royong. Dengan semangat gotong royong yang tinggi danpemberdayaan koperasi maka harapan kita bersama, tidak ada lagi petani yang lapar, terlilit utang, sulit berobat dan lain sebagainya. Jaya terus Petani ku!

 
Nina Ndoda

 

  Bagikan artikel ini

Kehadiran yang Menggugah Kebersamaan Refleksi kehadiran Peserta Exploring Sumba di GKS Kaliuda

pada hari Sabtu, 22 Juni 2019
oleh adminstube
 
 
 
Kaliuda adalah desa kecil bagian dari kecamatan Pahunga Lodu yang terletak di ujung timur Pulau Sumba, sekitar 110 km ke arah timur Waingapu, ibukota kabupaten Sumba Timur. Pahunga Lodu berarti Matahari Terbit karena matahari terbit paling awal di tempat ini dibanding kecamatan lainnya di Sumba.
 
 
Di desa ini saya melayani jemaat Gereja Kristen Sumba (GKS) Kaliuda. Nama saya Mora Henggi, lahir di Mburukullu dari pasangan Umbu Nggaba Kahu dan Rambu Hada H. Mila, keluarga petani sederhana yang membentuk saya untuk rajin beribadah, jujur, baik terhadap sesama dan mandiri. Saya lulus fakultas Teologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang tahun 2006 dan menjadi vicaris sinode GKS. Pada tanggal 12 Desember 2008 saya ditahbis menjadi pendeta di GKS Kaliuda yang memiliki 2.148 jemaat, terdiri dari 1.068 jemaat dewasa dan 1.080 remaja dan anak-anak. Sesuai visi dan misi GKS dan Tritugas gereja ada beberapa bentuk pelayanan yang saya lakukan, yaitu ibadah, pemberitaan firman, persekutuan doa, bimbingan rohani atau katekisasi, penginjilan, pengembalaan dan pelayanan sosial masyarakat.
 

 

Perkenalan dengan Stube-HEMAT Sumba terjadi tahun 2010 saat seminar Hukum dan HAM di GKS Kaliuda dengan peserta mahasiswa dan pemuda. Melalui seminar ini kami mendapat pemahaman baru tentang Hukum dan HAM dalam hidup bermasyarakat sehingga kami sadar untuk menghargai HAM, tidak melakukan kekerasan dan menghargai hukum. Selain materi baru, jemaat Kaliuda bisa bersatu padu membantu kelancaran acara. Kami rindu suasana seperti itu lagi dan terus berkomunikasi dengan Yulius Anawaru dan Pdt. Dominggus team Stube-HEMAT Sumba, siapa tahu ada kegiatan melibatkan jemaat Kaliuda.
 
 
Kerinduan ini terwujud di tahun 2014, Novia Sih Rahayu diutus ke Kaliuda sebagai peserta Exploring Sumba. Ia berasal dari Yogyakarta dan membawa membawa materi pelatihan menjadi pemimpin acara atau MC untuk remaja dan pemuda gereja. Awalnya mereka malu untuk berbicara di depan umum, tetapi Novi sabar dalam melatih mereka sehingga pelan-pelan mereka berani dan percaya diri untuk tampil dan praktek memimpin acara. Saat ini beberapa dari mereka telah menjadi pemimpin persekutuan pemuda dan pemimpin liturgi ibadah minggu.
 
 
Peserta Exploring Sumba datang lagi di tahun 2016, namanya Imelda Dewi Susanti dari Kalimantan Barat. Ia menyampaikan materi dan pelatihan tentang penyakit hipertensi dan cara penanggulangan dengan senam dan obat tradisional. Kehadiran Imelda pun sangat menolong jemaat untuk berperilaku hidup sehat dan rajin ke gereja. Ia berkunjung ke rumah jemaat dan berdialog dengan mereka, memberikan nasehat hidup sehat dan memeriksa denyut jantung dan praktek senam sebagai obat yang murah, alami dan sederhana.
 

 

 

 

Dari mereka berdua, saya menemukan pengalaman berkesan ketika bersama Novi bangun subuh ke pantai menunggu matahari terbit sambil berselfie, setelah matahari terbit kami pulang dan singgah di rumah jemaat. Keluarga ini merasa sangat sukacita karena mendapat kunjungan dan menghadiahkan induk ayam kepada Novi agar dibawa pulang ke Jawa. Kemudian saat bersama Imelda, ia sering bangun subuh ke rumah koster gereja menunggunya turun dari pohon tuak memanen air pohon tuak.
 
Saya berharap Stube terus berjuang mewujudkan mottonya, melalui program dan kegiatannya yang bermanfaat dan dibutuhkan generasi muda Sumba sebagai aset gereja dan masyarakat. Untuk peserta Exploring Sumba, diperlukan kesungguhan, keseriusan dalam mempersiapkan materi dan bahan pelatihan agar dalam bimbingan dan pelatihan mendapat hasil maksimal.
 
Jadi, anak muda mahasiswa, ambil kesempatan untuk melakukan lompatan ke daerah lain yang berbeda budaya untuk berbagi pengetahuan dan temukanlah pengalaman dan pencerahan baru yang ‘exciting’ dan mendewasakan diri dan sesama. (TRU).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua