Manajemen Peternakan Babi

pada hari Senin, 21 Februari 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan.          

 

 

Salah satu kunci keberhasilan usaha apapun adalah manajemen yang baik, sehingga kemampuan manajemen harus dimiliki oleh orang-orang yang berkecimpung dalam suatu usaha. Lebih lagi jika usaha tersebut adalah usaha yang berkaitan menghasilkan profit, pengetahuan dan keterampilan berkaitan manajemen mutlak dimiliki, juga secara sadar harus terus belajar dan meningkatkan kualitas manajemen agar berhasil, menguntungkan dan sesuai dengan tantangan zaman.

 

 

Situasi ini dialami para peternak babi di Sumba Timur dalam koordinasi Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba, dimana mereka harus mengelola dengan baik ternak babi yang mereka miliki. Penguatan kapasitas peternak melalui diskusi dan pelatihan terus dilakukan secara kontinyu. Di awal tahun 2022 ini para peternak berdialog dengan akademisi, yaitu Yessy Tamu Ina, S.Pt, M.Si, dosen Fakultas Peternakan Universitas Kristen Wira Wacana, di kediaman Apriyanto Hangga, (Multiplikator Stube HEMAT) di Mboka, kecamatan Kanatang, Sumba Timur (Minggu, 20/2/2022). Tak kurang dua puluh empat peserta mahasiswa dan peternak mengikuti kegiatan ini dengan tema Manajemen Peternakan Babi. Dari kegiatan ini para peserta memiliki pengetahan tambahan untuk memelihara dan mengembangkan ternak babi. Secara umum, kegiatan peternakan babi adalah breeding atau pengembangan dan fattening atau penggemukan, dimana dua aspek ini para peternak harus memahami manajeman pemeliharaan ternak babi secara intensif untuk memaksimalkan produksi, meliputi pembibitan, perkandangan, pakan, sanitasi, biosecurity, dan penyakit atau virus.

 

 

Breeding atau pengembangan ternak babi adalah kegiatan pemeliharaan babi agar berkembang, melalui:

 

  1. pemilihan jenis calon induk yang baik, sehat dan memiliki anak yang banyak. Ciri induk yang baik adalah babi dalam kondisi sehat, moncongnya pendek, puting susu banyak, makan lahap dan bergerak lincah.
  2. pemilihan calon pejantan yang baik dan sehat. Ciri pejantan yang baik adalah gesit, makan lahap dan jelas asal usulnya agar tidak terjadi perkawinan sedarah.
  3. pemeliharaan dan perawatan babi bunting. Ini membutuhkan perhatian dan ekstra hati-hati dari memahami makanan yang baik dan sehat, memahami kapan masa babi birahi, kondisi siap beranak dengan segala perhitungannya.
  4. pemeliharaan dan perawatan, dari anak babi, babi bunting, babi beranak dan babi pejantan membutuhkan ketelitian dalam pola makan agar sehat dan cepat besar. Bagaimana merawat babi sejak baru dilahirkan, penyediaan makanan yang baik, sehat dan bergizi. Bagaimana vaksinasi dan perawatan khusus, misalnya kapan waktunya untuk menyapih dari induknya, memotong gigi, maupun pemotongan ekor, dan kandang yang layak.
  5. biosecurity, ini menjadi penting dan harus dipahami setiap peternak babi apalagi diperhadapkan dengan infeksi virus yang mematikan belum lama ini. Biosecurity mencakup mengenal jenis-jenis  penyakit babi, memiliki data rekam ternak yang dipelihara, pengelolaan kandang yang steril, hubungan ternak dengan ternak lain dan penggunaan disinfektan, termasuk bagaimana langkah-langkah jika menemukan gejala yang mencurigakan untuk segera melapor ke dinas terkait.

 

 

 

Fattening atau penggemukan ternak merupakan bagian dari pengembangan pemeliharaan babi, tetapi lebih fokus pada memahami pola pemberian pakan, mengenal jenis pakan baik pabrikan maupun buatan sendiri dan nutrisi dan vitamin yang dibutuhkan untuk ternak, termasuk perawatan khusus agar bobot berat babi yang dipelihara dapat meningkat dalam waktu singkat dan sehat. Ini membuat harga jual ternak babi tinggi. Aspek lain dalam penggemukan babi adalah desain kandang sesuai dengan perkembangan babi tersebut.

 

 

Dialog dan praktek dengan pemangku kepentingan yang terkait merupakan proses pengayaan ilmu dan pengetahuan dimana para peternak akan memiliki kemampuan manajemen ternak yang lebih baik dan akhirnya menghasilkan produk ternak babi yang berkualitas dan menguntungkan. Secara tidak langsung keberhasilan ini akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. ***


  Bagikan artikel ini

Perempuan dan Tradisi Sumba

pada hari Jumat, 18 Februari 2022
oleh Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd
Oleh: Elisabeth Uru Ndaya, S.Pd.         

 

Perempuan dan Tradisi Sumba adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, salah satu tradisi Sumba yang sampai saat ini masih terus dilestarikan adalah “Adat Perkawinan” dimana perempuan Sumba harus dibelis dengan hewan oleh calon mempelai laki-laki sesuai jumlah yang diminta oleh keluarga. Belis (hewan) yang dibawa oleh pihak laki-laki menandakan bahwa laki-laki sangat menghargai perempuan dan keluarganya. Namun seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat ada oknum-oknum yang menyalahgunakan tradisi Sumba dan tidak sedikit yang memanfaatkan hal tersebut untuk mengambil keuntungan bahkan menindas perempuan setelah dibelis. Budaya sangat perlu dipahami oleh mahasiswa dan kaum perempuan sedini mungkin.

 

 

Program Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba yang berfokus pada perempuan, budaya dan digital, memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan kaum perempuan agar lebih mendalami dan memaknai budaya dan tradisi orang Sumba melalui forum diskusi (17/02/2022). Yang hadir dalam diskusi tersebut adalah para mahasiswa dari UNKRISWINA dan beberapa kaum perempuan yang sudah bekerja. Diskusi tersebut digelar outdoor di Grein kafe, taman Sandlewood, suasananya sejuk dan santai . Diskusi yang bertemakan ‘Perempuan dan Potensi Sumba’ di pandu oleh Mely Njurumana, SE. Selaku moderator diskusi.

 

 

Elisabeth Uru Ndaya sebagai Multiplikator program mengawali diskusi dengan memperkenalkan lembaga Stube HEMAT dan pentingnya mahasiswa juga kaum perempuan dalam memahami tradisi Sumba. Mayun E. Nggaba, M.Pd, dosen dan pemerhati perempuan dan budaya Sumba menegaskan bahwa sesungguhnya budaya Sumba itu unik. Seperti tradisi adat perkawinan, ketika adanya belis, harga diri perempuan Sumba diangkat. Namun seiring berkembangnya jaman, makna dari perkawinan Sumba mulai bergeser. Pemahaman yang salah tentang belis juga terkadang menjadi salah satu penyebab perempuan Sumba tidak dilibatkan dalam forum penting, contohnya ketika perempuan Sumba sudah dibelis tugasnya hanya mengurus rumah tangga saja dan mengikuti semua keputusan yang diambil oleh laki-laki atau suaminya. Padahal budaya sumba yang sesungguhnya tidak seperti itu, buktinya setiap mau acara perkawinan, pihak laki-laki pasti meminta pendapat dari perempuan atau si ibu untuk membahas jumlah belis berapa ekor yang harus dibebankan kepada mempelai pria. Perempuan tetap memiliki peran dalam kehidupannya baik sebagai istri maupun ibu, hanya terkadang  perempuan sendirilah yang mengerucutkan pandangan tentang status perempuan.

 

 

Diskusi tersebut menjadi menarik ketika semua peserta saling berbagi pengetahuan tentang Perempuan dan tradisi Sumba. Salah seorang peserta bernama Novita menyampaikan, “Kita tidak dapat mengatakan tradisi Sumba itu menindas Perempuan tanpa mengetahui dan memahami terlebih dahulu budaya yang sebenarnya.” Sementara Etris mahasiswa Agrobisnis menegaskan bahwa ketika nanti saudara perempuannya dipinang, ia tidak akan meminta belis yang banyak, karna ia tidak mau saudara perempuannya nanti sengsara dan ditindas. Osin Njurumana, seorang bidan desa menceritakan pengalamannya selama menangani ibu hamil. Osin mengatakan bahwa banyak perempuan yang ia temui masih kategori di bawah umur tetapi sudah hamil dan memiliki anak karena dipaksa kawin oleh orangtuanya hanya agar mendapatkan belis. Ketika hal itu ditanyakan kepada mereka, pada umumnya jawabannya pasrah dengan keadaan karena takut dipukuli oleh keluarganya. Narasumber menanggapi bahwa kebiasaan seperti inilah yang perlu dihentikan dan itu semua dimulai dari sekarang oleh kita sebagai generasi penerus.

Ada dua poin penting yang disampaikan oleh narasumber, yaitu,  semakin tinggi pendidikan diharapkan semakin kita mengerti akan budaya dan budaya Sumba tidak menindas perempuan. Dengan adanya diskusi ini maka diharapkan agar mahasiswa/i bahkan semua yang terlibat untuk bisa peka terhadap lingkungan, menolong perempuan-perempuan yang menjadi korban penindasan.  Marilah menjadi perempuan-perempuan yang bermartabat dan berwawasan luas agar tidak ada satu orang pun yang dapat mempermainkan harga diri seorang perempuan. ***


  Bagikan artikel ini

‘Grand Design’ Manajemen Peternakan Babi Di Sumba Timur

pada hari Jumat, 4 Februari 2022
oleh Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan
Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba - Peternakan.          

 

 

 

 

Peternakan babi yang berkembang dan menguntungkan menjadi harapan bagi setiap peternak, termasuk di Sumba, karena babi menjadi kebutuhan penting di Sumba. Perlahan tapi pasti peternak di Sumba Timur bangkit kembali setelah hancur karena serangan virus. Berkembangnya peternakan babi tidak bisa ditopang satu pihak, oleh peternak saja, tapi harus bersinergi dengan pihak lain, dalam hal ini pemerintah melalui dinas peternakan kabupaten Sumba Timur supaya peternak mengetahui kebijakan pemerintah di bidang peternakan, pemerintah juga mengetahui apa saja yang dihadapi peternak.

 

 

 

 

Ruang interaksi ini digagas oleh Multiplikator Stube HEMAT di Sumba yang fokus pada peternakan babi. Bertempat di Alexis Cafe, Waingapu, (3/2/2022) Multiplikator menghadirkan Drh. Yohanes Anggung Praing, M.Si., Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur. Dalam kegiatan yang diikuti dua puluh mahasiswa dan enam peternak babi, Kadis Peternakan memaparkan topik ‘Grand Design’ Peternakan Babi dan Strategi Pengembangan Ternak Babi di Sumba Timur. Narasumber juga mengapresiasi kegiatan mengumpulkan para mahasiswa dan peternak. Ia melanjutkan bahwa Grand Design Peternakan Babi dan Strategi Pengembangan Ternak Pascaserangan Virus merupakan dua bagian yang bisa berjalan bersama. Pasca serangan virus, mau tidak mau, berbagai hal harus dicoba dan dilakukan pemerintah, masyarakat dan pihak yang perhatian pada ternak babi. Sesungguhnya pemerintah sangat peduli dengan apa yang dialami peternak, tetapi pemerintah tidak bergerak cepat karena pembatasan disebabkan Covid 19, dimana pertemuan dibatasi, anggaran diprioritaskan untuk penanganan Covid. Ketika kondisi membaik, maka pemerintah segera melangkah.

 

 

Panduan pemerintah di bidang peternakan, khususnya babi, fokus pada: 1) Breeding Ternak Babi/Menyiapkan Indukan Babi yang akan disalurkan kepada masyarakat dengan sistem bergulir, dari anggaran pengembangan peternakan Tahun Anggaran 2022 Dinas Peternakan menyediakan 200 calon induk babi yang akan diberikan kepada kelompok peternak atau masyarakat. Para calon penerima akan diseleksi dengan ketat agar pengadaan induk babi ini berhasil dan tidak salah sasaran, sehingga di tahun mendatang peternakan babi membaik dan menjadi unggulan di Sumba Timur. 2) Penerapan Biosecurity Peternakan Babi, menjadi keharusan mengingat virus African Swine Fever (ASF) sangat ganas dan mampu bertahan hidup di luar ternak, seperti daging ternak yang kering, pada kotoran ternak dan mudah menjalar melalui lalat, binatang lain bahkan manusia. Aturan saat ini setiap babi yang masuk dan keluar daerah harus steril, bebas virus ASF atau memiliki surat bebas virus yang dikeluarkan oleh pihak berwenang daerah asalnya. Bahkan, makanan yang mengandung daging babi harus bebas virus berdasar dokumen dari pihak berwenang agar kondisi peternakan saat ini semakin membaik. 3) Strategi pengembangan peternakan saat ini didorong di tingkat peternak, yaitu kondisi kandang yang steril dan sirkulasi udara lancar, secara tradisional masyarakat memelihara babi dengan dilepas di pekarangan, namun demi peningkatan kualitas maka babi harus dikandangkan. Kemudian pemberian makanan tidak bercampur dengan ternak lain, setiap babi yang masuk harus jelas asal-usulnya dan memiliki rekam kesehatan sesuai standar yang dikeluarkan dinas terkait.

 

 

Paparan narasumber membuka wawasan para peternak dan mahasiswa sehingga mereka antusias untuk terus mengembangkan ternak babi. Dinas Peternakan terbuka untuk masukan dari masyarakat, bahkan Dinas Peternakan mengupayakan kelompok peternak babi Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba menjadi mitra dalam program pengembangan ternak babi di Sumba Timur dan mendapat ternak dari dinas.

Ketika sinergi dari pihak-pihak yang berkaitan peternakan babi terwujud dengan baik dan berkelanjutan, ini menjadi modal kuat demi bangkitnya peternak babi di Sumba Timur. Ayo, anak muda dan para peternak babi, bergerak bersama Multiplikasi Stube HEMAT di Sumba untuk bangkit dan berkembang.***


  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua