SMK Mendominasi Pengangguran di Indonesia Solfina Lika Lija, Teologi, STT Terpadu

pada hari Rabu, 24 April 2019
oleh adminstube
 
 
 
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, baik di laut maupun di darat. Akan tetapi, tingkat penganggurannya cukup tinggi. Salah satu penyumbang angka pengangguran tersebut menurut data Agustus 2018, berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mencapai 11%. Media online Detik.com (6/11/2018) memuat berita yang berjudul “Pengangguran RI Paling Banyak Lulusan SMK, Ini Kata Jokowi” https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4289489/pengangguran-ri-paling-banyak-lulusan-smk-ini-kata-jokowi
 
Slogan SMK siap bekerja rupanya tidak sebanding lurus dengan kondisi lapangan, karena masih banyak ditemukan data siswa-siswi SMK yang belum bekerja. Program pemerintah sudah sangat baik dengan membuat SMK yang langsung berfokus pada suatu pekerjaan dengan melatih anak-anak SMK secara terus menerus selama di sekolah, dan siap untuk bekerja setelah lulus. Namun sayang niat dan awal yang sudah bagus untuk menyiapkan kader anak putra bangsa yang siap bekerja tidak sebanding dengan lahan pekerjaan yang disiapkan pemerintah.
 
Pihak perusahaan juga masih banyak yang kurang percaya akan lulusan siswa-siswi SMK, bahkan tidak sedikit perusahaan mengambil pekerja dari luar Indonesia. Sungguh ironis  kita kalah saing dengan pekerja asing. Dalam hal ini pemerintah harus bertindak tegas, memberi teguran kepada pihak swasta yang tidak banyak mempekerjakan putra-putri bangsa sendiri. Menyikapi hal ini pemerintah harus bertindak cepat dengan menyiapkan lahan pekerjaan bagi lulusan SMK. Saya melihat para lulusan SMK mempunyai jiwa kerja yang tinggi dan bagus.
 
Pada akhirnya saya mengajak kepada semua anak muda, selain berharap pada tanggung jawab pemerintah dalam menyiapkan lapangan pekerjaan, kita juga harus terus meningkatkansoftskill (kecakapan berkomunikasi, kerja keras, jujur dll) agar kelak kita menjadi anak muda Indonesia yang berkompeten dan siap bertarung dalam kompetisi global yang semakin penuh kompetitor.***

  Bagikan artikel ini

Pencurian Hewan Di Pulau Sumba Rambu Melani Konga, Peternakan, Unkriswina  

pada hari Sabtu, 20 April 2019
oleh adminstube
 
 
Pulau Sumba terkenal dengan penghasil ternak, kondisi alam Sumba dengan padang sabana menjadi modal dan motivasi masyarakat untuk memelihara hewan seperti sapi, kuda, kerbau dan babi. Hewan ternak sangat bermanfaat bagi masyarakat, selain keuntungan finansial, hewan di pulau Sumba juga untuk memenuhi kebutuhan adat. Hampir di setiap rumah memiliki salah satu hewan tersebut.
 
Sindonews.com (5/07/2012) memuat artikel “Pulau Sumba, Potensi Ternak Padang Sabana”.  “Peternakan di Sumba Timur memiliki potensi yang tinggi. Hal ini didukung dengan kondisi geografis yang memang sangat cocok. Padang sabana merupakan sarana alami yang sangat baik bagi hewan ternak di Pulau Sumba. Tersedianya sumber makanan alami bagi ternak membuat padang sabana menjadi lokasi yang sangat layak bagi perkembangan peternakan.”https://ekbis.sindonews.com/read/657227/36/pulau-sumba-potensi-ternak-padang-sabana-1341462367. Akan tetapi beberapa tahun belakang ini masyarakat Sumba dibuat resah karena sering terjadi kasus pencurian hewan ternak yang tentunya sangat merugikan. Maxfmwaingapu.com salah satu media onlie yang ada di Sumba Timur  (20/02/2016) membuat judul berita “Marak Pencurian Ternak Besar Di Sumba Timur”,http://maxfmwaingapu.com/2016/02/marak-pencurian-ternak-besar-di-sumba-timur.  Berita lainnya yang berhasil dihimpun penulis dari media online tribatanewssumbatimur.com (9/02/2019) memberitakan bahwa “Polres Sumba Timur Ungkap Pencurian 19 Ekor Sapi”, http://tribratanewssumbatimur.com/tim-gabungan-polres-sumba-timur-ungkap-pencurian-19-ekor-sapi/. Berita-berita ini menunjukan kondisi pulau Sumba yang rawan akan kasus pencurian hewan ternak. Menjadi pertanyaan kita bersama apa yang harus dilakukan agar kasus pencurian hewan bisa hilang dari tanah Marapu ini?
 
Pencurian hewan harus benar-benar ditanggulangi  oleh pihak keamanan. Kasus ini sudah terjadi bertahun-tahun dan kasusnya semakin meningkat dan membuat kuatir masyarakat mengingat hewan merupakan salah satu penghasilan utama yang menunjang kebutuhan ekonomi. Dalam kasus penyelidikan, kepolisian jangan hanya berhenti pada pelaku yang kedapatan mencuri hewan saja, tetapi juga jaringan sindikat yang dimiliki. Tidak adanya penyelidikan mendalam  maka pencurian akan semakin marak. Keterlibatan semua pihak dalam memberantas pencurian hewan penting dilakukan. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak keamanan semata, tetapi semua anggota masyarakat. Sudah saatnya kegiatan ronda malam digiatkan dan setiap hewan diberi cap tanda pengenal dan kartu identitasnya. Cap akan mempermudah pemilik mengenal hewannya dengan baik, sementara kartu identitas menunjukkan bahwa hewan tersebut mempunyai data yang jelas dan legal.   
 
Akhir kata, penulis mengajak semua elemen masyarakat untuk bergandengan tangan memberantas kasus pencurian hewan, sementara aparat keamanan betul-betul mengusut tuntas kasus sampai keakarnya, agar tidak terdengar lagi jeritan orang menangis karena kehilangan hewannya. ***

  Bagikan artikel ini

Mungkinkah Indonesia Terbebas dari Korupsi? Tamu Ina Rambu Hudang, Manajemen, Unkriswina

pada hari Rabu, 17 April 2019
oleh adminstube
 
 
 
Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dinilai sangat memprihatinkan. Hampir setiap bulan kita mendengar berita terkait korupsi di televisi. Seolah-olah korupsi sudah mendarah daging, yang tidak bisa dipisahkan dari para pejabat, bahkan pejabat di Kementerian Agama. Lembaga yang mengajarkan etika dan moral ini tidak luput juga dari korupsi dan jual-beli jabatan.
 
Wakil ketua KPK (2015-2019) Saut Situmorang mengatakan bahwa banyak kasus korupsi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang pada tahun 2019 bernilai lebih dari 2 ribu triliun.  Kalau proporsi yang dikorupsi sebesar 20%, berarti nilai kerugian negara sekitar 200 triliun dalam satu tahun. Tentu saja jumlah ini terbilang sangat fantastik. Jika anggaran negara betul-betul diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat, terlebih mereka yang hidup pada garis kemiskinan, maka tidak akan terdengar lagi jeritan masyarakat karena kelaparan ataupun kesulitan dalam membiayai hidup. Tingkat korupsi yang tinggi menjadi penyebab meningkatnya kemiskinan di Indonesia, dan meningkatnya anak yang putus sekolah karena kekurangan biaya. Oleh karena itu pemerintah harus lebih tegas dalam memberantas korupsi. Hati kecil saya bertanya, mungkinkah Indonesia terbebas dari korupsi?
 
Untuk menjawab pertanyaan di atas harus dimulai dari langkah kita saat ini dalam memberantas korupsi, yang akan menentukan arah bangsa Indonesia kedepan. Jika masih takut-takut melawan korupsi dan masih saling mementingkan diri sendiri, korupsi akan sulit hilang. Budaya anti korupsi harus ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak. Keluarga yang merupakan lembaga terkecil memiliki peran besar mendidik putra-putri bangsa Indonesia. Keluarga harus mengajarkan nilai-nilai bahwa mengambil milik seseorang yang bukan menjadi haknya merupakan tindakan salah. Sekolah juga memainkan peran penting dalam mendidik anak-anak bangsa. Sekolah diharapkan tidak hanya berfokus pada pengetahuan anak, tetapi nilai-nilai etika dan moral harus ditanamkan. Para pemimpin  harus memberi contoh yang baik dan benar, harus terhindar dari masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pemimpin harus sadar bahwa ia bekerja untuk melayani rakyat dan dibayar menggunakan uang rakyat, dan bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
 
Lembaga-lembaga negara dalam hal ini KPK, kejaksaan, kepolisaan dan lembaga lainnya yang mengurusi masalah korupsi harus betul-betul tegas menindak pelaku tindak pidana korupsi dengan hukuman yang setimpal. Jika semua pihak terkait memaikan peran dengan baik dan benar, maka harapan bangsa Indonesia terbebas dari korupsi akan terwujud nyata. Mari kita tanamkan budaya jujur sejak dari pikiran dan terus bergandengan tangan melawan korupsi.***   

  Bagikan artikel ini

 Libatkan Mahasiswa   Dalam Pembuatan Aturan di Kampus  (Jitro Tamu Ama, Prodi Matematika, Unkriswina-Sumba)

pada hari Rabu, 10 April 2019
oleh adminstube
 



Pro dan kontra akan selalu muncul atas sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu pihak yang mengikat pihak lain. Itu sebuah dinamika yang wajar. Seperti halnya saat pimpinan Universitas Kristen Wira Wacana-Sumba mengeluarkan surat keputusan tentang larangan merokok dan membuang ludah sirih pinang sembarangan di lingkungan kampus. Peraturan ini dibuat terhitung saat dimulainya tahun ajaran baru 2018/2019. Rektor Unkriswina membacakan sendiri peraturan tersebut saat ibadah Civitas Akdemika Unkriswina yang dihadiri oleh seluruh dosen, staf pegawai dan mahasiswa. 
 
Tentu saja aturan yang dibuat oleh kampus dan dibacakan oleh Rektor membuat seluruh mahasiswa kaget, ada yang kaget dan mengatakan mengapa harus dibuat aturan seperti ini, dan tidak sedikit juga dari mahasiswa yang beropini sebenarnya larangan merokok tidak perlu diberlakukan mengingat kita semua ini sudah dewasa bukan anak SMA lagi. Pihak yang setuju mengatakan sudah sewajarnya kampus harus bebas dari asap rokok supaya terhindar dari penyakit dan aturan ini juga terkait dengan masalah kebersihan kampus.
 
Keterlibatan Mahasiswa Bagian Dari Demokrasi
Adanya pro dan kontra terhadap peraturan baru yang dibuat oleh kampus, penulis berpendapat bahwa penulis bukannya tidak menyetujui atas keputusan yang dibuat oleh pihak kampus, karena ini erat kaitannya dengan kesehatan dan kebersihan kampus. Namun yang penulis sayangkan adalah pihak kampus tidak melibatkan mahasiswa dalam pembuatan aturan tersebut dan tidak melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada mahasiswa berkaitan aturan yang harus dipatuhi bersama.
 
Keterlibatan mahasiswa dalam pembuatan suatu aturan yang akan dibuat oleh kampus menunjukan bahwa kampus tersebut menghargai demokrasi. Dalam hal ini sebenarnya pihak kampus harus mengajak berdiskusi lembaga kemahasiswaan yang ada di kampus, karena lembaga kemahasiswaan merupakan perwakilan dari seluruh mahasiswa.
 
Penyediaan tempat khusus bagi mahasiswa yang makan siri pinang dan merokok seharusnya juga dibuat oleh kampus. Pihak kampus harus melihat realita yang ada bahwa mahasiswa yang makan siri pinang dan merokok di kampus itu ada dan jumlahnya juga sangat banyak, jadi untuk membuat orang senang berada di kampus, pihak kampus juga harus menyediakan tempat khusus bagi mereka yang merokok dan makan sirih pinang.
 
Pada kesimpulannya, penulis tidak menolak aturan yang dibuat oleh pihak kampus karena itu merupakan hal baik, mengingat selama ini mahasiswa kurang sadar menjaga kebersihan saat merokok dan membuang sembaranagn ludah sirih pinang. Hanya saja penulis perlu mengkritisi pihak kampus yang tidak melibatkan lembaga kemahasiswaan untuk melakukan diskusi terlebih dahulu. Aturan ini juga harus dipatuhi oleh seluruh pihak yang ada di kampus, baik dosen, staf pegawai dan seluruh mahasiswa. Aturan yang dijalankan oleh seluruh pihak kampus yang ada di kampus tanpa terkecuali mencerminkan demokrasi yang berjalan dengan baik. ***

  Bagikan artikel ini

Menyiapkan Penulis Tangguh

pada hari Rabu, 10 April 2019
oleh adminstube
 
 
“Saat ini kondisi anak muda Sumba Timur dalam hal kemampuan menulis sangat minim, baik kemampuan menulis opini maupun berita. Padahal menulis merupakan hal yang wajib diketahui oleh anak muda apalagi mereka yang berstatus mahasiswa. Pada era global ini anak muda dituntut mengetahui banyak skill, salah satunya menulis, karena dengan menulis orang bisa menyuarakan aspirasi kaum marginal, keadilan, dan sebagainya. Banyak manfaat lain yang bisa didapatkan dari menulis”, tegas Yulius Anawaru salah satu tim kerja Stube-HEMAT Sumba, saat diwawancarai, Senin 8 April 2019, di sekret Stube-HEMAT Sumba.

Lebih lanjut Yulius menuturkan, “Adapun harapan kami dengan membuat kegiatan pelatihan menulis, anak muda Sumba Timur akan mempunyai kemampuan menulis yang baik, sikap daya kritis dan dan kepekaan sosial untuk peduli terhadap isu yang ada di sekitarnya. Salah satu harapan kami juga, tulisan adik-adik yang mengikuti pelatihan bisa dimuat di berbagai surat kabar, baik tingkat lokal maupun nasional.

Apriyanto Hangga, salah satu tim kerja Stube-HEMAT Sumba menuturkan, “Kegiatan pelatihan menulis Stube-HEMAT Sumba bekerjasama dengan kantor pusat yang ada di Yogyakarta. Pelatihan ini fokus pada 2 lokasi yaitu kota Waingapu dan Lewa. Adapun yang menjadi peserta adalah mahasiswa maupun anak muda yang menempuh studi di sekitaran kota Waingapu, dan mahasiswa yang menempuh studi di kampus STT Lewa. Total seluruh peserta yang mengikuti pelatihan menulis pada 2 tempat ini berjumlah 20 orang. Pelatihan menulis akan dilaksanakan dalam 10 kali pertemuan selama kurun waktu 2 bulan”.

Rudyolof Imanuel Malo Pinda, S.Sos, yang menjadi fasilitator kegiatan pelatihan menulis ini, membagikan tips-tips agar tulisan bisa dimuat di media masa dan menjelaskan, “Dalam menulis opini maupun berita, peserta harus rajin membaca dan selalu mengikuti informasi terbaru. Saat menulis opini maupun berita, peserta harus menulis tema-tema yang sedang dan yang akan aktual di masyarakat. Tema yang menarik dan aktual akan membuat tulisan masuk media massa”.

“Saya sangat senang dan berterima kasih banyak kepada Stube-HEMAT Sumba dan Stube-HEMAT Yogyakarta yang telah membuat pelatihan menulis, saya sangat berharap kemampuan menulis opini dan berita saya meningkat. Selain itu juga saya berharap bisa menulis terkait permasalahan sosial yang ada disekitar saya, terlebih di desa saya”, kata Solfina Lika Lija, mahasiswi Unkriswina, salah satu peserta pelatihan menulis Stube Hemat Sumba. *** (SLL, Teologi, STT Terpadu-Waingapu).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua