Cerdas Manfaatkan Pekarangan Kiprah mahasiswa Program Studi Keperawatan Waingapu

pada hari Senin, 23 Juli 2018
oleh adminstube
 
 
 
Pekarangan rumah dibiarkan kosong? Oh jangan! Kenapa? Ya, sangat disayangkan kalau pekarangan dibiarkan kosong karena sebenarnya pekarangan bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti kebun penyedia tanaman kesehatan, yaitu menanam TOGA (Tanaman Obat Keluarga), memenuhi kebutuhan sayuran sehari-hari, tanaman buah dan beberapa manfaat lainnya.
 
Mahasiswa program studi keperawatan Waingapu, khususnya yang tinggal di asrama kampus, saat ini bersemangat untuk bercocok tanam dan semakin menggebu-gebu untuk membuktikan diri. Di antara mereka adalah Apronia Dai Duka, Novita, Dewi, Rambu Ira dan Delvi dan berinisiatif memanfaatkan pekarangan di depan asrama untuk menanam sayuran dan tanaman obat.
 
Mengapa ini bisa terjadi? Ini semua berawal ketika mereka mengikuti pelatihan pertanian organik yang dilaksanakan oleh Stube-HEMAT Sumba di Lambanapu, Kambera beberapa waktu lalu. Pengalaman di pelatihan membuka mata mereka tentang pekarangan asrama yang masih kosong dan mereka muncul ide untuk memanfaatkan pekarangan asrama menjadi kebun sayur. Kemudian mereka mengusulkan ide mereka di akhir pelatihan dan ini menjadi salah satu kegiatan tindak lanjut dari pelatihan tersebut.
 
Kalian harus menerapkan apa yang telah kalian dapatkan di pelatihan pertanian organik, sehingga ilmu yang kalian dapatkan di pelatihan tidak sia-sia, ini juga bisa mengurangi biaya belanja kalian”, ungkap Melkisedek Landi S.Kep.Ns., M.Med.Ed, salah seorang dosen yang memberi apresiasi dan semangat kepada mahasiswa.

Akhirnya mereka mulai berbagi tugas kerja untuk mengolah lahan, membuat pagar agar tanaman terhindar dari hewan ternak peliharaan dan menyiapkan bibit. Kegiatan ini dimulai awal bulan Juli 2018, "Puji Tuhan hari ini sudah menabur bibit untuk kedua kalinya. Yang pertama sudah mulai tumbuh. Sayuran yang kami tanam adalah bayam, kacang panjang, sawi hijau dan sawi sendok. Kami berharap panen sayur ini bisa memenuhi kebutuhan sayur untuk masak sehari hari, daripada harus beli sayur di pasar, dengan ini kami bisa berhemat", ungkap Apronia Dai Duka, salah satu mahasiswa yang tinggal di asrama.

Saat ini kebun telah menghasilkan panen yang cukup bagus meski ada beberapa bibit yang tidak tumbuh karena kering. Mereka meyakini kalau tanah diolah dengan baik, ditanami dan dirawat maka tanaman tumbuh dengan baik dan mendapat panen bagus.
 
Jadi, mulai saat ini jangan biarkan pekarangan kosong dan terbengkalai, mari olah pekarangan, tanam dan rawat dengan baik maka tanaman akan memberikan hasilnya. (ADK).

 

 

  Bagikan artikel ini

Mahasiswa mengabdi ke desa: Kami bisa! (1) Pengalaman peserta Village and Me

pada hari Senin, 2 Juli 2018
oleh adminstube
 
 
 
Pada umumnya berbicara tentang desa orang akan berimajinasi suatu wilayah yang belum berkembang dan mengalami keterbatasan. Indonesia memiliki 83.931 wilayah administrasi pemerintahan setingkat desa yang terdiri dari 75.436 desa, 8.444 kelurahan, dan 51 UPT/SPT (data BPS 2018). Jumlah ini sangat besar sehingga desa perlu mendapat perhatian agar berkembang dan mandiri. Jika tidak, penduduk desa cenderung ingin pindah ke kota dan akibatnya desa semakin tertinggal.
 
Situasi ini menjadi pijakan awal Stube-HEMAT Sumba untuk mendorong mahasiswa memiliki perhatian terhadap desanya dengan membagikan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama kuliah. Ini diwujudkan dalam program Village and Me, yang memberi kesempatan mahasiswa memanfaatkan liburan kuliah dengan melakukan aktivitas yang berguna bagi penduduk di desa asalnya. Peserta angkatan pertama tahun 2018 hadir dalam tulisan ini untuk berbagi pengalaman. Siapakah mereka?
 
Naser Randa Hailu Poti, mahasiswa Universitas Wirawacana Sumba jurusan Pendidikan Biologi. Di masa libur kuliah ia melakukan kegiatan pemberdayaan dan memberi motivasi anak-anak SD dan PAUD di desa Rakawatu, Lewa, kampung halamannya. Kegiatan yang ia lakukan berupa lomba menggambar, mewarnai dan membaca, selain juga memperingati kemerdekaan Indonesia.Ia juga membagi pengetahuan pembuatan pupuk bokashi dan nutrisi pakan ternak. Nutrisi ini terbuat dari jantung pisang dan gula cair yang mudah didapat, sehingga petani tidak kesulitan membuat nutrisi ternak.
 
Ia juga memberikan waktunya untuk melayani anak-anak sekolah minggu di GKS Rakawatu, Lewa Sumba TImur. Baginya perhatian dan pembinaan gereja tidak hanya untuk jemaat yang dewasa tetapi juga anak-anak sebagai generasi penerus. Pengurus gereja setempat pun menanggapi positif kegiatan yang dirintis oleh Naser, dengan memberi fasilitas ruang pertemuan dan mengumpulkan anggota jemaatnya.
 
 
Melkianus Ngahu Moy, mahasiswa Teologi STT Terpadu. Ia berasal dari Kawangu, Sumba Timur. Di saat jeda semester ia berada di desanya untuk kegiatan pelayanan di gereja GKS Kawangu. Bentuk kegiatan yang ia lakukan antara lain menjadi pendamping Pemahaman Alkitab untuk orang dewasa, persekutuan pemuda gereja dan guru-guru sekolah minggu. Melki, nama akrabnya, menyadari kalau pelayanan kepada jemaat gereja tidak bisa bergantung hanya kepada pendeta saja tetapi anak muda pun harus ikut ambil bagian di dalamnya. Ia tampak mantap dalam melayani jemaat setempat karena aktivitasnya sesuai dengan ilmu teologia yang ia pelajari.

 

 
Deriatus Awa, menghabiskan libur kuliahnya dengan kembali ke desa, namun ia tidak datang ‘kosong’ tetapi membawa ‘berkat’ untuk desanya di Tanggamadita, Sumba Timur. Mahasiswa yang kuliah di STT GKS jurusan Teologia ini memberikan waktunya untuk melayani dan mendampingi belajar anak-anak PAUD Nazareth secara kreatif dengan alat peraga, pewarna dan menyediakan perlengkapan sekolah. Ia juga membiasakan anak-anak hidup bersih dengan cuci tangan setelah belajar dan mengenalkan kecintaan lingkungan dengan menanam pohon dihalaman sekitar sekolah. Bahkan, ia mengecat ulang ruangan kelas dengan warna baru agar anak-anak semakin betah belajar. Saat ini anak-anak terlihat lebih semangat datang ke sekolah dan jumlahnya bertambah.
 
Ketika seorang mahasiswa mengabdikan ilmu yang ia pelajari di kampus untuk masyarakat di desa asal, ia melakukan hal yang menyentuh tiga aspek sekaligus, yaitu mempertajam keterampilan diri untuk menerapkan ilmu yang ia pelajari, memperkuat ikatan psikologis diri dengan desanya, dan ikut ambil bagian membangun desanya. Jadi, para mahasiswa, segera pikirkan dan ambil kesempatan untuk bergerak sebaik mungkin dalam aksi membangun desa. (TRU).

  Bagikan artikel ini

Arsip Blog

 2024 (1)
 2023 (10)
 2022 (27)
 2021 (31)
 2020 (23)
 2019 (22)
 2018 (27)
 2017 (26)
 2016 (7)
 2015 (11)
 2014 (16)
 2013 (4)
 2012 (5)

Total: 210

Kategori

Semua